"Aku akan menjadi Raja Iblis."
Merlin tertegun sejenak mendengar perkataan Meliodas yang cukup acuh itu. "Apa kau yakin memutuskannya tanpa berunding dengan kami terlebih dahulu?"
"Keputusanku sudah bulat. Tapi karena aku masih memiliki perasaan yang tersisa dengan kalian, aku akan membiarkan kalian pergi setelah ini."
"Semua orang tidak akan setuju." Merlin mengerutkan kening.
"Aku tidak peduli, aku hanya ingin menghancurkan kutukan yang menempel pada Elizabeth selama ini." Meliodas berkata dengan nada dingin.
"Bukankah kekuatanmu cukup?" Merlin harus mengakui cukup asik mengobrol dengan Meliodas seperti ini. Rasanya seperti bermain di taman jebakan, melakulan gerakan salah, maka nyawa akan hilang.
"Aku harus menjadi Raja Iblis untuk menghancurkan kutukan ini."
Merlin tersenyum, "Danchou, kau seperti orang yang akan pergi mati dalam peperangan."
"Ya, seharusnya aku sudah mati sejak dulu."
Merlin menghela napas, mengonfirmasi jika Meliodas sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Akibat kejadian ini, dia mengetahui kesalahpahaman dalam pemahamannya mengenai Aura Kekacauan.
Meski Aura Kekacauan meningkatkan kekuatan Meliodas secara drastis, pada saat yang sama juga merusak jiwanya secara perlahan. Semakin Meliodas menggunakan kekuatan itu, jiwanya akan semakin terkontaminasi lebih jauh.
Kecuali Asheel atau Sera, tidak ada yang bisa memulihkan jiwa yang sudah rusak itu. Oleh karena itulah Raja Iblis bisa dengan mudah membunuhnya saat Meliodas terjebak dalam «Anta no Mayu» milik Melascula.
Teknik itu tidak hanya menggunakan energi Meliodas untuk mempertahankan kepompongnya, tapi juga mengacaukan mentalnya untuk semakin jatuh pada hasrat kegelapan dan balas dendam.
Merlin sendiri tidak tahu bagaimana Raja Iblis dapat membunuh Meliodas tanpa harus beranjak dari tahtanya, namun fakta jika sebagian emosi Meliodas telah dicabut dari dirinya adalah benar.
"Kurasa tidak ada pilihan lain selain mundur." Merlin tersenyum kecil.
Tapi saat Merlin akan berteleportasi, tiba-tiba suara teriakan seorang wanita menghentikan tindakannya:
"Meliodas-sama!"
Elizabeth datang sambil berteriak khawatir pada Meliodas.
"Elizabeth...." Meliodas menatap ke bawah sebelum tersenyum. "Pas sekali, aku tidak perlu mencarimu."
"Ojou!" Merlin berteriak khawatir.
Merlin berhasil menenangkan dirinya salam sekejap sebelum menggunakan «Apport» pada Elizabeth dan memindahkannya ke tempat lain.
"Sialan, Merlin!" Meliodas berteriak marah dan melesat ke arahnya.
"Sampai ketemu lagi, Danchou." Merlin tersenyum pada Meliodas sebelum menggunakan «Shunkan-Ido», mantra teleportasi untuk melarikan diri darinya.
"Brengsek!" Meliodas menggeram marah sebelum mengalihkan pandangannya ke istana.
...
Beberapa mil jauhnya.
"Apa yang terjadi pada Meliodas-sama?" Elizabeth menarik pakaian Merlin sambil bertanya dengan mata berkaca-kaca.
Merlin menggelengkan kepalanya sedikit dan berkata, "Kita bicarakan setelah berkumpul kembali dengan semuanya."
"Merlin!"
Arthur yang dibahunya membawa Gowther berlari ke arahnya. Nanashi juga mengikutinya dari belakang.
"Dimana Meliodas?"
"Danchou berada di istana." Merlin menjawab, sebelum membuka mulutnya lagi: "Karena semua warga dan Ksatria Suci Camelot yang tersisa telah diselamatkan, kita akan langsung kembali ke Liones."
"Kenapa terburu-buru? Bukankah kita menang?" Arthur bertanya.
Merlin menghela napas sekali lagi, "Tidak, kita salah perhitungan. Zeldris tidak ada di istana selama ini. Dia ternyata berada ke Liones."
"Apa?!"
Arthur, Gowther, Elizabeth, dan Nanashi berteriak terkejut secara bersamaan.
"Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada Meliodas?" Elizabeth yang selama ini terus-menerus merasakan kecemasan di hatinya hanya bisa bertanya dengan khawatir. Apalagi setelah melihat Meliodas yang memasuki Assault Mode sebelum dia dipindahkan oleh Merlin.
