25
…
Erja kemudian, membuat kedua alis gue menukik.
Gue menatapnya tak mengerti, sebelum sebuah
pikiran melintas di benak gue.
"Sebentar, lo nggak lagi menawarkan kontrak
penikahan kayak di film-film, kan? Yang setelah
kontrak itu berakhir, terus kita cerai. Heh gue
nggak mau ya! Gue nggak mau jadi janda!" seru
gue.
Aduh, pikiran gue udah melayang ke mana-mana
nih. Gimana kalau misalnya si Erja beneran
mengajukan kontrak pernikahan kayak gitu? Lah
gue yang rugi dong. Meski gue bisa aja mengambil
kesempatan dengan mengalihkan aset-aset dia
atas nama gue, tetapi ya nggak semudah itu.
Sumpah ya, gue cuma mau nikah satu kali aja.
Bisa gue dengar kalau setelahnya Erja
mendengkus. "Otak kamu kebanyakan drama.
Mana ada saya bikin kayak gitu. Memangnya
menurut kamu saya …
Setidaknya gue tahu bahwa si Erja nggak main-
main dengan pernikahan ini.
Akhirnya gue berdeham pelan. "Gue sih
tergantung lo, ya. Selagi lo bisa bikin gue nyaman,