Beberapa titik di Kota Gori dibombardir oleh pesawat-pesawat tempur Russia dan dalam serangan tersebut tidak disebutkan berapa jumlah korban yang jatuh oleh Pemerintah Georgia, dan sebelumnya Russia memberikan peringatan akan menyerang beberapa titik, seperti kantor polisi, dan gudang senjata.
Tentara Georgia yang tengah bergerak menuju Kota Ksivai dibuat kaget akan manuver Russia yang tidak bisa ditebak.
"Apa, mereka membombardir Kota Gori!" ungkap sang Kolonel tidak percaya akan informasi yang barusan dia dapatkan dari Pusat.
"Ya, mereka membombardir Kota Gori."
Terjadi beberapa ledakan yang membunuh beberapa Tentara Georgia. Mereka diserang secara tiba-tiba oleh beberapa unit TSF Su-27 Zhuravlik yang bersembunyi di balik pepohonan (hutan) yang mengelilingi Kota Tskhinvali.
Setelah Kota mereka dibombardir oleh Pesawat-pesawat Tempur Russia, kini mereka tengah mendapatkan serangan mendadak dari beberapa TSF Russia yang bersembunyi di dalam hutan. Belum lagi mereka dihujani oleh puluhan rudal Katyusha dari arah utara. Tentara Georgia yang semula sudah begitu yakin untuk membebaskan seluruh Ossetia Selatan kini lari berhamburan.
Russia mendadak menghentikan serangan mereka dan para Pilot TSF Russia tertawa menyaksikan Tentara Georgia yang lari kocar-kacir.
"Kalian bukanlah david, jadi jangan kalian pikir kalian sedang berperang melawan goliath," ujar salah seorang perempuan yang wajahnya terlihat puas setelah serangannya membuat takut Tentara Georgia.
"Mereka tidak akan pernah sadar mengingat mereka tidak memiliki cermin untuk intropeksi diri," balas seorang perempuan berambut pirang coklat pendek sebahu dan bermata hijau.
Perempuan berambut panjang berwarna pirang kecoklatan dan bermata hijau keabu-abuan membuka kokpit TSF-nya. "Vasilissa Dzgoeva, bisakah kau membantuku. Aku ingin mengultimatum mereka, jadi buatlah suaraku menggema agar mereka medengarkannya," perintah Kapten Ulyana Alkatseva.
"Siap, Kapten."
Vasilissa Dzgoeva membuka kokpit TSFnya dan kedua telapak tangannya didekatkan ke dadanya dengan membentuk segel burung. Bibirnya berwarna merah tersebut melantunkan mantra sihir yang berbunyi, "Wahai Tuhan Yang Maha Besar. Berikanlah kekuatan-Mu agar hamba bisa membuat suara Kapten Ulyana Alkatseva menggema dan didengar oleh para Tentara Georgia yang menginvasi tanah air kami."
Tubuh Kapten Ulyana Alkatseva memancarkan cahaya berwarna hijau, pertanda kekuatannya telah disalurkan oleh Vasilissa.
"Kepada seluruh Tentara Georgia yang ingin hidup damai. Aku perintahkan kepada kalian untuk segera angkat kaki dari Kota Tskhinvali secepatnya atau kalian akan kami binasakan! Sekali lagi, aku ulangi. Kepada seluruh Tentara Georgia yang ingin hidup damai. Aku perintahkan kepada kalian untuk segera angkat kaki dari Kota Tskhinvali secepatnya atau kalian akan kami binasakan!"
Para Pilot TSF tersenyum puas akan ultimatum yang disampaikan oleh Kapten mereka. Meskipun mereka menghentikan serangan karena kehabisan amunisi, mereka juga sadar bahwa kemenangan telah di depan mata.
Ekspresi ketakutan menghiasi wajah mereka. Awalnya ketika bala bantuan telah tiba mereka terlihat begitu bersemangat, namun ketika Russia membombardir posisi mereka dan menghujani mereka dengan rudal-rudal katyusha dan serangan kejutan dari balik hutan, mereka semua telah kehilangan semangat untuk berperang dan ketakutan akan kematian yang sia-sia melanda mereka.
"Bagaimana ini?"
"Apakah mundur saja?"
