Alya hanya bisa tersenyum kecut tatkala sapaannya tidak digubris oleh seorang Farel yang telah kembali bekerja. Bekerja seperti biasa.
Entah apa kesalahannya sampai pria tampan itu berbuat begitu. Jika memang ia salah. Tidak bisakah kalau pria itu memberitahukannya saja? Daripada begini. Dirinya terus menduga-duga.
"Tuan Farel kenapa ya? Jujur, aku tidak bisa begini terus," lirih Alya.
Hatinya merasa tak tenang sebab rekan satu kerjanya memperlakukan dirinya seolah musuh. Atau lebih tepatnya pria itu tidak ingin melihatnya.
Tentu rasa tak nyaman itu begitu menyeruak ke dalam hatinya.
Setelah lama berpikir. Akhirnya, ia memutuskan untuk menemui Farel. Ia akan bertanya kepada pria berwajah kecil itu, sebenarnya salahnya ini apa.
"Tuan," ucapnya sambil mengejar Farel.
Bukannya menjawab. Farel malah semakin mempercepat langkahnya. Ia tidak ingin menatap wajah Alya.
Bukan karena ia membenci gadis cantik itu. Bukan! Hal itu tidak benar.