Firman menatap interaksi seorang perempuan bersama seorang anak di sebuah sekolah, keduanya sedang berpelukan kemudian berjalan dengan riang menyusuri jalanan sepi di kota M, tanpa mereka tahu seseorang memendam rindu yang teramat dalam di balik jendela sebuah mobil mewah yang terparkir tak jauh dari posisi sekolah itu.
"Jalan." Ucap Firman.
Dan alex sang sopir sekaligus asistentnya dengan setia mematui perintah dari sang bos, menjalankan mobil melewati seorang wanita dan anak kecil yang asik bergandeng tangan dan bernyanyi riang dipinggir jalan.
"Apa perintahku kemarin sudah kau jalankan?" Tanya Firman pada alex.
"Sudah bos. Saya sudah membayar lunas biaya sekolah anak bos, dengan berdalih beasiswa, dan bekerja sama dengan restoran milik istri anda untuk makan siang seluruh karyawan dikantor." Kata alex
"Bagus, dan jangan biarkan ada laki-laki yang mendekati istri saya."
"baik bos."
"Kita kembali ke kantor." Titah Firman pada sang asistent.
Disisi lain Mayang sedang berjalan bersama dengan zee hasil buah cintanya dengan Firman.
"Sayang, hari ini mau makan apa?" Tanya Mayang pada Zee.
"Makan nasi goleng pake telul." Jawab Zee dengan senyum ceria.
"Oke, nanti mama masakin kesukaannya Zee, kalau kita sudah sampai di rumah."
"Oke mama."
Akhirnya setelah berjalan beberapa menit mereka sampai ke rumah yang mereka tinggali bersama kakek dan nenek Zee.
"Kakek!" Teriak Zee pada sang kakek yang sedang member makan ikan lele di belakang rumah.
"Eee, cucu kakek sudah pulang, sini sayang." Harun meletakkan toples makanan lele, dan merentangkan tangannya agar si cucu kesayangan dapat memeluknya.
"Belajar apa tadi di sekolah?" Tanya harun pada Zee yang duduk di pangkuannya.
"Menggambal sama menyanyi." Jawab Zee
"Zee sayang." Panggil sang nenek.
"Nenek."
"Ganti baju dulu dong sayang, baru kasih makan ikan lele." Ujar Laras pada cucunya.
"Ya, nek. Kakek, Zee ganti baju dulu ya."
"Iya sayang," Jawab Harun kemudian menurunkan Zee dari pangkuannya.
"Cucu kita sudah besar ya pak, kasian dia selalu menanyakan dimana papanya."
"Jika suatu saat Firman datang dan membawa mereka aku akan mengijinkannya, bagaimanapun Mayang masih istri sah Firman, kita yang memisahkan mereka, Bu."
"Bapak terlalu posesif pada Mayang, padahal belum tentu Mayang akan selalu celaka kalau bersama Firman, kan?"
"Iya, bapak memang salah, tapi bapak juga khawatir akan keselamatan mereka berdua, Rossa sangat jahat, Bapak tahu betul bagaimana watak Rossa."
"Semoga Firman tak membenci kita karena telah memisahkan dia dan istrinya."
"Bapak yakin Firman seperti ayahnya,"
"Ya, Pak. Semoga saja, dan semoga Firman sudah sembuh ya pak."
"Sudah Pak, Buk. Jangan diungkit lagi." Ucap Mayang yang tiba-tiba muncul dari arah dapur, sambil membawa sepiring kecil nasi goreng untuk Zee.
"Zee mana Pak, tadi dia disini."
"Tuh, dia habis ganti baju." Tunjuk sang nenek kala melihat Zee yang keluar dari rumah menuju ke tempat mereka berada.
"Zee udah ganti baju?" Tanya Mayang.
Dan Zee mengangguk. "Anak mama pinter, bisa ganti baju sendiri." Ucap Mayang sambil membelai rambut anaknya.
"Ini makanannya Zee ya ma?" Tanya Zee sambil nunjuk piring berisi nasi goreng yang dibawa oleh Mayang.
"Iya sayang, disuapin nenek ya, karena mama harus balik ke restoran, ada pesenan banyak."
"Pesenan dari mana Mayang?"
"Sekarang restoran Mayang bekerja sama dengan perusahaan ADIYASA untuk mengirimkan makan siang bagi seluruh karyawannya." Ucap Mayang dengan tersenyum lebar.
"Alhamdulilah, semoga kamu tambah sukses ya, Nak." Ucap Laras.
"Makasih, bu. Titip Zee ya buk, Pak."