Berbagai ucapan yang menggambarkan akan kebigungan terdengar begitu riuh, bahkan para Komandan mereka yang awalnya begitu bersemangat kini tengah dilanda keraguan yang begitu besar.
.
.
Keraguan, ketakutan dan kebimbangan bukan hanya melanda para Tentara Georgia yang menguasai wilayah selatan Ossetia Selatan. Namun orang-orang di Tbilisi juga merasakan apa yang dirasakan oleh para Tentara mereka yan masih menduduki Kota Tskhinvali.
"Bagaimana dengan Amerika Utara, Armenia, dan Turki?" tanya Presiden yang terlihat begitu kebingungan.
"Sepertinya mereka meninggalkan kita dan tidak ingin terlibat lebih dalam," balas seorang lelaki berambut hitam pendek dan berjenggot tipis yang merupakan Sekretaris Negara. "Ditambah menerapkan Angkatan Laut Russia melakukan blokade, juga menerapkan No Fly Zone sehingga akses laut kita terputus. Ini saja sudah menyebabkan kerugian hingga jutaan dollar. Kalau keadaan terus begini, kita bisa dilanda krisis dan kondisi dalam negeri menjadi kacau."
"Para senat juga, awalnya mereka ingin berperang dengan Russia. Ketika mereka mendengar hasil yang kurang memuaskan, mereka terlihat seperti cuci tangan."
"Jadi, bagaimana keputusannya, Tuan Presiden?"
"Tarik mundur Tentara kita dan katakan pada Russia untuk menghapus No Fly Zone dan berhenti memblokade laut kita," balas sang Presiden.
"Baik, akan aku sampaikan."
Sesuai dengan perintah dari Presiden, Tentara Georgia segera mundur dari seluruh wilayah Ossetia Selatan yang mereka duduki. Mendengar mundurnya Tentara Georgia dari Ossetia Selatan, seluruh rakyat Russia, dan Tentara bersorak-sorai bergembira.
"Hore, kita menang."
Para Tentara menembakkan senjata mereka ke udara untuk merayakan kemenangan yang gemilang ini. Ini adalah pertempuran tersingkat di era modern, dimana hanya terjadi selama empat puluh tujuh jam dua menit.
Tentara Georgia mundur dengan ekspresi wajah yang tak bisa dijelaskan, antara ekspresi kecewa atau rasa syukur karena masih bisa bernafas. Namun, melihat teman-teman mereka mati dibombardir oleh Russia menimbulkan rasa trauma yang mungkin akan menjadi mimpi buruk ke depannya.
Pihak Kremlin segera menghapuskan No Fly Zone di kawasan lepas pantai wilayah Georgia, mereka juga mencabut blokade laut sehingga segala aktifitas kelautan dari, dan ke Georgia kembali normal seperti sedia kala.
Meskipun kedamaian telah kembali menyelimuti Kaukasus Selata. Namun ini tidaklah terlihat seperti yang dipikirkan oleh Orang-orang.
.
.
Beberapa Pasukan bersenjata berat dan lengkap tengah bergerak di tengah kegelapan malam. Sementara itu di sisi lain beberapa orang berpakaian Dokter tengah membuat obat-obatan terlarang di sebuah laboratorium yang dijaga oleh beberapa orang bertato dan berjenggot panjang.
Meskipun Russia dan Georgia habis selesai berperang dan hubungan mereka berdua masih tegang. Namun di atas hitam dan putih, mereka sedang mengadakan operasi gabungan, yaitu memberantas kelompok Grey Wolf yang beroperasi di wilayah perbatasan antara Azerbaijan dan Georgia.
Berdasarkan informasi dari Stasi dan KGB Russia, kelompok Grey Wolves mengelola pabrik obat-obatan terlarang di sebuah wilayah Georgia yang dihuni oleh mayoritas etnis Azerbaijan, dan keuntungan yang didapat oleh Grey Wolves dalam penjualan obat-obatan terlarang digunakan untuk mendanai terorisme di wilayah Kaukasia.
"Bisakah kita mempercayai mereka!" tunjuk seorang Tentara Georgia kepada salah seorang Tentara Russia.
"Apa kau bilang!" teriak perempuan Russia yang ditunjuk oleh Tentara Georgia tersebut.
"Kalian berdua tenanglah. Aku tahu masih ada rasa marah dan benci dalam diri kalian. Kesampingkanlah emosi kalian, karena misi ini sudah direncanakan sebelum perang tersebut!" tegas Letnan Sysatoslav Volya, pemimpin dari regu asal Russia.
"Karena regu kita sama-sama berisi sembilan orang, bagaimana kita bergerak dengan campuran. Di mana sebagian bawahanku akan menjadi bawahanmu, dan sebagian bawahanmu akan menjadi bawahanku," usul Letnan Razmik Zhirayr, seorang Letnan Tentara Georgia dari etnis Armenia.
"Aku setuju dengan usulmu, Letnan Zhirayr. Dengan begini, kita bisa saling melupakan kebencian akibat krisis Ossetia Selatan," kata Letnan Volya.
"Kami keberatan," kata beberapa Tentara Georgia.
"Kami juga keberatan!" kata beberapa Tentara Russia.
"Jangan bawa emosi dalam menjalankan misi. Ini adalah perintah mutlak untuk bekerjasama dalam memerangi terorisme dan narkoba!" seru Letnan Volya.
"Ingat kerjasama ini adalah perintah dan perintah ini adalah mutlak. Jadi bersatulah agar tidak ada orang yang menjadi korban teroris!" Letnan Zhirayr juga menyeru kepada para bawahannya agar mereka mau bersatu bersama dengan Tentara Russia dalam memerangi Grey Wolf.
"Baiklah jika itu adalah perintah, kami siap bersatu. Walaupun hanya untuk hari ini," kata salah seorang Tentara Georgia. Dia menghampiri salah seorang Tentara Russia dan mengulurkan tangan kanannya, "Ayo kawan, kita selesaikan misi ini, dan kembali hidup-hidup."
Lelaki Russia itu menyambut tangan Lelaki Georgia itu, "Kita semua harus kembali hidup-hidup apapun yang terjadi."
Letnan Volya menggenggam senjata AK-47 miliknya, "Aku harap kita bisa menjadi saudara untuk selamanya."
"Aku harap begitu," balas Letnan Zhirayr.
Masing-masing empat Tentara Russia dan Georgia berpindah regu dan kedua regu tersebut bergerak menembus kegelapan malam.
Setelah lima ratus meter bergerak, mereka tiba di desa Matsimi, Georgia yang berbatasan dengan Azerbaijan. Desa ini adalah desa pertanian yang dipenuhi dengan kebun-kebun jeruk serta ada beberapa peternakan sapi dan domba. Desa ini terlihat sangat tertinggal dengan jalanannya yang masih berbatu dan minimnya pencahayaan.
Banyak orang bersenjata lengkap berpatroli di Desa Matsimi. Mereka bersenjatakan senapan serbu M16A4 dan dilengkapi dengan tactical vest atau rompi militer berwarna hitam. Regu yang dipimpin oleh Letnan Volya bergerak dari arah utara untuk menyergap.
Salah seorang teroris didekap, dan digorok lehernya dengan belati yang sangat tajam.
"Utara, titik utara 1 clear."
Sedangkan regu yang dipimpin Kapten Zhirayr tengah menyabotase jaringan listrik setelah sebelumnya mereka membunuh dua orang teroris yang tengah melewati gardu listrik. Lampu mendadak mati dan kegelapan menyelimuti Desa Matsimi.
Para teroris berhaluan Pan-Turkism itu kaget melihat listrik yang mendadak padam. Beberapa teroris tumbang setelah timah panas menembus leher dan menghancurkan kepala mereka.
[Pan-Turkisme adalah pergerakan politik yang menyatukan berbagai bangsa Turki menuju negara politik modern, federasi, atau persatuan ekonomi yang mirip dengan Uni Eropa, pergerakan yang berhubungan dekat dengan Turanisme. Ideologi ini dianut oleh Partai MHP dan sayap militernya yang bernama Grey Wolves.]
Mereka melumpuhkan para teroris dengan mudah. Kedua kesatuan dari Russia dan Georgia segera bergerak memasuki Desa Matsimi lebih dalam. Mereka membunuh dalam keheningan dan menggorok mayat musuh mereka untuk memastikan bahwa mereka benar-benar telah mati.
"Regu Zhirayr, clear."
"Regu Volya, clear."
Setiap musuh yang terlihat dalam pandangan kedua regu gabungan tersebut akan terjatuh dan kehilangan nyawa. Kedua regu tersebut membunuh musuh-musuh yang mereka temui dalam keheningan. Membunuh tanpa suara dan tanpa hawa.
Setelah membersihkan seluruh kantong musuh, mereka tiba di sebuah rumah berukuran besar yang terletak dekat dengan wilayah Azerbaijan. Rumah tersebut dijadikan sebagai pabrik obat-obatan terlarang.
Kedua regu tersebut tiba di pintu belakang rumah besar tersebut. Merasakan adanya granat yang dijadikan booby trap di pintu gerbang belakang, Letnan Volya menggunakan kekuatan sihirnya untuk menetralkan granat-granat tersebut. Dia mengeluarkan perangkat sihirnya berbentuk seperti pistol cowboy dan menembak pintu tersebut sebanyak tiga kali tembakan sehingga merubahnya menjadi gundukan kecil pasir besi.
Kedua regu tersebut memasuki halaman rumah itu dan berpencah menjadi tiga kelompok, di mana kelompok ketiga berjaga di pintu belakang. Letnan Volya bergerak ke arah depan, sedangkan Letnan Zhirayr bergerak ke arah belakang rumah, mengingat rumah itu hanya memiliki akses dari belakang, dan depan.
Dari dalam rumah tersebut beberapa werewolf melompat melalui jendela.
Para Tentara yang kaget langsung menembaki para werewolf yang turun, sebagian werewolf tumbang setelah diberondong oleh peluru dari para Prajurit yang bertugas menjaga pintu belakang. Mereka bertarung dengan begitu sengit menghadapi beberapa werewolf. Sedangkan regu yang dihadapi oleh Letnan Zhirayr dikejutkan dengan muncul banyak mayat hidup penghisap darah berpakaian janisarry. Regu yang dipimpin oleh Letnan Zhirayr segera bergerak ke pojok.
"Gilad Khinvali, bakar mereka," perintah Letnan Zhirayr kepada bawahannya.
Lelaki berambut mohawk itu merapal beberapa segel tangan dan menyemburkan sebuah kobaran api yang keluar dari mulutnya yang langsung membakar para strigoi sehingga mereka hangus menjadi debu.
"Kerja bagus, Khinvali," puji Letnan Zhirayr.
"Terima kasih, Letnan, dan semuanya," balas Lelaki Yahudi tersebut.
Di bagian pintu belakang, kelompok tiga sedang bertarung menghadapi enam orang werewolf. Mereka bertarung dalam pertarungan tangan kosong. Mereka memang tidak sekuat dan secepat para werewolf. Namun karena tekad mereka yang ingin menyelesaikan misi dan kembali hidup-hidup membuat keenam manusia tersebut bertarung dengan begitu liar.
Para werewolf dibuat repot dengan tekad dan semangat yang mereka miliki. Meskipun secara kekuatan mereka berada di bawah para werewolf. Namun perlawanan mereka begitu kuat dan gagah berani.
Gilad Khinvali tengah membuat sebuah lingkaran alkimia dengan banyaknya simbol api dan menancapkan enam batang dahan pohon ke sudut enam lingkaran alkimia yang dia gambar. Khinvali menghentakkan kedua tangannya ke lingkaran transmutasi tersebut, sehingga enam jilatan api tersebut meluncur dengan cepat, dan langsung membakar keenam werewolf tersebut.
Keenam Tentara itu menembak kepala para werewolf yang berteriak kesakitan untuk mengakhiri penderiataan mereka yang terbakar jilatan api.
"Aku tidak menyangka bahwa mereka akan menyerang kita," ungkap Khinvali.
Rumah itu meledak secara tiba-tiba sehingga mengagetkan seluruh Tentara dan dari dalam rumah tersebut muncul seekor naga berukuran besar dengan sayap yang begitu lebar dan compang-camping yang menutupi langit. Naga tersebut terlihat sangat menyeramkan dengan kepalanya juga tubuhnya yang hanya dilapisi oleh beberapa daging dan memancarkan aroma bau busuk yang begitu menyenagat.
