"Bagaimana?"
Juza yang sedari tadi menunggu Azami di depan gerbang salah satu Universitas di Yokohama langsung melayangkan pertanyaan saat melihat Azami berjalan menghampirinya.
"Mereka bilang aku bisa mendaftar untuk mendapatkan beasiswa."
Juza mengerutkan dahinya heran. "Kau ingin mendaftar jalur beasiswa?"
Dengan pasti Azami menganggukan kepalanya. "Tentu. Itu akan meringankan biaya yang akan aku keluarkan. Karena aku juga harus membayar biaya pendidikan Yuri dan hutang ku padamu."
Sebelah tangan Juza terulur untuk mengacak-ngacak rambut Azami. Membuat Azami menatapnya tidak suka.
"Kau kakak yang baik. Kedua orangtua mu pasti bangga memiliki anak seperti mu." Ujar Juza yang kini menepuk-nepuk pelan puncak kepala Azami.
"Kau juga orang yang baik Juza-san. Kedua orangtua mu pasti juga bangga memiliki anak seperti mu." Balas Azami yang membuat Juza berhenti menepuk-nepuk pelan puncak kepalanya.
"Tidak juga." Gumam Juza sambil menjauhkan tangannya dari puncak kepala Azami.
Azami yang merasakan suasana hati Juza berubah pun mengerutkan dahinya heran. Dirinya ingin bertanya, namun dia urungkan. Menurutnya itu adalah privasi Juza, jadi dirinya tidak ingin mengusik.
"Hmmm, Juza-san. Apa saat ini ada tempat yang ingin kau kunjungi?" Tanya Azami mencoba untuk menormalkan kembali suasana diantara dirinya dan Juza.
Juza berdeham sesaat. "Kurasa tidak. Apa kau ingin mengunjungi suatu tempat terlebih dulu sebelum pulang?"
"Bukan begitu. Hari ini kau sudah menemani ku mencari Universitas. Jadi mungkin, kau ingin mengunjungi suatu tempat juga? Aku akan menemanimu, sebagai tanda terima kasih ku."
Sebelah alis Juza terangkat keatas. "Hmm, jadi kau ingi berterima kasih padaku. Kurasa ada suatu tempat yang ingin ku kunjungi saat ini."
Azami mengulaskan senyum kecil diwajahnya."Ah, baiklah kalau begitu. Aku akan menemani mu Juza-san."
Juza menganggukan kepalanya pelan, lalu berjalan memasuki mobil. Begitu juga dengan Azami yang kini menyusul untuk memasuki mobil. Mereka berdua bersiap untuk pergi menuju tempat yang ingin Juza kunjungi.
***
Azami mengerutkan dahinya heran saat dirinya dan Juza kini berada di depan sebuah bangunan apartemen.
"Ini adalah apartemen tempat tinggal ku dulu saat masih seorang mahasiswa."
Azami menganggukan kepalanya pelan mendengar perkataan Juza yang seolah tahu apa yang sedang dirinya pikirkan saat ini.
Kini Azami dan Juza melangkahkan kaki mereka memasuki bangunan apartemen. Juza membawa Azami untuk memasuki salah satu lift yang akan mereka gunakan agar sampai pada lantai dimana unit apartemen miliknya berada.
"Aku ingin mengambil beberapa barang yang lupa ku ambil sebelum kembali kerumah orangtua ku." Ucap Juza membuyarkan keheningan yang terjadi diantara dirinya dan Azami didalam lift.
"Oh begitu rupanya." Balas Azami seadanya dan hanya direspon dehaman oleh Juza.
Setibanya lift pada lantai dimana unit apartemen milik Juza berada, Juza menggenggam jari jemari Azami dan membawa pemuda itu keluar dari lift untuk berjalan menuju unit apartemennya.
Azami yang jari jemarinya di genggam oleh Juza, sedikit tersentak kaget. Namun dirinya berusaha untuk kembali menormalkan perasaannya gaar tidak terlihat begitu terkejut oleh Juza.
Juza terus menggenggam jari-jemari milik Azami, sampai saat ini mereka berdua sudah berada didalam unit apartemen miliknya.
Azami yang sudah berada didalam unit apartemen milik Juza, berdecak kagum melihat desain interior dan juga ukuran unit apartemen Juza yang terlihat begitu luas dibandingkan dengan unit apartemen yang dirinya tinggali dulu saat masih menjadi seorang mahasiswa dan pegawai partime sebuah perusahaan desain interior.
"Selama aku mengemasi barang-barang, kau bisa melihat-lihat isi unit apartemen ku atau memilih untuk menonton televisi." Ucap Juza yang di respon anggukan kepala oleh Azami.
"Dan juga, jika kau merasa haus. Sepertinya di lemari pendingin ada beberapa botol air mineral yang selalu Goshi bawa saat berkunjung kesini."
Lagi, Azami menganggukan kepalanya merespon perkataan Juza. Sebelum pria itu berjalan meninggalkan dirinya sendiri diruang tamu .
Azami yang ditinggalkan sendirian pun memilih untuk menyalakan televsi dan duduk di sofa. Dirinya terus menekan remot televisi untuk mencari program acara yang menurutnya menghibur, karena saat ini dirinya sedikit merasa lelah dan mengantuk setelah hampir satu hari ini berkeliling mengunjungi beberapa universitas bersama dengan Juza.
"Ah, aku benar-benar mengantuk." Gumam Azami sambil memeluk salah satu bantal sofa dengan kedua matanya yang sudah terlihat sayu.
"Kurasa tertidur sebentar tidak masalah. Juza-san pasti akan membangunkan ku." Gumam Azami lagi yang saat ini tubuhnya sudah berbaring diatas sofa.
Semilir hembusan angin dingin dari mesin pendingin ruangan membuat Azami jadi semakin nyaman dan terlelap menuju alam mimpi.
Sedangkan itu Juza yang masih berada didalam ruangannya untuk mengemasi beberapa barang miliknya, kini menolehkan kepalanya kearah meja belajar untuk melihat sebuah figura foto yang berada disana. Lalu berjalan menghampiri meja belajarnya sambil membawa sebuah kotak kardus yang berisikan beberapa barang yang akan di bawanya pulang.
Figura foto itu berisikan foto seorang anak perempuan yang sedang tersenyum cerah kearah kamera dan seorang anak laki-laki yang memasang ekspresi datar kearah kamera.
"Mimi-chan." Gumam Juza sambil mengelus pelan foto anak perempuan tersebut.
"Mungkin sekarang dirinya sudah memiliki keluarga dan hidup bahagia. Bahkan kakek nya sudah tidak pernah lagi membahas tentangnya setiap bertemu dengan ku."
Helaan nafas panjang Juza hembuskan dan kini dirinya meletakan kembali figura foto tersebut diatas meja belajar.
Juza melirikan matanya kearah jam tangan yang kini sudah menunjukan jam lima sore.
"Sebaiknya aku dan Azami-kun memilih makan malam disini, sebelum kita kembali kerumah." Gumam Juza yang kini kembali membawa kotak kardus miliknya, lalu berjalan menuju pintu ruangannya.
"Azami-kun."
Juza memelankan suaranya saat dirinya mendapati Azami yang tengah tertidur di sofa.
Seulas senyum kecil tercetak diwajah Juza yang kini perlahan berjalan menghampiri Azami, lalu meletakan kotak kardusnya itu diatas meja.
Kini Juza memilih untuk terduduk diatas karpet dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah Azami yang terlihat begitutenang saat terlelap.
Perlahan Juza mendekatkan wajahnya dengan wajah Azami. Namun saat bibirnya akan menyentuh bibir Azami, Juza menjauhkan kembali wajahnya.
"Akan sangat tidak sopan jika aku mencium mu saat sedang terlelap." Gumam Juza yang mengulurkan sebelah tangannya untuk mengusap-ngusap pelan rambut Azami.
"Selamat tidur, aku akan membangunkan mu setelah menu makan malam selesai ku buat." Gumam Juza lagi yang kali ini mendekatkan wajahnya pada kening Azami untuk memberikan kecupan disana.
Setelah mengecup kening Azami, Juza berjalan kembali masuk kedalam ruangannya untuk mengambil sebuah selimut untuk menyelimuti tubuh Azami. Lalu berjalan menuju dapur untuk memasakan menu makan malam.
***
Azami yang mecium aroma begitu lezat didalam tidurnya pun mengerutkan dahi heran, sebelum dengan perlahan kedua kelopak matanya mulai terbuka.
Kedua mata Azami mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kembali kesadarannya dan setelah merasa kesadarannya sudah terkumbul kembali, perlahan Azami beranjak dari posisi berbaringnya lalu memperhatikan lingkungan disekitarnya.
"Ah ya, aku sedang berada di unit apartemen milik Juza-san." Gumam Azami saat mengingat jika dirinya sedang berada di unit apartemen milik Juza.
"Kau sudah bangun rupanya. Apa aroma masakan ku menganggu tidur mu Azami-kun?" Tanya Juza saat dirinya baru saja akan membangunkan Azami untuk makan malam.
"Hmm, aroma masakan mu membuat ku merasa lapar Juza-san." Jawab Azami yang membuat Juza mengulaskan senyum diwajahnya.
"Kalau kau merasa lapar, ayo kita makan. Aku juga baru saja selesai memasak menu makan malam untuk kita berdua."
Azami menganggukan kepalanya pelan lalu beranjak dari sofa. Menyusul Juza yang sudah berjalan lebih dulu menuju dapur.
Sesampainya didapur, Juza dan Azami pun langsung menyantap menu makan malam mereka dengan sesekali bersannda gurau membicarakan beberapa hal agar suasana diantara mereka berdua tidak terasa canggung.
Setelah selesai menghabiskan menu makan malam, Azami dan Juza pun membersihkan peralatan memasak dan perlengkapan makan yang sudah mereka gunakan.
"Hah, aku merasa saat ini perutku benar-benar penuh." Ujar Azami saat dirinya sudah duduk bersandar diatas sofa.
Juza yang mendengar perkataan Azami mengulaskan senyum kecil diwajahnya, lalu metekan dua buah kotak kecil yang berisikan buah strawberry dan anggur diatas meja ruang televisi.
"Syukurlah jika kau menyukai masakan ku." Ucap Juza sambil memakan satu buah anggur.
Azami yang mendengar perkataan Juza berdecak pelan. "Tentu saja , masakan mu itu lezat Juza-san."
Sebelah alis Juza terangkat dan kini dirinya memperhatikan Azami yang sedang memakan buah strawberry.
"Benarkah masakan ku terasa lezat menurut mu?"
Azami yang baru saja memasukan kembali buah strawberry kedalam mulutnya, menganggukan kepala.
"Tentu saja, masakan mu sang-mmphh
Azami tidak dapat melanjutkan perkataannya saat tiba-tiba saja bibirnya dibungkam dengan sebuah ciuman oleh Juza.
"Rasa buah strawberry milikmu juga terasa lezat, Azami-kun." Ucap Juza saat dirinya berhasil mencuri buah strawberry yang berada di dalam mulut Azami.
Azami dapat merasakan kini wajahnya terasa memanas, melihat Juza tengah memakan buah strawberry yang pria itu curi dari dalam mulutnya.
Juza mengulurkan buah strawberry yang baru dirinya ambil kehadapan bibir Azami.
"Bukalah bibir mu. Aku akan mengganti buah strawberr yang sudah ku curi tadi."
Dengan ragu, Azami menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, itu bisa kau makan sendiri aku ak-
Azami menghentikan perkataannya saat dirinya merasa terkejut tiba-tiba saja tubuhnya terdorong hingga kini terbaring diatas sofa dengan sosok Juza berada diatasnya.
"Juza-san, apa yang kau la-
Lagi, perkataan Azami terhenti saat buah strawberry sudah masuk kedalam mulutnya dan kini kedua bola mata Azami membulat terkejut saat Juza kembali membungkam bibirnya dengan ciuman.
Azami ingin memberontak, tetapi kekuatan yang dirinya miliki tidak sebanding dengan Juza.
"Hah.. Hah.. Hah.." Azami menghirup oksigen dengan terengah saat Juza menyudahi ciumannya.
Azami kini benar-benar merasakan hawa panas menjalar diseluruh wajahnya. Dirinya juga sangat yakin jika saat ini wajahnya sudah memerah karena malu.
Sedangkan itu Juza yang melihat wajah Azami sudah memerah pun mengulaskan senyum diwajahnya. Melihat wajah Azami yang memerah seperti ini, entah mengapa menurut Juza membuat Azami terihat begitu lucu.
Azami yang menyadari jika Juza kini tengah memperhatikan wajahnya dengan seulas senyum tercetak diwajah pria itu pun mengulurkan kedua telapak tangannya untuk menutupi wajahnya yang memerah, agar Juza berhenti memperhatikan wajahnya.
"Berhentilah menatap wajah ku, Juza-san." Ucap Azami dengan kedua telapak tangan menutupi wajahnya yang sudah berubah warna menjadi merah padam.
Juza yang melihat Azami berusaha menutupi wajahnya yang memerah pun terkekeh.
"Kau tidak perlu menutupi kedua wajahmu, Azami-kun." Juza yang kini sebelah tangannya terulur untuk menyingkirkan telapak tangan Azami dari wajahnya yang memerah.
Azami menolehkan wajahnya kearah lain, saat Juza berhasil menyingkirkan kedua telapak tangannya dan kini menahannya diatas kepalanya.
"Berhenti menatap ku." Decak Azami dengan raut wajah memerah.
Juza yang melihat ekspresi kesal Azami saat ini, merasa gemas.
"Jika kau ingin aku berhenti menatap mu, maka kau harus menatap ku, Azami-kun."
