Cassandra bersandar dagunya di atas lututnya. Dia ingin berbicara dengan Lotus dan memutuskan untuk bertanya kepada Lana apakah dia bisa mengirimkan surat. Dia akan akhirnya menjawab surat kakaknya dan itu pasti akan meringankan beberapa beban yang dia rasakan.
Dia masih dalam kebingungan, merenungkan apa yang telah terjadi dalam hidupnya.
Sebuah komitmen tanpa cinta, tanpa anak, di mana ia kemungkinan besar akan mati sebagai perawan. Tanpa seorang pun yang mencintainya.
Dia bertanya-tanya mengapa dia dipasangkan dengan Siroos dan mengapa kelompoknya terkutuk. Mimpi itu muncul kembali dalam benaknya dan tiba-tiba ia menyadari. Hatinya mencengkeram dengan sakit.
Mimpi-mimpinya bukanlah sekadar mimpi, melainkan kemungkinan besar kenangan. Kenangan dari kehidupan lain yang ia miliki bersama Siroos.