Sing benar benar bosan. Max sedang mengobrol dengan kapten pilot lainnya sedari tadi dan meninggalkannya di ruang tunggu bersama Guardnya.
Entah apa yang dibicarakan Max dengan mereka, tetapi Sing sudah tidak tahan lagi.
Bayangkan saja, ia ditinggal terduduk diam selama hampir satu jam disana dan Max masih saja belum selesai.
Padahal, meeting sudah usai sejak tadi.
Sudahlah, lebih baik Sing menghampirinya tak peduli dengan kapten yang berada di dekatnya.
"Ini langsung mau ke Center jadinya?" Tanya salah satu kapten pilot yang sudah mendapat 4 gelar.
"Iya capt, kata capt.Jo saya disuruh kesana untuk uji coba Cessna yang baru keluar"
"Wah, berarti bakal ngerasain mesin baru ya?" Sambung kapten lainnya.
"Oh iya capt" perbincangan itu cukup ringan sebenarnya, menurut Sing. Jadi ia memutuskan untuk mendekati Max dengan tertatih (karena sumpah ia masih kesakitan hasil gempuran Max tadi malam) walaupun sedikit malu dengan kapten lainnya.
"Bangsat sakit banget" gumamnya.
Baru saja hendak memanggil Max, salah satu co-pilot yang ada disana menyadari kehadiran nya, lalu bertanya pada Max.
"Oh ini?" Tanya co-pilot itu sambil menghadap Sing yang membuat lainnya ikut menatapnya.
Max menyadari bahwa Sing menghampirinya, jadi ia tertawa kecil lalu merangkul Sing.
"Ini Sing Harit capt" ucapnya memperkenalkan Sing pada semua.
"Waah, pacar ya??" Goda salah satu kapten itu.
"Ahaha, iya capt" jawab Max santai. Astaga Sing sangat malu sekarang.
"Waduh, dah punya gandengan aja nih yaa"
"Woh jelas capt. Ram, yang ganteng begini gak mungkin masih jomblo capt, wkwkwk"
"Betul betul, jadi ini Sing Harit pacarnya Max?" Tanyanya pada Sing. Sing hanya mengangguk dengan senyum nya, ia terlalu malu untuk mengucapkan sepatah katapun pada mereka semua.
"Langgeng in lah yaa, capt nunggu lho nyampe Max resmiin Sing, inget dulu waktu smp Max kerjaannya ke garage mulu, gak pernah denger Max pacaran" ucap Capt itu membuat Max tertawa.
"Ah capt, kalau itumah pasti. Tunggu aja undangannya ya capt"
"Siap siap capten Max. Ini udah jam 11 nih, kamu jadwal flight jam berapa?"
Pertanyaan ini membuat Max menatap jam nya.
"Oh jam 12 kurang capt, kalo gitu saya pamit dulu capt" pamit nya pada semua capten dan co-pilot yang ada disana.
"Oh iya iya silahkan, sukses terus ya Max. Semoga segera naik gelar dan longlast sama Sing ya" ucap nya.
"Terimakasih capten lee, saya usahakan semuanya. Capten juga sukses terus ya capt, saya tunggu anak kedua nya capt"
"Ah kamu mah bisa aja, siap siap"
"Oke capt, pamit dulu ya"
"Okee, hati hati"
"Siap capt"
Setelah berpamitan, Max segera menggiring Sing untuk keluar gedung itu.
Tetapi Sing justru berhenti di tengah jalan dengan mata berkaca kacanya membuat Max bingung.
"Kenapa sayang?"
"Sakiiiit tau ga" eluhnya sambil memegang pinggang.
Astaga. Bisa bisa nya Max lupa akan hal ini.
"Aduh maap Max lupa, sini sini" ucap Max lalu segera mengangkat Sing dengan satu tangannya dan menggendongnya ala koala. Sing pun hanya menurut lalu memeluk leher Max.
"Lama banget ngobrol nya ih" protes nya.
"Yaiyaa, kan cipika cipiki dulu sama capten yang dulu ngajarin Max di sekolah" jawabnya.
"Iya iyaa" ucapnya setengah merajuk. Max yang menyadari itu lalu tertawa kecil, dan menatap Sing dari samping.
"Duh pacar orang ngambek" godanya.
"Apaan ih!!" Ujar Sing lalu menggigit bahu Max kesal.
Max hanya tertawa menghadapi kelakuan kekasihnya yang begitu lucu itu.
Apalagi saat ini Sing memakai kaos pink polos dengan celana panjang moccanya. Ditambah hickey yang memenuhi leher dan rahang nya itu terlihat jelas oleh orang orang (sebenarnya itu Max yang sengaja memintanya untuk tidak di tutupi).
Lucu sekali.
Keduanya segera tiba di bandara dan langsung check in karena penerbangannya tidak lama lagi.
Selagi berjalan menuju ruang tunggu, Max dan Sing menjadi sorotan publik karena Max yang masih memakai seragam pilotnya dengan menggendong Sing sepanjang perjalanan.
Apalagi dengan kedua Guardnya di belakang mereka.
"Liat liat terus, apaan sih" sewot Sing saat menyadari tatapan itu.
"Pacar orang ambekan banget sih?" Ucap Max sambil menyerahkan kartu tanda pengenal pilot pada penjaga ruang tunggu khusus pilot dan pramugari.
Bahkan para petugas itu gemas dengan kelakuan mereka berdua. Apalagi saat melihat hickey di seluruh leher Sing dan juga beberapa di leher Max.(sebenarnya sudah ditutupi foundation karena ia sedang dalam jam kerja).
"Lagian Max masih pake seragam sih, jadinya mereka liat liat"
"Loh kan Max masih waktu kerja, lagian biar keliatan ganteng gitu kan" ucapnya setengah menggoda kekasihnya itu.
"Ih nyebelin banget si, auk ah"
Nah kan. Sing ngambek.
"Eh Harit sayang, ngambekan ih. Iya iya nanti beli banana cheesecake ya disana, udah jan ngambek" bujuk Max sambil mengelus punggung Sing.
"Bener ya? Janji lho?" Tanya Sing. Max mengangguk lalu menarik pipi Sing gemas.
"Iyaa pacarnya Max yang imut imut ini, jan ngambekan lagi ih, pipinya jadi tumpah tuh" ucapan Max membuat Sing menatap nya datar lalu memukul pelan dadanya.
Ia lalu menggerutu tak jelas membuat Max gemas padanya. Ia lalu menangkup sebelah pipi Sing, dan mengecup bibirnya dengan cepat dan berulang ulang.
"Ih apaan??" Sewotnya.
" gemes, hehe"
Berjam jam di udara, membuat Sing merasa sedikit sakit badan dan pegal. Ia lelah karena jetlag, ditambah lagi Max yang diundang ke cockpit oleh capten pilot di pesawat itu, membuat ia kembali sendirian di seat itu entah bagaimana.
Padahal ia sempat tak marah lagi karena tadi di tinggalkan, namun kali ini ia akan merajuk lagi pada Max, karena kembali ditinggalkan sendirian.
"Apaan ih, awas aja kalo disana ninggalin lagi. Gak gue kasi jatah lu" gerutu nya sambil memandang awan putih dari jendela.
"Gak dikasih apaan?" Tanya Max membuat Sing menatapnya dengan kesal.
"Gak" juteknya.
Max menghela napas. Sepertinya benar kata Purim, Boom, dan Off saat mengatakan bahwa uke akan menjadi sensitif setelah matting. Galaknya Sing sama seperti Chimmon, Peak, dan juga mamii.
Dan benar saja, Sing menjadi merajuk sedari tadi.
"Yaudah iya Max minta maaf, Sing mau apain Max? Sini pukul" Max mengambil tangan kecil Sing lalu memukulkannya pada dadanya.
Sing hanya cemberut, tapi tak lama ia menaikkan sandaran lengan di antara nya dan Max, lalu beralih menyandarkan dirinya di dada bidang Max.
"Au? Katanya ngambek" bingung Max.
"Harit kesel ah, jan maen tinggalin aja"
"Iyaaa, capten Harit ku sayang"
"Nah bagooos"
Sesampainya di Manila, keduanya segera pergi ke hotel lalu beristirahat untuk keesokan harinya.
Malamnya, Sing tengah bersandar di tengah Max yang sedang memainkan ponselnya sementara ia menonton tv.
"Max" panggilnya.
"Hm? Kenapa Harit?"
"Pegeeel, tadi di seat gaenak posisinya"
"Mau dipijitin?" Sing mengangguk.
Max lalu mengangkat tubuh kecil Sing untuk tengkurap, lalu ia memposisikan dirinya dengan nyaman, dan mulai memijat tubuh kecil Sing dengan hati hati.
"Besok Max percobaan pesawat dari jam 9 sampe jam 2, Harit jalan jalan aja dulu sama Guard ya? Nanti kalo nunggu malah capek sendiri"
"Boleh?? Yeay" seru Harit. Ia akan pergi ke tempat tempat seru sambil menunggu Max.
Karena tidak mungkin Max akan menemaninya setelah lelah uji coba pesawat.
Mungkin esoknya.
Jadi ia sempatkan trip sendiri dulu.
"Iyaaa, tapi jangan jauh jauh dari jangkauan Guard ya, dua dua nya Max suruh jagain Harit "
"Oh siap capten Max!!"
"Jalannya pelan pelan, jangan lari lari. Nanti sakit lagi"
"Iyaa iyaa"
"Mana sun nya dulu??" Tagih Max.
Harit lalu bangkit dari tengkurapnya, dan beralih duduk di pangkuan Max dan melayangkan kecupan cepat di bibirnya.
"Apa apaan?? Segitu doang?" Protes Max.
"Ih, terus gimana? Harit gamau lama lama nanti kebablasan" Max tertawa mendengarnya. Apa apaan itu? Kenapa kekasih nya lucu sekali?
Akhirnya Max menarik pinggang Sing agar tidak melorot, lalu menangkup sebelah pipinya perlahan.
Dan ya, ia segera meraup bibir kecil itu dengan perlahan dan lembut, intens dan dalam.
Lumatan demi lumatan, akhirnya tiba saatnya ia memasukkan benda tak bertulang itu pada mulut manis milik Sing.
Memporak porandakan isinya, membuat sebuah suara kecipak basah yang ramai, dan tentu saja mengundang lenguhan dari Sing.
"Nghh~~"
Astaga.
Kedua anak ini memang saja selalu seperti itu.
Sing mengalungkan lengannya di leher Max, selalu tak bisa berkutik jika Max sudah seperti ini.
Tetapi cukup untuk ini.
Apa Max lupa jika Sing sulit berjalan karena kejadian 2 hari yang lalu? Apalagi hickey yang diberikan sama sekali belum menghilang.
Jadi Max menahannya kali ini. Ia tak ingin kesayangannya itu sakit dan tidak bisa menikmati perjalanannya disini.
_________________________________________