Di dalam ruang kepala sekolah, Nadia tidak terlihat seperti akan menceritakan mengapa Ia sampai basah dan lengket, namun Ia hanya memberitahukan bahwa Ia tidak bertengkar atau mencoba membunuh siapapun. David memang khawatir, tapi Ia percaya bahwa Nadia akan menepati janjinya untuk tidak bertindak di luar batas normal seorang gadis remaja.
Alex memberikan pada Nadia sepasang baju ganti dari lokernya di tempat latihan dance, dan gadis itu segera pergi untuk membersihkan dirinya dan berganti baju. Sedangkan mereka yang sedari tadi menunggu Nadia, hanya terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing tentang kejadian hari ini.
Nadia yang sudah berganti baju berjalan pelan dari kamar mandi hendak kembali ke ruang kepala sekolah, namun tidak jadi saat Ia melihat Amel, Grace, dan Henry yang sepertinya sudah dari tadi menunggunya. Ia mendekati mereka namun tidak mengatakan apapun.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Henry memecah keheningan.
Nadia mengangguk. "Gue cuman disiram susu basi dan gue nggak nyoba buat ngebunuh si Heny. So, I think I'm good." Jawab Nadia pelan.
"Jadi... Kepala sekolah kita itu bokap lo?" tanya Amel pelan.
"Kata Steven step father." Sahut Grace.
"Iya, semuanya bener. Gue pernah punya Daddy, bokap yang ngadopsi gue. Tapi Daddy udah meninggal, dan Mama nikah lagi sama Papa. So, gue anak adopsi yang hidupnya complicated." Jelas Nadia.
"At least, lo hidup." Sahut Henry pelan.
Nadia tersenyum.
"Lo semua nggak apa-apa, kan? Atau ada yang shock?" tanya Nadia kemudian.
Mereka semua menggeleng. Amel spontan langsung memeluk Nadia, begitu juga Grace.
"Bau lo kayak yoghurt." Komentar Amel.
"Karena emang dilemparin pake yoghurt, Amel…" jawab Grace. Ketiganya lalu tertawa.
"Oh iya, si Heny gimana?" tanya Henry tiba-tiba.
"Don't mention her bloody name, or I'm gonna seek her, and kill her for real." Jawab Nadia tajam.
"Oops, sorry." Bisik Henry.
DON'T FORGET TO LEAVE A TRACE PLEASE...
so be kind to COMMENT AND VOTE
p.s* your power stone will be refill every 24 hours,
so spare me one of them, please.
Thank You xoxo.