sosok cantik yang begitu mempesona memandang dari arah luar jendela, rambutnya yang berwarna biru tergerai sampai ke pangkal kakinya. Angin yang bertiup dari luar membuat rambutnya bergerak seakan menari.
Tatapannya begitu teduh, ia dapat melihat negerinya yang dulu begitu kokoh dan tentram mulai mengalami penurunan yang drastis.
"Aku harus menyelesaikannya secepat mungkin!" ucap sosok cantik itu.
*
"Bro hari ini jadikan kita jenguk Rhyan di rumah sakit?"
ketiga pangeran yang berjalan bersama sedang mengobrol di koridor sekolah.
"Iya, entar sepulang sekolah kita langsung ke rumah sakit!" ucap Jhon menanggapi pertanyaan Marchel.
Azra yang secara tidak sengaja berada dibelakang mereka mendengar rencana para pangeran untuk menjenguk Rhyan.
"Kalian mau pergi jengukin Rhyan?" tanya Azra mendadak dari belakang, semula ia ragu-ragu untuk bertanya namun memikirkan dia tak perna sekalipun mengucapkan terimah kasih kepada Rhyan pasca kejadian itu, membuatnya segera mengeluarkan suara.
ketiga pangeran yang tengah berjalan itu tiba-tiba berhenti, dan secara bersamaan menoleh ke arah belakang.
"Benar, sepulang sekolah kita bertiga rencana mau jengukin Rhyan di rumah sakit." Ucap jhon sambil memandang ke arah Azra.
"Lagian mungkin hari ini dia udah bisa keluar dari rumah sakit." tambah Marchel.
mendengar hal itu Azra meremas sudut roknya dan bersuara.
"Bo..bolehka saya ikut?" Azra tidak ingin terlihat seperti orang yang tak tau terima kasih, mendengar Rhyan yang ingin keluar dari rumah sakit memaksanya untuk ingin ikut bersama ketiga orang itu. Dia tidak perna mendatangi Rhyan di rumah sakit bahkan walau sebelumnya mereka berada bersebelahan di ruang perawatan sewaktu di rumah sakit.
karena itu ini kesempatan terakhirnya untuk menjenguk Rhyan.
"Tentu saja, kamu boleh ikut bersama kami jika kamu mau!"
"kita bertemu di parkiran sepulang sekolah!" ucap Jhon.
Jam pelajaran sekolah pun berakhir, setelah Azra berpamitan dengan Dhyan dia segera meluncur ke parkiran.
di parkiran ketiga pangeran kini duduk di dalam mobil dan menunggu kedatangan Azra. Jhon dan Marchel duduk di depan sementara Afnan duduk dibelakang.
Azra yang sudah smpai di parkiran mencari keberadaan ketiga pangeran, namun tiba-tiba sebuah mobil sport mewah berjalan di depannya. kaca mobil depan diturunkan dan terlihat Marchel dari kursi pengemudi mengeluarkan kepalanya.
"Masuklah!" pintanya pada Azra.
dengan canggung Azra membuka pintu mobil dan duduk dibelakang.
sepanjang perjalanan Azra hanya duduk membisu tanpa mengeluarkan sepatah kata. begitu pula Afnan yang berada disampingnya.
Afnan yang terlihat biasa-biasa saja sebenarnya tengah melirik Azra secara diam-diam, sejak mereka berangkat jantung Afnan terasa tidak baik-baik saja.
dia tidak perna tau mengapa setiap berada di dekat Azra dia akan merasa gelisah dan sesak di dalam dadanya. Jantungnya berdetak layaknya drum yang mengiringi musik metal.
Marchel pokus mengemudi sedangkan Jhon sedang asik dengan hp di tangannya, mungkin dia sedang chat dengan gebetannya.
selang beberapa menit seorang anak kecil menyebrang menghadang arah mobil yang mereka kendarai, dengan sigap Marcel membanting setirnya ke arah kiri membuat temannya termasuk Azra terkaget.
mobil itu terus berputar diatas aspal, Azra yang tidak mengenakan sabuk pengaman tehempas ke arah Afnan.
"Aaaaaaa.."
teriak mereka bersamaan sampai akhirnya mobil itu berhenti di tengah jalan, untung saja kondisi jalan sedang sepi sehingga mereka tidak mendapatkan tabrakan beruntun dan anak itu tidak tertabrak oleh mereka.
Azra yang terkejut tidak menyadari sebuah lengan yang cukup kekar melingkar di pinggangnya. Dia merasakan punggungnya menyentuh sesuatu yang hangat di belakang.
Azra pun memalingkan wajahnya ke belakang, wajahnya kini menjadi sangat merah terlihat sampai ke daun telinganya. Posisinya sekarang cukup terlihat erotis, wajah Afnan dan Azra begitu dekat membuat mereka hampir berciuman.
Mata mereka saling beradu dengan tangan Afnan yang masih memeluk pinggang Azra dari belakang, dunia seakan berhenti berputar.
"Sialan.. Chel ngapain kamu ngerem mendadak? untung saja aku pakai sabuk pengaman!" keluh Jhon.
Azra dan Afnan yang mendengar keluhan Jhon segera tersadar dan secepat kilat membuat jarak di antara mereka.
"Sory..sory tadi itu ada anak kecil yang lagi nyebrang, hampir aja ketabrak!" Marchel berbalik dan melihat kebelakang.
"Kalian nggak apa-apa kan?" tanya Marchel khawatir.
"Nggak apa-apa, kita baik-baik aja!" jawab Afnan.