"Ya, pergilah. Biar Zee bapak dan ibuk yang jaga." Kata Harun.
"Makasih pak, Buk, Mayang pamit dulu__Dah gantengnya mama."
"Assalamualaikum." Pamit Mayang.
"Waalaikumsalam."
Mayang segera naik ke motornya dan berangkat menuju Restoran, selama di perjalanan Mayang tersenyum senang karena akan selalu menadapat orderan yang banyak, itu artinya ia akan bisa menabung banyak uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ditambah lagi beasiswa yang didapat oleh Zee membuat dia semakin bersyukur karena bisa menabung lebih banyak lagi.
Mayang sudah berjanji pada Zee suatu saat ia akan membawanya menemui sang papa, walau sebenarnya ada keraguan dihati Mayang, masihkan Firman mau menerimanya setelah ia pergi meninggalkan dia begitu saja.
Rasa rindunya pada sosok Firman hanya ia lampiaskan pada sebuah foto kebersamaan mereka yang ia simpan di laptopnya. Sungguh ingin rasanya ia berlari menemui dan memeluk Firman namun apa lah daya ini semua demi kebaikan mereka. Demi keselamatan Firman dan anaknya.
Lima belas menit berkendara dengan sepeda motornya, akhirnya Mayang sampai di restoran miliknya, memarkirkan motornya di depan restoran kemudian kemudian langsung masuk ke dalam dapur yang lumayan luas miliknya.
"Pesenan untuk PT.Adiyasa sudah siap?" Tanya Mayang pada karyawannya.
"Sudah, buk." Jawab Sari karyawannya.
"Hanya tinggal menunggu diambil saja." Imbuh sari.
"Untung mereka pengertian kita ga punya mobil untuk ngantar pesanan mereka, eh, mereka mau ngambil." Ucap Mayang sambil tersenyum lebar.
"Iya ya buk, katanya bos mereka ganteng banget lho buk." Ujar Sari.
"Masa sih?"
"Iya buk, kemarin Santi yang cerita waktu ambil MoU di kantor mereka."Kata Sari.
"Tapi sayang, bos nya cacat buk. Ga bisa jalan, pake kursi roda." Tambahnya.
"Pake kursi roda ga masalah asal tajir dan ganteng." Ucap Mayang asal.
"Ibuk bisa aja,"
TIN TIN
"Tu, buk mereka datang." Ucap Sari sambil melongo keluar jendela.
"Ya udah keluarin, panggil sapto suruh bantuin."Perintah Mayang.
"Saptoooo!!" teriak Sari, dan orang yang dipanggil langsung datang menghadap.
"Ya buk."
"Bantuin Sari."Perintah Mayang pada Sapto.
"Siap Buk!"
Sapto langsung mengangkat nasi box yang sudah disiapkan oleh rekannya kemudian mengangkatnya ke dalam mobil jemputan, dan tak lama ia segera kembali, lalu memberikan laporan pembayaran dari PT. Adiyasa beserta bukti transfer pembayaran, berdasarkan kesepakatan bersama.
"Ini Buk, dari sopir yang tadi jemput nasi box nya." Ucap sapto kemudian meletakkan lembaran kertas itu di meja Mayang.
"Trimakasih sapto."Ucap Mayang.
Kemudian Mayang membuka lembaran kertas beserta bukti transfer pembayaran catring makanan, jantungnya tiba-tiba bertalu dengan kencang kala melihat nama yang tertera dalam salinan kertas kerjasama, dengan jelas disana tertuliskan nama seseorang yang telah lama ia rindukan.
Tiba-tiba saja air matanya jatuh menetes, seiring dengan isakannya, Mayang ingat apa yang dikatakan sari tadi kepadanya, jika bos Pt. Adiyasa adalah seorang yang tampan dan menggunakan kursi roda, dan kini ia tahu namanya punsama dengan suami tercintanya.
"Aku merindukanmu Firman, Apa ini benar kau? Aku sangat merindukanmu, apa kamu juga merindukan aku? Apa kamu mengingatku? Apa kau tahu anak kita mirip sekali denganmu? Tapi aku juga takut untuk menemuimu, aku takut kau menolakku dan Zee."
"Firman, apa yang harus aku lakukan jika ini benar kamu?"
Dikantornya, Firman yang sedang membaca berkas justru tak sengaja menyengol gelas di atas mejanya.
PRANGGG
Gelas, itu pecah berkeping-keping. Namun hati dan pikirannya tertuju pada satu pusat, "Mayang."