アプリをダウンロード
26.92% UnReach / Chapter 7: 7. Tolong!

章 7: 7. Tolong!

Sepatu sneakerku menjejak aspal becek setelah dua puluh menit berada di dalam bus. menyusuri jalanan yang dua hari lalu aku lewati. aku mengingat jalanan ketika Michael memintaku untuk mengantar ke tempatnya bekerja. Sebuah bar yang terlihat cukup besar di daerah itu dibandingkan dengan bar-bar lain yang aku lewati.

Sepanjang jalan aku sempat berpikir, banyak sekali bar disini! apakah daerah ini merupakan pusat hiburan malam? memandangi langit sore yang mulai menggelap. Jalanan jadi lebih gelap dan minim penerangan, hanya lampu-lampu warna warni dari jejeran toko sepanjang jalan ini yang begitu gemerlapan.

Banyak orang berlalu lalang disini, orang-orang dengan penampilan mencolok dan wanita-wanita yang berpenampilan sangat menggoda. Aku akhirnya yakin, daerah ini adalah pusatnya dunia malam.

Tempat yang ibuku peringatkan, agar aku menjauhinya. Dan lihatlah aku saat ini, aku malah sedang berjalan-jalan sendirian menuju sebuah bar yang aku yakinkan akan paling ramai nantinya.

Dalam hatiku aku merasakan, ah.. beginikah rasanya menjadi pembangkang?

***

Berdiri merenung di depan bangunan bar yang gemerlapan di luar dan gelap di dalam. aku bisa mengatakan gelap karena di pintu masuk yang dijaga oleh seorang algojo, terlihat gelap dan minim penerangan. Aku kira itu sengaja. Bukankah biasanya bar adalah tempat seseorang untuk mabuk dan bersenang-senang?

"fuh!" aku mengembuskan nafas kasar, meremas lengan ranselku dan memasuki pintu bar, seketika suara musik yang menganggu telingaku terdengar begitu keras. Benar seperti yang terlihat, disini cukup gelap dan sesekali lampu berkedip sesuai irama musik. suasana yang amat sangat tidak menyenangkan.

Aku mendekati meja bartender berniat untuk bertanya tentang Michael. Tapi begitu banyak orang yang duduk mengelilingi meja itu sembari memesan minuman.

Aku benar-benar tidak nyaman dengan suasana disini, tidak tenang dan begitu menakutkan. Beberapa kelompok orang berjoget-joget di tengah ruangan menyesuaikan irama musik yang mengehentak-hentak.

Saat akhirnya aku bisa mendekat pada seseorang di balik meja bartender, seseorang merangkul pundakku tanpa permisi. Reflek aku menepisnya dan menjauh.

Seorang pria berkulit hitam dengan rambut yang dikepang kecil-kecil lucu, tertawa mendapat perlakuan dariku.

"Whoah maaf maaf, aku tak bermaksud," katanya sembari mengangkat kedua tangannya di hadapanku. "Kau sendirian?"

"Aku hanya sedang mencari seseorang di sini." jelasku padanya dengan cepat. Di tempat yang penuh orang mabuk ini, tidak ada yang bisa aku percayai.

Aku mengacuhkan pria tadi, dan kembali fokus pada si bartender yang sedang senggang sekarang, "Permisi, apa Michael bekerja di sini?"

Mendengar nama Michael, pria di belakangku langsung meraih pundakku. "Kau juga wanitanya Michael?!" wajahnya terlihat tak senang.

"Bukan." Aku tak kalah soal bermuka masam padanya.

"Kalau begitu lebih baik denganku saja!" Ia kembali merangkulku dengan paksa, aroma alkohol yang kuat menguat dari tubuhnya. Ini bahkan belum pukul 7, tapi pria ini sudah mabuk?!

"Tolong lepaskan aku!" aku mencoba melepaskan tangan kekarnya dariku, tapi sayangnya pria ini begitu bertenaga. Ia menarikku di dalam rangkulannya menuju ruangan yang lebih dalam, di sudut ruangan aku bisa melihat beberapa pasangan sedang bercumbu.

Apa yang ingin pria ini lakukan?! "Lepaskan!! tolong lepaskan!!" kini aku meronta melepaskan diri.

"Tenang saja, akan aku buat kau tak menyesali malam ini!" semakin aku meronta, semakin kuat ia merengkuhku. Aku bahkan tak bisa berkutik sama sekali.

"lepaskaaaan!!" aku menangis, saking takutnya tanganku gemetaran. Aku memang bodoh! tak belajar dari pengalaman. seharusnya aku tak kemari!! bodoh sekali, bodoh sekali!! "Michaeeeeeeel!!"

Entah apa yang aku pikirkan, aku meneriakan nama Michael begitu kencang, meski aku tak yakin suaraku terdengar karena musik di sini begitu kencang. pria besar ini sudah membawaku hampir memasuki sebuah ruangan yang gelap. Tuhan aku takut!!

Tiba-tiba sebuah tangan meraih pundak pria itu, membuatnya berhenti bergerak dan menoleh. "Apa yang sedang kau lakukan?" Dalam rengkuhan pria besar ini aku tak bisa melihat siapa seseorang yang mencoba menghentikannya, hanya saja. suaranya.. aku sangat mengenali suara ini. Michael!

"Michael! tolong!!" aku berteriak.

"Apa urusanmu?!" pria besar itu menantang, sudah melepaskan rengkuhannya namun tetap merangkul pundakku dengan kuat.

"Gadis itu milikku!" mata hijau Michael berkilat, penuh amarah. menatap tajam pada pria besar yang kini sedang mendecih mendengar ungkapan Michael.

"Dia bilang bukan." pria itu tersenyum sinis.

"Maria? apa karena kita bertengkar?" ia menatap nanar padaku, aku tahu itu hanya sandiwara.

"Maafkan aku." aku menunduk, mengusap air mataku.

"Kau membuatnya ketakutan, lepaskan wanitaku sekarang juga!" ia menarik tanganku dan memelukku segera setelah rangkulan pria besar itu terlepas. "Ada banyak wanita di dalam sana, maka jangan sentuh yang satu ini. Jangan pernah!" kalimat dan tatapan Michael penuh ancaman.

Sesuatu yang membuatku merinding hanya dengan mendengar geraman suaranya dalam pelukan Michael.

Rasa takutku sirna, saat ia membawaku keluar dari bar melalui pintu belakang. Ia masih terus memelukku meski kami sudah berada di luar. Sebuah rasa aman dan nyaman yang aku rasakan saat ini benar-benar aneh. Aku tak ingin ini segera berlalu.

"Kau ini kenapa kemari?! tak belajar dari pengalaman?" Michael memarahiku tapi tetap tak melepaskan pelukannya, "Kau tahu?! aku sudah menyimpan nomorku di dalam ponselmu."

"Eh?!" aku melepaskan pelukannya dengan paksa. Segera ia menyadarinya dan menjauh.

"Iya, aku sudah menyimpan nomorku di dalam ponselmu. Makanya kalau ada apa-apa kau hanya tinggal menghubungiku," Ia terlihat tak merasa bersalah, setelah membeberkan bahwa ia membuka ponsel orang lain dengan seenaknya.

"Ya mana aku tahu kan?!" Aku menjadi kesal karena hal itu. Sebenarnya kesal karena tak tahu soal itu. Kalau saja aku tahu nomornya ada di dalam ponselku, aku tak perlu susah payah kemari!

"Maaf kan aku, tadinya aku ingin menyimpan nomormu. Tapi, jika tiba-tiba aku meneleponmu tanpa izin sebelumnya darimu. aku takut kau akan marah padaku." Michael menunduk, sudah terlihat seperti anak anjing yang merasa bersalah.

Tentu saja aku marah. Apakah dia membuka-buka ponselku dan memeriksa hal lain selain hanya menyimpan nomornya? Meski sebenarnya tak ada yang terlalu rahasia di dalam ponselku, tapi itu artinya dia melanggar privasiku!

"Aku marah, Michael. Tapi, sekali lagi kau menyelamatkan aku. Andai kau tak datang tadi, aku mungkin sudah habis dimangsa manusia serigala tadi. Terimakasih Michael."

"Tidak.. kalau saja aku tak mendengar suaramu memanggil namaku, aku tak akan sadar ada kau di sini, Maria."

Eh?! dia mendengarnya?

"Aku mencari-cari sampai ke ruangan itu, dan ternyata memang benar dirimu." Michael bersandar pada tembok, melihatku dengan tatapan yang tak bisa aku artikan maksudnya.

Aku kembali mengingat kalimat-kalimat Michael di dalam tadi. Tentang aku adalah wanitanya. tentang bagaimana ia menggeram karena aku disentuh oleh orang lain.

Wajahku seketika memanas, degup jantungku berpacu. lagi dan lagi.. aku diingatkan, bahwa aku telah jatuh cinta pada pemuda pirang satu ini.

***


next chapter
Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C7
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン