Selama perjalan menuju kediaman mertuanya, Ariela masih bergelut dengan hatinya yang terus berdebar dengan cepat. Kedua tangannya sudah dingin dan mengeluarkan keringat. Bahkan sudah beberapa kali Ariela mengatur napasnya agar baik-baik saja. Tapi sayangnya sejak tadi ia tidak bisa menghilangkan rasa gugup ini.
"Ya Tuhan, apa mereka benar-benar orang baik? Bagaimana jika mereka hanya manis di depanku saja?" ucap Ariela di dalam hatinya. Ia sungguh merasa takut jika hal itu sampai terjadi.
Rey menggelengkan kepalanya. Pria itu memilih diam sambil menggenggam tangan istrinya yang begitu dingin. Rey bisa memakluminya, jadi mau sampai mulut berbusa ia berbicara jika istrinya belum melihatnya secara langsung, maka akan percuma juga.
"Kabari jika kita akan segera tiba," perintah Rey pada anak buahnya yang duduk di bangku pengemudi depan.
"Baik Tuan," jawab pria itu sambil mengeluarkan ponselnya.
Rey menatap istrinya yang juga menatapnya. "Kenapa?" goda Rey.