***
"Devan?!"
Wanita paruh baya yang sudah menginjak umur yang tidak lagi muda itu melihat anak yang disayanginya yang kini sedang di lempari batu begitu saja oleh segerombolan anak anak lainnya.
wanita itu mengerakkan kursi roda yang dia tempati sejak beberapa tahun sejak ia mengalami kelumpuhan kaki karena lanjut usia. wanita itu dengan bergegas dan bersusah payah segera mendekati anak yang dipungutnya beberapa tahun lalu silam itu dan menjadi anak satu satunya yang dirawatnya.
"hei apa apaan kalian?" tanya wanita itu tegas dengan masih mengerakkan roda di kursi roda tuanya itu. anak anak itu berhenti dan kini melihat ke arah wanita paruh baya itu yang mendekati mereka.
"apa salah Devan?. apa kalian tidak diajari sopan santun oleh orang tua kalian?" tukas wanita tua itu berharap anak anak itu menyadari kesalahan mereka. tapi tidak, mereka malah saling menatap dan tertawa keras.
"hahaha!. lihat ini dia ibu tuanya!" ejek salah satu anak memecah keheningan yang tercipta beberapa saat.
"iya, lihat anak malang, mamamu datang menjemput hahaha!" tawa salah satu anak dan dengan kurang ajar, menunjuk wanita itu dengan tangan kiri dan dengan jari telunjuknya.
"A..apa apaan kalian?!. dimana sopan santun kalian?!" marah wanita itu.
"pfft dia marah loh!" malah salah satu dari mereka menertawakan perkataan wanita itu. wanita itu merasa harga dirinya di rendah kan begitu saja. ia mendekat dan tiba tiba salah satu batu mengarah ke arah nya. wanita itu seketika terdiam. melihat ke arah batu yang dilemparkan itu mendarat di atas rok yang dia kenakan.
"hahaha!, makanya jangan sok jadi orang tua. dasar bangsat" seru salah satu anak paling besar itu membuat wanita itu seketika tertegun.
***
wanita itu merupakan salah satu wanita yang terkenal dengan rumor kalau ia telah meninggalkan keluarganya begitu saja tanpa belas kasih. satu satunya anak yang ia miliki ditinggalkan di desa sebelah. dan ia pindah kesini untuk memulai hidup barunya sendiri dengan pria baru yang menjadi selingkuhan nya. pria baru itu merupakan salah satu playboy yang terkenal disini. dan pada akhir nya ia juga meninggal dan wanita itu tinggal sendirian disini. sebatang kara karena Keluarga lamanya sama sekali tidak mempedulikannya.
Hanyalah sekedar itu. dan ia menjadi dibenci oleh para warga desa yang begitu saja mempercayai nya. apalagi saat ia mengangkat Devan sebagai anak adopsi. mereka menganggap kalau dia hanya mencari muka belaka dan semakin membencinya. berpura pura untuk menjadi orang tua padahal ia sudah meninggalkan keluarganya sendiri di desa sebelah. mencoba hidup baru, tidak berperasaan. dan semua orang mulai menganggap nya sebagai orang yang buruk bahkan mulai tidak lagi mencoba menghormatinya.
***
Rumor dan hanya 'rumor' belaka yang selalu beredar tanpa tau kebenarannya. Hanya sekedar mencari kesalahan orang lain. mencoba untuk menjadi kebenaran itu sendiri dan mencoba untuk menjadi yang paling "benar" dan menyalahkan orang lain.
***
mereka semua hanya tau rumor itu tanpa tau apa alasan ia bisa begitu saja meninggalkan keluarga lamanya. itu antara lain karena masalah warisan. anaknya itu serakah begitu juga dengan suami lamanya. mereka hanya menginginkan hartanya dan menunggu kematian nya. disaat itu, ia akhirnya tau segalanya dan memutuskan untuk bertahan. tepat di saat kehancuran itu. pria itu datang dan memberikan segalanya membuat ia bisa begitu saja percaya padanya. dan ia memutuskan untuk meninggalkan segalanya dan hidup bersama pria itu.
kepercayaan itu memang pahit dan kehidupan itu selalu saja menyakitkan. disaat ia mencoba percaya ada orang lain. tapi nyata nya semuanya sama saja. tidak ada satupun. dan semua orang lebih mempercayai perkataan orang lain daripada korbannya. hanya pada satu sudut pandang saja dan semuanya begitu saja berubah. tatapan orang orang dan pikiran mereka.
tapi pria itu sama saja. dia mabuk setiap hari dan membawa wanita baru. dan hingga ia meninggal karena disadari kalau ia menderita penyakit Aids karena melakukan seks bebas. dan ... ia meninggal dengan sangat cepat tanpa diketahui oleh siapapun di rumah saat dia sedang tertidur dimalam haru seperti biasa. beberapa hari kemudian. mereka menyangka kalau wanita itulah membunuh suaminya karena merasa dikhianati. dan dia malah semakin dibenci. pertemuannya dengan Devan membuatnya sadar kalau menjadi orang tua itu sangat lah menyenangkan. dan ia dan Devan sebagai keluarga kecilnya yang tau akan hal itu.
***
"ku..kurang ajar. bagaimana pun aku berumur lebih tua dari kalian?!" seru wanita itu. tapi mereka malah marah. mereka menghujani nya dengan batu. Devan menyadari itu dan segera melindungi ibunya dengan tubuhnya sendiri tidak peduli dengan tubuhnya yang sudah berdarah. tawa mereka semakin keras, mereka senang.
"hahaha!. lihat Keluarga kecil ini!" seru mereka. salah satu dari mereka menarik kerah belakang Devan dan menghantam nya keras ke arah lantai. Devan bisa merasakan tubuhnya bergetar dan hampir saja ia kehilangan kesadaran.
"hahaha!. kita lihat bagaimana kau akan bergerak nenek reyot!" Devan bisa mendengarkan suara mereka. dan tidak lama ada sebuah suara kursi roda jatuh. Devan membuka kedua matanya paksa. ditengah remang remang. ia bisa melihat bahwa seseorang yang sudah ia anggap sebagai ibu itu jatuh dari kursi roda. dan kursi roda nya itu tampak di tendang menjauh dari sana.
***
DEG
***
"i...ibu...jangan...ibuku!" seru Devan. ia memaksa berdiri. tubuh nya lemas. ia merasa nafasnya terasa begitu sesak saat melihat wanita itu tampak bersusah payah bergerak. mengerakkan tangannya yang sudah renta. ia menatap ke arah anak anak yang ada di depannya dengan wajah lelah. anak anak kurang ajar itu, ia malah menginjak tangan wanita tua itu membuat nya perlahan meringis kesakitan.
"akh!" teriak suara ibu yang renta. ibu begitu rapuh dan begitu tua. bahkan suara nya terdengar gemetaran.
"i..ibu..ja..ja.." nafas Devan terasa berat. ia berjalan. berusaha mengerakkan badannya saat melihat ibunya dengan seenaknya direndahkan martabat nya di depan matanya sendiri.
"cih lihatlah dasar nenek tua, sok sok-an jadi orang tua!, dasar pembunuh!" dia yang tidak tau tentang apapun. Devan merasa nafasnya begitu sesak saat mendengar segala ejekan yang keluar dari mulut orang lain. Devan meremas tanah yang ada di lantai. sakit , susah sekali rasanya berdiri. pandangannya terasa semakin buram. Gawat .
***
Bruk
***
Devan terdiam. rasanya seperti ada sesuatu yang menyentak. ia menatap kearah depan dengan kedua matanya menatap kosong tidak percaya ke arah mereka yang kini tengah membully ibunya sendiri. suara itu. dadanya semakin sesak dan ia bahkan tanpa sadar menahan nafasnya. semua terasa begitu cepat. dan ia mengenggam tanah itu dan dengan secepat mungkin menguatkan diri untuk berdiri. entah darimana tenaga itu.
Devan berlari. memaksa tubuhnya saat melihat ibu diangkat begitu saja satu tangannya oleh anak yang paling besar. ia tertawa. dan meludahi nya. kemudian ia melemparkan nya begitu saja ke salah satu sisi yang agak jauh. Devan bisa merasakan kesakitan ibunya. ia begitu saja berlari. mengabaikan segala rasa sakit yang menyengat.
Devan berlari ke sana. dan segera memeluk ibu yang tampak sangat lemah dan tidak berdaya disana. memeluk tubuh renta nya yang tengah gemetaran. tidak lama terdengar suara suara mengejek dan tawa disana. Devan terus memeluk ibunya. dan merasakan lelehan hangat mengalir dari wajahnya saat melihat ibunya begitu saja di ejek dan di rendahkan seperti ini.
"..i..ibu...maaf" seru Devan pelan. ia menatap ke arah bawah. tidak mau menatap ke arah ibunya. sakit.
***
Buk
***
batu batu dan ejekan mulai terdengar lagi menghantam tubuh Devan yang kecil dan rapuh yang tengah memeluk melindungi ibunya. Devan merasa sangat tidak pantas. Devan melihat ke arah ibunya yang hanya tersenyum sekali lagi. sebuah senyuman yang sangat tulus. Devan bisa merasakan dadanya terasa gemetaran.
***
Buk
***
sekali lagi..., sekali lagi dia tidak bisa melakukan apapun. Devan bisa merasakan nafasnya terasa begitu sesak. tapi ia masih berusaha sekuat tenaga mengunakan segala anggota tubuhnya untuk melindungi hal yang berharga. hal yang sekarang sedang direndahkan. dirinya yang begitu lemah, dan sama sekali tidak berguna untuk mengatakan hal itu. nafasnya yang sesak dan tubuhnya yang lemah hanya bisa memeluk ibunya. melindungi dari segala bebatuan yang di lemparkan.
***
"haha!. lihat itu anak lemah itu melindungi pembunuh!". suara suara ejekan yang seolah menusuk hati.
"keluarga bahagia hahaha!". ejekan yang begitu menyakitkan.
"ayo lempar lagi!"
"kali ini yang lebih besar, eh disana ada tuh ada yang besar!" . dia mengambil batu yang berukuran besar dan begitu saja melemparkannya pada Devan. rasa sakit menusuk dan batu itu jatuh ke lantai setelah menimpa punggung Devan yang gemetaran. tidak tau kalau Devan menahannya. batu itu perlahan jatuh dan berbaur dengan batu lainnya yang berjatuhan tiap detiknya.
***
Buk, bebatuan yang sakit dan menghantam meninggalkan bekas luka dan mental bagi Devan. tubuhnya yang rapuh dan lemah. yang begitu pucat semakin bertambah pucat dan Devan terus bertahan disana. sampai semua nya lagi lagi selesai. ia akan terus disana. memeluk ibunya yang cantik.
***
"ibu...maaf" seru Devan. ibunya itu hanya tersenyum. ia mengulurkan tangannya yang begitu renta. begitu rapuh dan begitu tua ke arah pipi Devan. ia bisa merasakan tangan itu begitu dingin dan gemetaran.
"tidak apa Devan..., maaf.. karena-ku. kau jadi ikut di rendahkan" serunya. Devan tidak bisa melakukan apapun. ia tidak bisa melakukan apapun. dan hanya membiarkan semuanya. begitu saja terjadi dan ia hanya bisa menerima nya lagi dan lagi tanpa bisa melakukan apapun yang berharga. melihat sesuatu yang berharga di depannya direndahkan begitu saja oleh orang lain.
dan itu sangat menyakitkan...
***