アプリをダウンロード
50% TAKE ME HOME / Chapter 6: |5| KATA YANG RUMIT

章 6: |5| KATA YANG RUMIT

Hai readers 👋

Sebelum lanjut bacanya, aku pingin tanya nih ke kalian. Berhubung pembacanya semakin banyak kan, boleh dong aku tahu sedikit tentang pendapat kalian terhadap cerita yang aku buat ini. Kalian bisa tulis lewat komentar entah itu saran atau kritik pun juga boleh, gitu aja sih 😬. Yaudah silahkan lanjutin deh bacanya......

"Ada kata yang memang sulit sekali bisa dimengerti, tapi jika sekalinya bisa kita akan terjerumus kedalamnya dan semakin banyak menggiring opini"

Keringat dingin mulai timbul disekitaran dahi Larissa, membayangkan jika sahabatnya itu bersungguh sungguh atas ucapannya barusan. Gadis itu mulai merutuki kebodohannya sendiri.

"Gimana ? Lo udah inget kan sekarang ? Atau masih lupa ?" Tanya Dafa sembari mengulum senyum melihat Larissa yang tampak gugup.

Larissa menggerakkan bola matanya keatas. "Gu,,gue masih gak inget tuh" Jawabnya terbata.

"Beneran gak inget atau sengaja dilupa - lupain nih ?"

"Beneran kok !" Ucapnya bohong.

"Yaudah, kalo masih mau bohong biar gue tambahin aja hukumannya" Pancing Dafa.

Larissa mendelik, "Ihh gak bisa gitu dong, main seenaknya aja ganti - ganti, kemarin kan perjanjiannya gak ada yang begituan..." Ceroscosnya.

Tak disangka Larissa yang sadar telah keceplosan langsung saja menutup mulutnya dengan cepat, betapa cerobohnya gadis itu hingga berkata sebelum berpikir panjang. Dafa lagi - lagi bisa menang darinya setelah tadi sengaja memancing Larissa. Laki - laki itu kini kembali mengulum senyum tak jelas.

"Kenak kan lo sekarang, makanya jangan berani bohong sama gue" Ledek Dafa.

Raut wajah Larissa berubah drastis menjadi cemberut, kakinya ia hentakkan ke tanah karna kesal.

"Yaudah, mau lo apa sekarang ?" Tanyanya ketus.

Dafa tersenyum licik, "Jalanin hukuman sesuai kesepakatan lah" Ujarnya singkat.

Larissa berdecak, "Emang hukumannya gak bisa ditawar apa ? Gue dari lahir jalannya pakek kaki. Sekarang mana bisa tetiba jalan pakek tangan" Keluhnya.

Dafa sengaja mengetukkan telunjuk jarinya pada dagu seolah sedang mempertimbangkan komentar gadis itu. "Hmm,,,Gimana ya ?"

"Tinggal diubah aja itu kesepakatannya, lo perhitungan banget sih sama sahabat sendiri" Gerutu gadis itu.

Tak ingin memperpanjang, Dafa akhirnya mengalah, "Yaudah gini aja deh, gue kasi hukuman yang paling ringan aja. Lo tinggal lap keringet gue, udah gitu aja" Katanya.

Jujur Larissa sedikit terkejut, tumben sekali Dafa cepat mengalah padanya. Tapi tunggu dulu Larissa harus memastikannya terlebih dahulu, sebelum Dafa  menjebaknya lagi.

"Udah yakin lo tuh ? Nanti biar gue gak salah lagi" Tanyanya jutek.

"Iya. Bawel lo !"

Sekilas Larissa tampak tersenyum senang setelah mendengar pertanyaan tersebut, gadis itu lantas bergegas mengambil sapu tangannya dari dalam saku rok abu yang kemudian digunakan untuk mengelap wajah berkeringat milik Dafa. Gadis itu mengawalinya dari dahi terlebih dahulu kemudian berlanjut ke area hidung, pipi, dan sekitarnya. Larissa tampak mengusap penuh telaten ia pun dapat secara jelas meneliti setiap sisi wajah milik sahabatnya. Dirinya secara sadar mengakui bahwa Dafa memanglah tampan apalagi jika dilihat dari sudut terdekat seperti ini.

