"Baiklah. Kita lihat saja seberapa lama kamu dapat bertahan," ucap Mo Qing yang terdengar dingin sambil berjalan ke arah pintu.
Bibir Gu Xiaoran terlihat mengigil, dia lalu menolehkan kepalanya untuk menghindari tatapan Mo Qing. Perasaannya begitu campur aduk saat ini.
"Orang-orang suruhan Han Ke juga tidak ada yang melihat kita hari ini," ujar Mo Qing singkat sambil terus berjalan ke arah pintu.
Mendengar hal itu, sebuah perasaan lega menghiasi hati Gu Xiaoran, namun dia sama sekali tidak ingin hal tersebut diketahui oleh Mo Qing. "Tampaknya Tuan Muda Mo masih memiliki rasa takut jika Han Ke mengetahui apa yang telah Anda lakukan, ya?" sindirnya demi menutupi perasaannya saat ini.
Bagaimana mungkin orang-orang Han Ke gagal untuk mengawasi dan membuntutinya? Batin Gu Xiaoran bertanya-tanya. Sungguh tidak mungkin rasanya jika orang-orang suruhan Han Ke gagal untuk mengawasinya hari ini. Dia jelas-jelas telah menghilang pada acara pertunangannya dan harga diri pria itu pasti tercabik-cabik karenanya.
"Sepertinya kamu sudah salah paham akan sesuatu. Orang-orang Han Ke tidak berhasil mengambil foto kita, adalah berkat tingginya keamanan dan pengawasan dari Imperial Group. Jika kamu mau, aku dapat membuat salinan seluruh proses kegiatan bercinta kita semalam dan mengirimnya pada Han Ke. Selain itu, kamu juga dapat memilih beberapa gambar yang bagus untuk dicetak dan dibingkai, lalu kita dapat memajangnya di dinding kamar ini. Ukuran berapa yang kamu sukai? 24R atau 30R? Ukuran 30R rasanya paling cocok karena semakin besar semakin indah. Terutama untuk bagian di mana aku memasukimu dari belakang dan juga bagian di mana aku memenuhimu dengan diriku. Pasti akan istimewa sekali jika dicetak nantinya," goda Mo Qing pada Gu Xiaoran sambil terlihat sangat serius.
"Pergi kamu dari sini!" teriak Gu Xiaoran kuat-kuat. Dia meraih bantal dan melemparkannya ke arah Mo Qing.
"Nomor telepon sopir," kata Mo Qing dengan singkat sambil melemparkan selembar kartu nama dan kunci cadangan berwarna silver ke atas meja, lalu berjalan pergi dan menutup pintu.
Gu Xiaoran memastikan pintu telah benar-benar tertutup, lalu dengan sekuat tenaga menghela napas panjang. Dia ingin mengeluarkan semua rasa kesal yang ada di hatinya, namun dia tahu benar jika dirinya tidak memiliki apa-apa saat ini. Jadi, dia memilih untuk diam untuk sementara, anggap saja Mo Qing adalah seekor anjing yang sedang menggonggong. Lagi pula parasnya cukup tampan, jadi untuk sementara waktu, dia memilih untuk mengikuti permainan pria itu hingga dirinya cukup kuat untuk membalasnya.
Sedangkan Han Ke…
Gu Xiaoran menutup matanya. Dia sudah terlalu lelah dengan hari yang panjang ini. Tampaknya untuk sementara ini, dia hanya dapat membiarkan dua ekor anjing itu untuk saling menggigit semau mereka saja.
***
Pukul 5:30 pagi?! Gumam Gu Xiaoran dalam hati. Dia terkejut dan segera melompat dari tempat tidurnya. Hari ini merupakan ujian terakhir yang menentukan kelulusannya sebelum mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, itu artinya dia harus segera pergi ke sekolah pagi ini.