Terdengar suara dengusan keluar dari mulut Azami. "Jika aku menatap kearahmu, maka kau akan kembali membungkam bibir ku."
"Memang kenapa jika aku membungkam bibir mu lagi?" Tanya Juza yang membuat Azami menghela nafas panjang lalu kini menolehkan wajahnya kearah Juza.
"Itu terasa aneh. Kau tahu, kita berdua adalah sama-sama seorang pria. Dan emm, melakukan itu bukankah sangat aneh?"
Juza menaikan sebelah alisnya. "Jika kau menikmatinya, kenapa harus menganggap hal ini aneh?"
"T-tapi, ini pertama kalinya aku melakukan ini. Meski saat masa sekolah aku sering melihat teman-teman pria ku melakukan ini di depan ku. Tetapi bukankah terasa aneh melakukan hubungan dengan sesama pria juga."
Sebelah tangan Juza terulur untuk menaikan rambut bagian depan Azami, agar dirinya dapat melihat dengan jelas wajah pemuda itu.
"Saat kau melihat teman-teman pria mu melakukan hubungan, apa kau melihat ekspresi tidak senang tercetak diwajah mereka?" Tanya Juza yang membuat Azami terdiam. Azami mencoba untuk mengingat kembali bagiamana ekspresi yang tergambar pada wajah teman-teman pria nya saat mereka tidak sengaja melakukan hubungan di hadapannya.
Blush..
Wajah Azami kembali memerah saat dirinya mengingat bagaimana ekspresi dan perkataan yang keluar dari mulut teman-teman prianya saat melakukan hubungan.
Juza yang sedari tadi memperhatikan wajah Azami, mengulaskan senyum saat melihat wajah Azami yang kembali memerah.
"Seperti yang ku katakan tadi. Jika kau menikmatinya, kenapa kau harus merasa aneh?"
Azami menggigit bibir bagian dalamnya ragu. "T-tapi aku belum pernah melakukan ini."
Juza tergelak mendengar perkataan Azami. "Kau pikir ini bukan kali pertamanya aku melakukan ini? Aku juga belum pernah melakukan hal ini."
Kedua bola mata Azami membulat terkejut mendengar pengakuan Juza yang diluar ekspektasinya.
Juza yang melihat ekspresi terkejut tercetak di wajah Azami pun, perlahan menangkup sisi wajah Azami dan mengelusnya perlahan.
"Kau tidak perlu khawatir, meski ini adalah pertama kalinya untuk kita berdua. Aku akan melakukan yang terbaik."
Blush..
Lagi, wajah Azami memerah mendengar perkataan Juza. Belum lagi kini dirinya melihat sorot mata Juza yang begitu sayu.
"T-tapi Juza-san, ak-emphh..
Perkataan Azami terpotong saat Juza sudah membungkam bibirnya dengan sebuah lumatan.
Azami tida dapat melawan, saat Juza semakin memperdalam lumatan bibirnya.
Deru nafas Azami kini memburu saat Juza menyudahi apa yang dilakukan pria itu tadi.
"Hah, hah, t-tunggu. Tunggu dulu Juza-san." Ucap Azami panik saat jari-jemari Juza sudah merayap di punggungnya dan itu memberikan sensasi aneh yang menggelitik pada tubuhnya.
"Eungh, Juza-san. T-tunggu dulu!"
Azami semakin merasa panik saat Juza sudah berhasil meloloskan kemeja dan juga kaus yang dikenakannya hari ini.
Juza berhenti melakukan aksinya dan kini menatap Azami yang sudah tidak mengenakan kemeja dan kausnya lagi dengan tatapan hangat.
"Kau tidak akan tahu, apakah apa yang akan kita lakukan ini terasa aneh atau justru terasa nikmat, sebelum kita mencobanya langsung Azami-kun."
Azami yang masih terengah, mencoba untuk menstabilkan deru nafasnya. "T-tapi Juza-s- eugh, tidak!"
Juza kini mendekatkan bibirnya pada leher Azami dan memberikan kecupan disana. Membuat Azami merasakan perasaan aneh yang baru pertama kali ini dirinya rasakan.
"T-tunggu dulu Juza-san. In-eungh.. ini salah." Ucap Azami terbata saat merasakan jari-jemari Juza berjalan turun menuju ikat pinggang pada celana jeansnya.
Juza yang mendengar perkataan terbata Azami, memilih untuk menulikan pendengarannya dan melanjutkan apa yang akan dirinya lakukan saat ini.
Ctek.
Kedua bola mata Azami membulat terkejut saat mendengar suara pengait celana jeansnya yang terlepas.
"Oh, tidak!"
"J-juza-san, berhen-eungh. Berhenti!"