Setelah Alexa dan Matthias berbincang sebentar sebelum kemudian keduanya masuk ke dalam kamar, keduanya mulai memejamkan mata. Alexa membuka matanya kembali dan melihat bagaimana raut wajah Matthias saat tertidur begitu tenang dan tentram.
"Maaf karena harus membawa kamu dalam ajang balas dendamku." Ucapnya pada sosok sang alpha yang sudah tidur di hadapannya.
Kedua tangan kekarnya memeluk erat pinggang Alexa, perempuan itu tersenyum karenanya. Matthias tidak pernah tau kalau alasan dia ingin berkelana, bukan hanya karena dia ingin mencari kekuatan lebih kuat dari yangs ekarang dimilikinya. Ada niat lain, Alexa ingin mencari ayahnya kemudian mencari keberadaan dari tiga prajurit yang pernah membunuh ibunya dan dalang utamanya.
"Mungkin kamu tetap akan menerima permintaanku meski mustahil, tapi aku tak ingin kamu, orang yang berharga bagiku merasakan kesakitan yang pernah aku alami juga. Tolong maafkan aku, maaf..." setelah Alexa selesai dengan kalimatnya, matanya perlahan menutup saat kantuk itu datang.
Dan ketika itu, di dalam kamarnya. Ada sebuah kabut yang berkumpul di dekat tubuh Alexa, kabut putih itu berkumpul membentuk sebuah rupa manusia sebelum kemudian menerkam tubuh Alexa dan menutupi seluruh tubuhnya dengan kabut putih. Alexa sedikit membuka matanya, rasa dingin yang pekat membuatnya menggigil.
Malam itu Alexa bermimpi, jika dia berada di hutan yang semuanya berwarna merah. Tanah lembab yang ditumbuhi lumut merah, daun yang berwarna merah dan juga batang pohon yang mengeluarkan cairan merah seperti darah.
Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, tak ada seorang pun. Kabut tebal membuatnya agak kesulitan dalam melihat, tetapi Indra perasanya jadi lebih sensitif karenanya. Alexa mengambil langkah perlahan ke depan, mendengarkan dengan seksama suasana hutan yang anehnya.
Begitu sunyi dan tenang, hutan ini seakan mati. Dia menatap ke kiri, di depannya ada bebatuan besar yang ditumbuhi lumut merah lagi, dia loncat ke atasnya dan kemudian saat itu. Di Depannya, ada hamparan lapangan yang di ujungnya terdapat pohon smurni besar yang dibagikan batangnya tergambar sebuah wajah. Dia kedua mata wajah itu mengeluarkan cairan merah, batangnya berubah warna menjadi putih dan karena itu cairan merahnya terlihat begitu terang.
Alexa melihat jika rumput di lapangan besar ini terasa tidak asing baginya, Alexa seakan kembali ke rumah tetapi ini tidak terasa seperti rumah jika di lihat. Ada yang salah, lagipula kenapa dia bisa berada di sini.
"Apa ini hutan peri?!"
Alexa kemudian turun dari bebatuan besar itu dengan cara meloncat, sesampainya di bawah. Udara lebih dingin daripada sebelumnya, dia sampai menggigil karenanya. Anehnya dia masih menggunakan baju tidurnya, dan tanpa alas kaki. Dia dapat merasakan tekstur dari rumput yang terasa dingin dan tajam, Alexa mengernyit saat kakinya terasa mulai sakit dan beku.
"Ini, kenapa aku bisa berada disini."
Ini memang mimpi, tapi terlalu nyata baginya. Namun anehnya, saat dia melangkah kearah pohon yang milik dengan pohon smurni kehidupan peri hutan. Ada sosok hitam, tidak, itu adalah manusia yang memakai jubah. Hanya rambut peraknya yang terlihat berbeda, tangannya memegang sesuatu.
Rambut peraknya terlihat begitu terang, berbanding terbalik dengan jubah yang dia gunakan. Tak lama Alexa mendengar dia menggerutu, dan suaranya sangat serak juga mengerikan.
"Ck, sialan! Lagi-lagi tidak bisa mencampur mana pada pohon smurni, padahal sisa hidupnya tidak lagi sebanyak sebelumnya. Dewi benar-benar melindungi hutan ini sampai akhir, padahal inti dari pohon smurni ini sangat diperlukan untuk perang kali ini."
Namun saat kalimatnya selesai, orang itu berbalik dengan cepat ke arahnya dan tepat saat dia melihat wajah dari sosok berjubah hitam itu. Alexa berteriak terkejut.
"AAHH!!"
"Siapa disana?!!!"
Dia adalah perempuan, wajahnya mirip seseorang dan itu yang membuat Alexa terkejut. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan, tubuhnya terdiam karena terkejut. Anehnya, perempuan itu seakan tak dapat melihatnya padahal Alexa berdiri 10 meter dihadapannya.
"Keluar jika tak ingin mati ditanganku!!" Perempuan itu berucap sembari berjalan ke arah Alexa berada dengan langkah perlahan, tatapannya menyelidik ke seluruh arah.