Gu Xiaoran segera meraih gaun yang dikenakannya kemarin dan hendak mengenakannya, sebelum akhirnya dia mengingat bahwa pakaian dalamnya telah rusak dan dibuangnya ke dalam tempat sampah di kapal pesiar kemarin malam. Dia sama sekali tidak mempunyai pakaian cadangan saat ini karena rumahnya telah habis dilahap si jago merah. Dia sebenarnya memiliki dua set pakaian yang sementara dibelinya dan dia tinggalkan di kos tempat ayahnya tinggal saat ini. Namun, itu artinya dia harus keluar rumah tanpa mengenakan pakaian dalam untuk sementara. Dan lagi, jika dia pergi ke kos ayahnya untuk mengganti pakaiannya, ayahnya pasti akan cemas dan bertanya padanya.
Namun jika tidak pergi ke kos ayahnya untuk berganti pakaian, Gu Xiaoran pasti akan dihentikan oleh guru pengawas karena mengenakan gaun berpotongan rendah yang menunjukkan lekuk-lekuk tubuhnya ini. Ujung-ujungnya, pastilah dia dihukum untuk berdiri di depan gerbang sekolah. Guru pengawasnya adalah seorang pria kuno berusia sekitar empat puluhan yang masih lajang. Wajahnya selalu ditekuk setiap hari, seolah-olah semua orang di dunia ini adalah musuh bebuyutannya. Dia sangat terkenal sebagai guru yang paling killer di sekolahnya.
Jika Gu Xiaoran ketahuan tidak mengenakan pakaian dalam, bisa dipastikan dia tidak akan hanya dihukum berdiri di gerbang sekolah saja, namun juga diharuskan untuk membersihkan semua toilet wanita di sekolah. Terpikir akan kemungkinan itu, dia menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal hingga kepalanya mulai terasa sakit saat ini.
Tidak lama kemudian, terdengar suara pesan masuk pada ponselnya. Dilihatnya pada layar, tertulis nama Mo Qing. 'Pakaian dalam di dalam laci adalah tipe kesukaanku', tulis pria itu singkat.
Dasar lelaki brengsek, maki Gu Xiaoran sambil mengeraskan rahangnya. Dia lebih memilih keluar tanpa mengenakan pakaian dalam dibandingkan harus mengenakan pakaian dalam yang disiapkan oleh Mo Qing. Belum lagi kemungkinan besar pilihannya pasti tidak normal dan menjijikkan.
Gu Xiaoran melangkahkan kakinya dan berjalan menuju ke pintu. Namun, tiba-tiba dia terpikir betapa mengerikannya guru pengawas dan bau toilet wanita di sekolah. Belum lagi tumpukan pembalut wanita yang berserakkan dimana-mana, membuatnya mengurungkan niatnya. Dia pun memutar balik tubuhnya dan berjalan ke arah laci yang dimaksudkan oleh Mo Qing.
Gu Xiaoran membuka laci tersebut dengan perlahan. Ketika sudah terbuka, terlihat puluhan set celana dalam berjejer rapi di dalam laci itu. Semua pakaian dalam itu kira-kira dapat dideskripsikan dengan dua kata yaitu mahal dan seksi. Dirinya mau tidak mau mengagumi selera pria mesum itu. Pakaian dalam yang tertata rapi di laci itu terlihat sangat bagus dan cantik. Beberapa di antaranya terlihat berbahan sutra yang lembut dan tampak elegan. Ada juga yang berbahan satin dengan renda yang menambah keindahan pakaian dalam itu. Entah berapa banyak wanita yang telah tidur dengan pria itu sampai dia memiliki selera yang bagus dalam memilih pakaian dalam wanita seperti ini.
Menjijikkan! Umpat Gu Xiaoran dalam hati. Berpikir akan kemungkinan dia berbagi sebuah terong besar dengan puluhan bahkan mungkin ratusan wanita lain membuatnya mual. Namun, demi menghindari hukuman membersihkan toilet, dia menahan rasa jijik yang dirasakannya dan memilih satu set celana dalam satin putih polos yang terlihat paling normal.