Sesekali Aaric tersenyum saat mendengar celotehan dari Denise anak sang paman, yang sedang menceritakan mantan kekasihnya yang berselingkuh dengan sahabat baiknya.
"Dia temanku Aaric, tapi tega-teganya dia mengkhianati aku."
"Teman yang aku anggap seperti saudara itu tega menusukku dari belakang."
"Demi laki-laki dia memutuskan hubungan denganku, sungguh menyebalkan."
Aaric terkekeh, ia kemudian memberikan sebotol air minum pada Denise yang hampir 40 menit terus bicara.
"Sudah lebih baik?"tanya Aaric pelan sambil mengacak-acak rambut Denise.
"Mana mungkin, kau tahu apa obatnya ketika aku kesal seperti ini,"jawab Denise ketus.
Aaric kembali tersenyum. "Dasar gadis nakal, ya sudah ayo bangun aku temani kau shopping."
Denise menggelengkan kepalanya. "Aku tak mau jika hanya berdua saja, panggil Xander juga."
"Xander?" Aaric menaikkan satu alisnya, ia merasa asing dengan nama yang disebut Denise.