Mencari keberadaan seseorang yang dia rasakan berjalan ke arahnya, karena hutan yang sunyi membuat suara langkah kaki terdengar dengan jelas. Bahkan suara nafasnya jadi terdengar lebih nyaring, Alexa tak berani mengambil langkah untuk lari. Sampai perempuan berambut perak yang menutup matanya itu tepat berada di depan Alexa, dia berhenti satu langkah dan Alexa sendiri langsung menahan nafasnya.
"Aku tau kau disana!!"
Alexa bingung dan semakin ketakutan, di dahi perempuan itu ada sebuah stone berwarna merah. Dia seorang penyihir hitam!
Ia tau semua itu dari Lucas, dia mengatakan ada satu penyihir hitam yang memiliki stone merah di dahinya. Itu adalah inti dari salamander, fire stone dan cara untuk mengambilnya dengan membunuh tubuh sang salamander.
Sedari tadi perempuan itu berjalan dengan menutup matanya, dan bagaimana cara dia mengetahui Alexa. Tapi! Ini adalah mimpinya.
"Aku tanya sekali lagi, siapa kau? Dan dari mana kau berasal sampai berani menemuiku!!"
Alexa yang sudah merasa agak tenang, dia berkata kepada dirinya sendiri. 'Ini adalah dunia mimpinya, tak mungkin dia dapat melukainya. Jika bisa, dia mungkin akan langsung terbangun dari tidurnya.'
Dia mengangguk sambil memejamkan mata, menarik napas dengan berat dan berkata perlahan. "Aku, Bella Torres." Sambil mengatakan nama ibunya, Alexa meminta maaf pada mendiang sang ibu terus menerus.
"Aku berasal dari hutan peri ini, dan entah bagaimana bisa berada disini."
Dan setelah itu tak ada tanggapan dari sang penyihir hitam, dia hanya diam berdiri didepan Alexa untuk beberapa menit. Alexa kebingungan tapi tak berani bergerak, rasa dingin kembali menyadarkannya untuk bergerak memeluk tubuhnya lagi.
"Lucu sekali, aku mencium aroma dari pria itu dari aroma tubuhmu. Apa kau berasal dari menara penyihir?!!" Tiba-tiba saja udara di sekitarnya berubah menjadi pengap dan menyesakkan.
Suara dari pertanyaannya berubah menjadi defensif dan penyihir itu mengangkat tangannya yang mengeluarkan api. "Katakan dengan jujur!! Dari mana kau berasal!!"
"I-itu. Aku benar-benar tidak mengerti aroma apa yang kau ciums ebenarnya. Tapi aku memang berasal dari hutan peri, sekarang aku tinggal di wilayah alpha Matthias..." Alexa menghentikan kalimat terakhirnya, dia merasa kalau informasi ini diberikan lebih banyak maka akan terjadi sesuatu.
Perasaannya jadi buruk, dan benar saja. Saat Alexa mendongak, dia melihat penyihir itu sudah membuka matanya dan menyeringai.
"Itu artinya kau memang berhak untuk kubunuh!!"
Wuuussshh...
Penyihir itu melesat dengan cepat dan Alexa tak dapat menghindar karena terkejut, tangan pucat itu keluar dari jubah hitamnya dan memegang batang leher Alexa dengan kuat.
"Kau adalah serigala dari wilayah alpha Matthias dan kamu mengakui diri sebagai peri hutan, hah! Bau seorang serigala tak dapat dibohongi, dan kau mencari mati karenanya!!"
Rasanya sakit, Alexa tak dapat mengambil napas sama sekali dan semakin banyak dia bergerak semakin banyak juga udara yang hilang dari paru-parunya. Tangannya berusaha melepaskan tangan sang penyihir, tapi tak bergerak sama sekali. Cengkramannya sangat kuat, ini menyakitkan dan dia mulai kehabisan napas.
Ini adalah mimpinya, tapi kenapa terasa begitu nyata. Alexa mulai menangis, dia tak terima mati saat ini dengan seorang penyihir hitam yang bahkan dia tak tau kenapa dia ada di hutan peri yang seperti hutan kematian ini.
Tiba-tiba Alexa menyadari, jika ucapannya tentang aroma pria adalah pancingan kalau penyihir gelap ini meragukan jawabannya tentang asalnya.
"Hah..ahh..."
"Jika kau memang berasal dari hutan peri, hutan ini sudah tak menerima siapapun bahkan dari ras peri sekalipun. Semua orang yang mencoba masuk ke hutan ini pasti akan mati, begitupun aku sebentar lagi."
Dan tanpa penyihir itu sadari, dari belakang tubuhnya. Akar merambat dan juga cahaya merah keluar dari pohon smurni kehidupan milik hutan peri, menarik sang penyihir dan mengikat tangan penyihir yang tengah mencengkram leher Alexa. dengan itu, reflek sang penyihir melepas leher Alexa dan berteriak kesakitan.
Tidak, ada asap yang keluar dari tubuhnya seakan terbakar.
"Tidak!! Arghh!! Jangan lagi sialan!!!"
"...Pergilah... dan cepat kembali... sudah tidak ada waktu lagi bagiku untuk mempertahankan hutan ini... dia akan segera mengambil inti kehidupan hutan ini...."
Suara terputus-putus itu terdengar dan segera, Alexa kemudian sadar jika pandangannya mengabur dengan pandangan terakhir yang ia ingat. Sang penyihir hitam itu meleleh menjadi cairan yang panas, dengan balon udara yang meletup-letup.