Kemiringan hidungnya begitu sempurna sampai bentukan mata dan alisnya pun juga sama sempurnanya, tak ada sedikitpun bagian yang gagal. Apalagi bibirnya, Larissa sampai tidak sadar telah memandanginya terlalu lama. Berukuran sedikit tebal dan berwarna merah segar, ohh sungguh ingin sekali rasanya mencicipinya. Ehh,,,tapi tunggu dulu, Larissa menggelengkan kepalanya cepat, apa yang sudah gadis itu pikirkan tadi. Bisa - bisanya ia jadi hilang kendali seperti ini.

"Lo kenapa Sa ? Ngapain geleng - geleng ?" Celetuk Dafa.

Larissa gelagap, "E,ee itu tadi ada lalat di muka gue Daf"  Sangkalnya.

"Lo belum mandi ya ? Sampek dicari lalat gitu lo ?" Tuduh Dafa sambil tertawa.

"Enak aja, mana pernah gue gak mandi. Lalatnya aja kali tuh mungkin suka sama aroma gue" Bantahnya secara langsung.

"Ah masak iya sih ? Setau gue lalat suka bau busuk gitu deh kayaknya" Goda Dafa yang nyaris membuat Larissa setengah kesal.

"Yaudah, terserah lo aja. Susah emang ngomong sama orang pinter" Cibirnya.

Dafa kembali tertawa kencang, tampang sahabatnya itu sangatlah imut jika sedang kesal seperti ini. Itulah sebabnya dirinya doyan sekali menjahili Larissa.

"Aduh aduh curut kalo lagi kecel kok imut banget cihh" Celoteh Dafa sembari mencubit kedua pipinya.

Larissa segera menepis tangannya, "Gak usah sentuh - sentuh, tadi katanya bauk busuk" Sindirnya.

"Engga, curutnya Dafa wangi kok. Wangi banget malah" Dafa refleks memeluk erat pinggang Larissa, mencium aroma stroberi dari seragam yang dikenakan oleh gadis itu.

Larissa sempat terdiam karna perlakuan sahabatnya itu, namun setelahnya kembali membuka suara.

"Daf" Panggilnya.

Dafa membalikkan wajahnya dari hadapan perut Larissa, "Apa ?" Ucapnya dengan nada lembut.

"Lo tadi kenapa harus ngalah sampek dua babak ?" Tanya Larissa penasaran.

"Ohh itu, gue iseng aja sebenernya. Untungnya sih kekejar, kalo enggak..." Ucapannya terputus.

"Kalo enggak kenapa ?" Tanya Larissa tambah penasaran.

"Kalo enggak, gue kan jadi gak bisa ngerjain elo dong jadinya" Canda Dafa yang kini beralih mencubit hidungnya.

"Awhh, sakit anjirr" Keluh gadis itu.

"Hayoloh ngomong kasar" Peringat Dafa.

"Elo sih, sapa suruh cubit - cubit ? Cubit lagi, gue gigit nih" Ancamnya.

Dafa bergidik ngeri kemudian mengurungkan niatnya tersebut untuk menggoda Larissa lagi.

****

Sore ini dua sejoli itu sedang bersantai di sebuah kamar, lebih tepatnya kamar milik Dafa yang dianggapnya sebagai tempat paling nyaman diantara seluruh kamar yang ada menurut Larissa sendiri. Gadis itu terlihat sibuk mengupas kulit buah salak yang diberikan oleh Mamanya Dafa tadi dan memberantakan serpihat kulitnya diatas sprei kasur. Tentu saja Dafa yang mendapati hal tersebut langsung dibuat murka.

"Rissaa sampah kulitnya jangan diberserakin disana dong, kasur gue kotor nih jadinya" Tegur Dafa sambil menyapu - nyapu sedikit menggunakan telapak tangannya.

Larissa terkekeh, "Iya, iya maap"

"Beresin sekarang !" Titahnya dengan tegas.

Dengan gerak cepat Larissa lantas bangun dari kasur lalu memungut satu persatu sampah kulit tersebut kemudian membuangnya ke tempat sampah mini yang berada disamping meja belajar Dafa.

"Udah nih, udah bersih" Katanya kemudian memposisikan diri duduk disamping Dafa.

