"Sang penyanyi idola, Andi, bersandar ke dinding dengan wajah sedikit meringis. Dia berseru, 'Tidak, tidak! Aku sudah berkeluarga. Kau tidak boleh melakukan ini padaku!'
"Aku tidak tergerak, hanya menjentikkan jariku dan tersenyum tipis. 'Teriaklah, menjeritlah. Biarkan saja tenggorokanmu itu berdarah-darah. Bayangkan perempuan itu. Dia tidak punya kesempatan!'
"Sambil berbicara, aku merobek pakaian idola itu, menampakkan kulitnya yang halus, dan terkekeh. 'Ayo! Haruskah aku melakukannya, atau kau mau melakukannya sendiri?'"
Emi menggumamkan kata demi kata, tapi jari-jarinya mengetik di atas keyboard dengan cekatan. Wajahnya tampak panas, dan hidung mungilnya yang lembut terus mengembang dan mengempis. Ada apa ini?
Terdengar suara ketukan di pintu, yang mengejutkan gadis kecil itu.
Setelah menutup laman dokumen itu, Emi menyentuh wajahnya yang panas dan menarik napas dalam-dalam.
"Emi, makan dulu. Kenapa kamu mengunci pintunya!"