"Kita tinggalkan Danchou untuk saat ini. Akan sangat berbahaya jika kita tetap berada di Camelot." Merlin berkata mencoba mendesak mereka.
"Bagaimana dengan tanah kerajaan? Apakah akan ditinggalkan begitu saja?" Arthur merasa enggan untuk meninggalkan Camelot.
"Kita harus menyusun rencana dan merebutnya nanti."
"Hmm, kecemasan. Apakah kau menyembunyikan sesuatu dari kami, Merlin?" Gowther tiba-tiba bertanya.
"Apakah itu tentang Meliodas?" Elizabeth menjadi semakin cemas.
Merlin sebenarnya sudah agak jengkel dengan situasi ini, jadi dia hanya mengabaikan mereka dan menggunakan «Greater Teleportation» untuk memindahkan mereka semua, tentu saja beserta para warga dan Ksatria Suci yang selamat.
...
Liones tidak jauh berbeda dari Camelot, kerajaan dibuat berantakan oleh pasukan Klan Iblis yang dispawn oleh Grayroad.
Istana kerajaan juga telah disusupi Sepuluh Perintah Tuhan.
"Hanya merebut sebuah kerajaan manusia mengapa membutuhkan waktu begitu lama?" Zeldris mendarat di sebelah Fraudrin yang sekarang merasuki tubuh Dreyfus.
"Apa yang kau harapkan dari seorang pengganti sepertiku? Selain itu, Tujuh Dosa Mematikan sangat merepotkan kita." Fraudrin terkekeh.
"Banyak sekali alasan." Zeldris meliriknya.
"Tapi ... Perintah-mu benar-benar menakjubkan. Siapa pun yang menunjukkan punggungnya padamu akan menjadi budak patuh dari Raja Iblis. Kamu adalah prioritas kedua, Zeldris." Fraudrin berkata sambil melihat gerombolan manusia di depan yang masing-masing mengucapkan kalimat pemujaan, seperti:
"Kami adalah pelayan Raja Iblis!"
"Memohon kesetiaan pada Raja Iblis!"
"Zeldris-sama!"
"....."
Dan banyak lagi.
Kumpulan Ksatria Suci itu bisa terjebak dalam keadaan itu karena pengaruh dari kekuatan Perintah Ketaqwaan milik Zeldris.
Saat Fraudrin mengagumi efek kutukan itu, Zeldris mengabaikannya karena fokusnya saat ini berada pada istana.
"Zeldris, ada apa?" Fraudrin bertanya, tapi orang yang ditanya lanjut mengabaikannya. Dia tidak perlu lagi menggunakan kehormatan saat memanggilnya karena posisi mereka yang sama.
"Estarossa?" Zeldris bergumam pelan sambil terus menatap istana. "Apakah Anija bersenang-senang setelah menemukan musuh yang tangguh?"
"Kekuatan sihir itu?!" Fraudrin yang baru saja mengalihkan fokusnya juga terkejut. Dia tiba-tiba berteriak kaget saat mengamati keadaan pertempuran, "Estarossa didorong?! Mustahil!"
Mereka berdua segera mengeluarkan sayap yang terbuat dari zat hitam muncul dari punggungnya, dan dengan itu keduanya terbang untuk menyaksikan lebih dekat.
Sebuah bola panas yang tampak seperti matahari mini mendorong Estarossa ke arah pesisir pantai yang masih berada di wilayah Liones.
Whoosh!
Udara menjadi sangat panas hanya karena keberadaan matahari mini itu, dan angin yang dilewatinya bisa melelehkan apapun.
"Kekuatan yang konyol ini, tidak salah lagi....!"
"Ini milik Mael bajingan itu!"
"Kenapa seorang manusia bisa memilikinya?" Zeldris mengerutkan kening.
"Ayo ke tempat Estarossa!" Fraudrin segera mengajak Zeldris.
"Tunggu!" Zeldris menghentikannya, sebelum menengok kanan kiri seperti sedang mencari sesuatu. Matanya tiba-tiba membelalak saat dia meraih kerah armor Fraudrin dan melemparkannya sangat jauh.
"Apa yang kau lakukan, Zeldris?" Fraudrin tidak bisa mengatakannya dengan jelas karena itu terlalu tiba-tiba baginya, tapi saat melihat Zeldris yang masih menengkok sekeliling dia bisa tahu kenapa Zeldris melemparnya.
BAM!
Zeldris sudah mengangkat pedangnya ke atas, dan tepat setelah dia melakukannya, tubuhnya terdorong ke bawah sambil membentur tanah dengan sangat keras.
Tanah sendiri sampai membentuk jaring karena efek kehancuran itu, dan Zeldris segera bangkit seperti bukan apa-apa baginya.
"Perasaan ini..." Zeldris meludah ke samping sebelum mengangkat kepalanya. Dia lalu bisa melihat seekor hewan raksasa menjulang tinggi hanya dengan ukuran tubuhnya. "Perasaan asing dunia lain ini..."
Rawr!
Bulu putih bergaris-garis, empat kaki dan cakar, serta taring yang terlihat garang. Itu adalah seekor harimau putih raksasa yang memiliki kulit seperti baja.
Byakko.
"Para hama sialan ini selalu menjadi penghalang bagi ambisi kami, Klan Iblis!" Zelrdris menggeram marah saat dia membocorkan niat membunuh ke sekitarnya.
Setelah melakukan kuda-kuda, tubuhnya segera melesat meninggalkan lebih banyak kehancuran di tanah.
Byakko mengangkat salah satu kakinya lagi sebelum mendorongnya ke bawah. Jika dilihat dari sudut pandang luar, harimau itu melakukannya dengan sangat santai.
"Apa kau meremehkanku!?" Zeldris menggertakkan gigi saat dia menambah kecepatan terbangnya.
Kaki Byakko yang terulur tiba-tiba dikelillingi oleh Zeldris dengan kecepatan yang sangat tidak manusiawi, hingga saat Zeldris sudah meluncur di udara, baru saat itulah kaki Byakko tiba-tiba menyemprotkan darah ke banyak tempat.
"Rawr!" Byakko meraung ke langit saat tubuh besarnya terhuyung, dia sudah menyeimbangkan diri sebelum tubuhnya jatuh.
"Meski membawa kekuatan besar, kau masih hijau dalam pertarungan." Zeldris memandang ke bawah sebelum mengonfirmasi siapa binatang buas yang tiba-tiba menyerangnya ini.
Saint Beast.
Yang didepannya adalah salah satu dari empat Saint Beast, seekor Harimau Putih Raksasa. Saint Beast yang juga disembah manusia, sekaligus sebagai pelindungnya.
"Aku sudah memperkirakan kedatangan kalian setelah Sepuluh Perintah Tuhan mengekstrak begitu banyak jiwa manusia di Britannia. Tapi aku tidak menyangka binatang buas sepertimu sangat tangguh."
"Rawr...."
"Aku tidak mengerti ucapanmu. Aku juga tidak mempelajari bahasa kucing liar sepertimu!" kata Zeldris sambil menatap ke bawah.
"Rawr!!!" Byakko sudah memulihkan kakinya yang baru saja tersayat, lalu membuka mulutnya lebar-lebar ke arah Zeldris.
Energi magis di udara tersedot seperti pusaran menuju mulut Byakko, sebelum mengonsentrasikan energi itu menjadi sebuah panas yang terkumpul.
"God." Zeldris bergumam saat dia juga bersiap. Aura Raja Iblis menyelimuti tubuhnya saat dia juga mengosentrasikannya ke pedangnya. Kali ini Zeldris menggunakan kekuatan Raja Iblis yang bersemayan didalam dirinya.
Whoosh! Whoosh!
Kedua energi itu bentrok di udara saat goncangan hebat menyapu seluruh Liones, membuat tanah dan bangunan bergetar. Akibatnya terdapat angin puyuh dengan bentrokan itu menjadi pusatnya. Tanah semakin retak dan atap berhamburan. Dampak daya dorong ini sampai menghasilkan guncangan spasial di kehampaan.
Meski serangan Byakko hanya seperti mentahan energi yang sangat merusak, tapi kekuatannya tidak bisa diremehkan. Itu karena kekuatannya sendiri hampir bisa menandingi «Cruel Sun» milik Escanor, hanya saja bukan panas yang terkonsentrasi tapi daya hancur yang mampu mengikis apapun, bahkan ruang.
Serangan Zeldris yang menggunakan kekuatan Raja Iblis itu juga nyata, bukti keberadaan Makhluk Trascend yang tidak sempurna.
Dari hasil kedua bentrokan tersebut, serangan milik Zeldris lah yang lebih unggul karena atribut di balik serangannya adalah meniadakan segala teknik sihir. Jadi kekuatan yang dikumpulkan Byakko dalam serangannya dinetralkan begitu saja.
Saat awan debu mengendap akibat bentrokan serangan itu, Byakko segera menggunakan mata emas harimau-nya untuk mencari keberadaan Zeldris, tapi Pangeran Iblis itu sudah pergi.
"Rawr!" Byakko hanya meraung ke langit untuk menandakan kegagalan dan rasa frustasinya.