Para Tentara menembaki naga tersebut dan naga tersebut menghebuskan asap asam yang langsung menghancurkan tubuh keenam Tentara yang berjaga di pintu belakang.
Khinvali menyemburkan bola api yang begitu besar untuk membakar naga tersebut. Namun naga itu masih berdiri dengan kokoh.
Salah seorang Tentara Russia menusuk tangan kirinya dengan belati. Dia menahan rasa sakit dan tubuhnya dialiri oleh listrik. Sebuah ledakan terjadi dan kini orang itu telah berubah menjadi sesosok titan setinggi lima belas meter dan berambut gondrong yang langsung menghajar kepala naga zombie tersebut.
Naga tersebut terbang membawa titan itu ke angkasa.
"Siapa yang berubah menjadi titan?" tanya Letnan Zhirayr.
"Dia adalah Feodorova Rhea, seorang titan shifter," balas Letnan Volya.
Rhea melakukan perlawanan meskipun tubuhnya dibawa terbang ke angkasa. Naga itu menjatuhkan tubuh Rhea dari angkasa dan menghembuskan gas asamnya. Sebagian tubuh titan Rhea mengalami luka berat akibat hembusan asam tersebut dan akhirnya dia terjatuh menghantam sebuah rumah.
Letnan Volya tengah membidik sayap dari naga zombie tersebut.
"Sial, Dragon Shifter ini boleh juga. Seandainya saja Rhea tidak ikut dalam misi ini. Sudah pasti kita akan pulang sebagai mayat."
Letnan Volya mengalirkan kekuatannya ke peluru yang akan dia tembakkan. Ketika dia menarik pelatuknya, peluru tersebut meluncur dengan sangat cepat dan memotong sayap naga zombie tersebut sehingga menyebabkannya terjatuh.
Khinvali menembakkan jilatan api berwarna biru dari ujung jarinya. Jilatan api tersebut membakarnya sehingga dia kehilangan kedua sayapnya dan naga itu jatuh menghantam sebuah rumah. Rhea yang masih dalam wujud titannya segera bangkit dan dia segera berlari menuju ke arah naga zombie tersebut dan menghajar wajahnya.
Kedua tangan titan Rhea mencengkram kedua rahang dari naga tersebut. Titan Rhea mengerahkan seluruh tenaganya untuk membunuh musuhnya dan dengan sekuat tenaga titan Rhea berhasil membunuh naga tersebut dengan rahangnya yang terpisah menjadi dua bagian.
Titan Rhea berteriak dengan suara yang nyaring untuk mengekspresikan kemenangan mereka.
Para Tentara tersebut berbahagia atas kemenangan yang telah mereka raih dalam memerangi terorisme.
.
.
Sang surya telah terbit dari arah timur memancarkan kehangatan. Mereka berjalan melewati hutan menuju ke arah utara bersama Tentara Georgia.
"Tidak perlu repot-repot mengantar kami," kata Letnan Volya.
"Apa salahnya, mengingat kita ini teman," balas Letnan Zhirayr.
Mereka berjalan menuju ke sebuah helikopter yang tengah menunggu di atas sebuah tanah lapang, dimana Kru helikopter menanti mereka.
"Maaf kami telat," kata Letnan Volya.
"Kebetulan kami baru datang," balas kru Helikopter tersebut.
Tentara Russia dan Georgia yang tersisa saling bersalaman dan berpelukan. Untuk mempererat hubungan persaudaraan dan agar tidak saling melupakan. Mereka saling bertukar senjata api dan juga bertukar amunisi.
"Kami akan merawat M-16 ini," ungkap Letnan Volya.
"Kami juga akan merawat AK-47 ini," balas Letnan Zhirayr.
"Aku harap dari pertemuan ini bisa mempererat hubungan antara kedua negara."
"Aku harap begitu."
Helikopter tersebut lepas landas mengangkut para Tentara Russia, sedangkan para Tentara Georgia yang berada di bawah melambaikan tangan mereka pertanda berpisah.
Follow Instagram Author: @vladsyarif
Cerita dark fantasy yang wajib kalian baca dan koleksi.