Dafa diam tak merespon, dirinya sibuk berkutat dengan buku pelajarannya, memeriksa tugas sambil sedikit - sedikit mengulas materi yang diberikan sebelumnya. Larissa yang merasa dikacangi beralih mengganggu aktivitas sahabatnya tersebut. Gadis itu dengan sengaja mengalungkan tangannya dari belakang tepat pada leher Dafa, membuat si empunya merasa keberatan. Baru saja hendak membuka mulut untuk protes lantas saja Larissa sudah lebih dulu menjahilinya dengan memasukkan sepotong salak kedalam mulut Dafa.

"Gue lagi bosen, temenin ya" Tuturnya.

Mendengar hal itu, Dafa langsung menutup buku yang ada digenggamannya kemudian berbalik menghadap Larissa yang memasang tatapan sendu.

"Tugas buat besok udah dikerjain ?"

Larissa menggeleng, "Besok gak ada tugas"

"Yaudah, sini rebahan" Ajaknya.

Suasana hati Larissa berubah begitu cepat, dengan semangat gadis itu merebahkan kepalanya diatas pangkuan Dafa dan menjadikan pahanya sebagai bantalan kasar. Dafa sesekali mengelus anak rambutnya guna memberikan kenyamanan.

"Dafa ada sesuatu yang mau gue tanyain ke elo" Ungkap Larissa.

"Apa ?"

"Itu, tadi gue sempet ngobrol sama Vani"

"Vani yang lo ajak nonton basket tadi ?"Sela Dafa.

Larissa mengangguk, "Iya, tadi dia sempet nyebut - nyebut soal cinta gitu. Emangnya cinta itu apaan ? Gue kok gak paham ya" Tuturnya

Dafa sontak tertegun, "Emang Vani ada cerita apa ke elo sampek nyinggung begituan ?"

Larissa sekarang jadi bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan tersebut, yang benar saja jika ia harus jujur mengatakan bahwa Vani tadi sempat membahas jika Dafa kemungkinan memiliki ketertarika pada dirinya. Sangat kekanak kanakan bukan ?

"Vani cerita soal pacarnya tadi" Ucap Larissa bohong.

Dafa berpikir sebentar, dia juga bingung bagaimana harus menjelaskannya hal itu pada Larissa. Dirinya memang tau tentang artinya sangat sederhana, tapi rumit sama dengan yang dirasakan gadis itu. Dafa sesungguhnya juga tidak benar - benar paham karna memang saja belum pernah merasakannya.

"Cinta itu suatu emosi yang tanpa sengaja kita tahu kapan datengnya Sa, juga bagaimana terbentuknya. Intinya saat dimana seseorang ngerasa satu frekuensi alias nyaman ke kita itu berarti kemungkinan ada cinta diantara keduanya" Jelas Dafa.

"Berarti antara gue sama elo itu juga termasuk cinta ya Daf ?" Tanya Larissa polos.

Jleb...

Dafa kembali bingung setengah mati. Sudah ia duga sebelumnya, ada kata yang memang susah sekali di sampaikan, susah dimengerti, seperti katanya tadi dia itu sama sekali tidak ahli dibidang ini. Jadi harus bagaimana sekarang ? Tidak mungkin dirinya asal menjawab kan ?, bisa - bisa Larissa akan bertanya nyeleneh lagi.

Dafa menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, "Gue juga bingung ngejelasinnya gimana Sa, kalo dipikir secara logika bisa aja sih sebenernya. Cuma untuk memahami lebih jelas lagi, lo harus ngerasain dulu gimana rasanya baru lo bisa nyimpulin setelahnya" Jelas Dafa yang tampak ragu akan penjelasannya.

Mereka berdua justru terdiam dan tenggelam pada pemikirannya masing - masing. Semilir angin yang berhembus dingin juga ikut menambah suasana terasa semakin nyata. Entah kenapa semakin dewasa kita justru dihadapkan oleh banyak pertanyaan aneh, itulah sebabnya kenapa orang berpengalaman yang selalu dicari. Karna mereka dapat menjelaskan sesuatu yang terlihat sederhana namun sangat rumit bagi kebanyakan orang.


next chapter
Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C6
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン