Matahari turun di langit barat. Langit menjadi gelap dan kamar pun berubah temaram. Namara merasakan ciuman yang mununtut. Lumatan di kedua bibirnya menyihir tubuhnya sepenuhnya.
Lidah Eros membelit lidah Namara dan menyesap rasa manisnya. Tangannya bergerak menjelajah leher Namara dan turun menuju dadanya yang sintal.
Belaian diberikan di sana hanya untuk menggoda wanita di bawahanya. Belaian itu berubah menjadi remasan lembut di puncak aset Namara.
Ciumannya terlepas dan dia berpindah ke telinga Namara. "Bagaimana jika hari ini kau benar-benar terlambat?" bisiknya.
Suara dalam Eros dan napas hangat yang menimpa telinga Namara dan membuatnya bergidik. Gelenyar aneh menyerang tubuhnya dan berakhir dengan gelombang kehangatan di seluruh tubuhnya.
"Aku … yakin aku tidak terlambat," balas Namara.
Eros mengecup telinga Namara dan menyapukan lidahnya di sana. Mulut Namara langsung terbuka lalu desahan halus lolos begitu saja. Tangan kanannya menekan bahu Eros.
"Jangan … di sana."