アプリをダウンロード
9.01% RE: Creator God / Chapter 34: CH.34 Jalan Keluar

章 34: CH.34 Jalan Keluar

Kiera mulai menyelami memori Alter Ego Lucifer. Walau sebenarnya yang dibaca memorinya adalah Lucifer, tetapi karena awalnya memiliki satu tubuh yang sama, jadi aku juga bisa merasakan tekanannya. Kuharap tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Ugh… memori ini… bagaimana aku bisa menyelami sebegini banyaknya. Memori manusia terbatas di ratusan tahun saja, tetapi memori ini sudah mencapai ribuan tahun." benar juga, aku melupakan hal itu.

Memori Lucifer awalnya sudah mencapai 3000 tahun. Mencari sepotong informasi dari jangka waktu sebanyak itu sama saja mencari jarum di tumpukan jerami, bahkan lebih sulit dari itu. Terlalu banyak kemungkinan yang sangat membuang waktu.

"Hentikan dulu untuk sementara. Kalau kita melanjutkan tanpa perencanaan namanya cari mati." aku menghentikan sihir Kiera.

Tak perlu waktu lama untuk menonaktifkan sihir. Untung sihir ini tidak punya efek samping yang begitu mengerikan, hanya membebani otak penggunanya saja palingan.

"Sekarang mau bagaimana? Kalau kita mencari secuil informasi yang bahkan kita tidak ketahui apa yang kita cari itu, akan jadi sia-sia kalau hasilnya tidak berguna." ucapan Kiera sangat masuk akal.

Potongan informasi tentang mana dalam memori ribuan tahun yang isinya tidak kuketahui bisa saja tidak ada gunanya. Sedangkan bayaran menggunakan sihir ini memang tidak terlalu mengerikan, tetapi jika skalanya menjadi ribuan tahun yang asalnya tidak mengerikan pun akan jadi mematikan.

"Aku juga sedang berpikir soal hal ini. Bagaimana menurutmu Lucifer?" mungkin saja Alter Ego itu punya solusi yang bisa diandalkan.

"Hah~ kalau saja kau mau bertanya dariku lebih awal, kalian tidak perlu berpikir sejauh ini. Cari saja informasi mulai dari umurku yang ke 2100 sampai 2300, diumur segitu aku mulai mempelajari mana secara mendalam. Tapi jangan berharap terlalu tinggi, informasi yang aku punya belum tentu terlalu berguna."

Tidak usah diperingatkan pun sudah tau. Setidaknya berusaha bukan dari pada tidak sama sekali. Kalau begitu mari kita coba ini sekarang, seharusnya sudah tidak masalah.

"Kalau begitu, kenapa kita tidak coba sekarang? Seharusnya sudah memungkinkan bukan?" aku menyarankan.

"Memang sudah memungkinkan, tetapi mana yang tadi sudah kukumpulkan sudah terbuang cuma-cuma. Sekarang manaku hanya bisa dalam jangka waktu kurang dari 100 tahun saja." halangan lagi.

Hah~ halangan begitu banyak. Tetapi tidak apa deh, setidaknya sekarang sudah ketemu batasan yang pasti. Sekarang hanya tinggal tunggu waktu yang tepat untuk melakukan ini.

"Kalau begitu kita tinggal tunggu saja sampai mana yang diperlukan terkumpulkan dan cukup untuk melakukan sihir ini." dengan santai aku berkata.

"Tidak bisa, sekarang karena aku kekurangan mana artinya aku butuh suplai mana. Dan suplai mana saat kekurangan, hanya bisa melalui dua jalan, dan kau tau itu sayang."

Cih, lagi, lagi, dan lagi. Kenapa tidak bisa melakukan segala sesuatu dengan mudah dan tanpa halangan sih? Jujur saja aku paling malas melakukan kedua hal itu, kedua jalan itu maksudku. Kenapa harus bersusah payah sangat sih baru mendapatkan yang aku inginkan?

"Jadi bagaimana? Apa yang harus kita lakukan?" aku sudah pasrah menghadapi segala rintangan mental ini.

Setidaknya kenapa tidak memberi aku kelongaran saja sekali, dengan itu aku bisa melakukan semuanya dengan tenang dan tanpa tekanan mental ini. Sungguh menyakitkan lho mental diriku ini dibanting-banting.

Rasanya aku ingin memaki siapa pun yang mempersulit hidupku ini. Sialan, oh… jangan-jangan, pak tua itu? Kuroshin itu!? Mau apa sih kau padaku, hidupku dari awal sampai sekarang sudah sulit dan sekarang kau berusaha untuk membunuhku perlahan-lahan? Fisikku mungkin immortal, tapi mentalku tidak.

"Kau pilih salah satu dari antara kedua jalan itu. Kekuatan bertapaku hanyalah secuil dari dirimu sayang. Kalau kamu bisa melakukannya kurang dari sehari penuh, kalau aku butuh tiga sampai lima hari."

Semuanya ini membuang waktu, kalau ada jalan lain yang lebih mudah aku pasti akan melakukannya. Menunggu waktu tiga sampai lima hari akan sangat menyiksa batinku. Aku orang yang paling tidak sabaran mencapai apa yang kuinginkan.

"Hah~ semua ini memang sialan. Baiklah aku pilih jalan kedua." dengan sangat terpaksa memilih yang paling cepat, berhubungan badan.

"Kalau itu pilihanmu biarkan aku memperingatkanmu terlebih dulu sayang. Satu, energi murni tidak boleh ditampung dengan proteksi, yang berujung sia-sia. Dua, tingkat kesuburanku sangatlah tinggi, hanya melakukan sekali saja bisa menghasilkan keturunan baru." peringatkan yang sangat menamparku jauh ke angkasa.

Sudah kuduga hal ini akan terjadi juga. Makanya aku selalu heran, melakukan hubungan badan sekali saja dengan Kiera menghasilkan keturunan baru. Tetapi kalau aku menarik keputusanku dengan gegabah akan jadi sulit menanganinya tanpa solusi yang jelas.

Ahh beban mental yang tak terhenti ini sangatlah membelenggu aku ini. Rasanya sudah muak aku hidup dengan semua yang terjadi ini. Rasanya ingin pergi sejauh-jauhnya dan berteriak sekeras-kerasnya. Kalau bisa aku ingin menghancurkan dunia ini.

"Dengan sangat terpaksa aku menerima kondisi itu. Aku akan menerima segala konsekuensi yang akan terjadi."

Dengan segala tekad hidup yang tersisa aku melakukan semua yang harus kulakukan. Rasanya dari seluruh makhluk hidup yang aku ketahui, hanya diriku yang sangat tidak bergairah dalam melakukan hubungan badan dengan pasanganku ini. Walau begitu aku tidak membuang waktu dan cepat menyelesaikannya.

"Ugh, sekarang sudah selesai bukan? Bisa kan sekarang?" kesabaranku sudah sampai di ujung titik terakhir.

"Ehh, biarkan aku setidaknya beristirahat malam ini. Aku terlalu kecapekan karena sayang memperlakukanku begitu kasar." ugh, gak usah diungkit juga tidak bisa ya?

Sudahlah, aku juga terlalu memaksakan diri hanya untuk kepentinganku.

"Hah~ baiklah. Aku akan tunggu sampai besok. Kembali lah dalam tubuhku Lucifer."

"Baik, baik." sekejap saja Alter Ego Lucifer menghilang dari antara kami.

Sebaiknya aku akan mencoba jalan lain lagi. Jika pembacaan memori ini gagal mungkin aku bisa menggunakan jalan yang sebisanya aku temukan. Tidak baik hanya mengandalkan suatu jalan kalau bisa mencari yang lain.

"Tidurlah untuk hari ini. Pasti kau kelelahan sayang. Aku yang akan jemput anak-anak." aku mengelus rambut Kiera pelan.

"Baiklah, hati-hati. Kalau ada kejadian lagi kabari aku sayang secepatnya. Anak-anak tidak ada yang tahu soal keberadaanmu jadi penyihir." untung saja yang ini masih dirahasiakan dari anak-anak.

Setidaknya aku bisa tenang kalau anak-anak tidak akan ada dalam masalah selama tidak ada yang mengganggu pikiran mereka.

"Terima kasih sayang. Jumpa nanti lagi." aku berjalan keluar dari rumah menuju garasi.

Udara segar membuatku terbangun kembali. Kalau saja tidak ada kejadian kemarin itu, pasti kehidupanku akan melupakan keberadaan masa laluku sampai aku tua dan meninggal. Tetapi siapa pun yang memulai hal itu, akan kumusnahkan.

"Hari sudah mulai sore, sudah jam 3, aku harus menjemput semua anak-anakku."

Sebenarnya mereka sudah punya supir sendiri, satu untuk Migusa dan Furisu, yang lain untuk Shouko dan Kyosei. Oh ya, kalau begitu aku harus menghubungi kedua supir itu, aku lakukan nanti saat dalam perjalanan saja.

Aku memasuki mobil, yang ini bisa digunakan untuk satu keluarga 6 orang. Tenang saja, semua mobil yang aku pakai adalah mobil buatan Guirusia.co, tidak akan ada yang bisa mengotak-atik mobil ini bahkan merusaknya. Awalnya aku tidak ingin memakai ini karena menarik perhatian, juga mobil-mobil buatan perusahaanku yang lainnya, tetapi karena identitas diriku sudah terungkap juga, mau bagaimana lagi. Perusahaanku sudah bukan perusahaan rahasia lagi.

Sekarang aku jadi berpikir, mungkin karena perusahaan ini sudah bukan rahasia lagi, akan menyulitkan Shin dan perusahaannya bekerja sama denganku karena identitas dirinya yang bisa mengendalikan sihir akan terbuka. Hahaha… tunggu, sihir? Kenapa aku bisa melupakan hal yang sangat penting itu. Mungkin saja Shin punya jalan keluar mencari suplai mana ini. Tetapi… aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa tak akan berurusan dengan teman lama, hah~.

"//Pentarundum On//." sesaat setelah aku menjalankan mobil, aku mengontak kedua supir anak-anakku untuk tidak menunggu kepulangan anak-anakku.

Setelah selesai menelpon, aku langsung menginjak gas sampai kecepatan mobilku ini mencapai 210 km/jam. Tenang saja, kecepatan ini sudah termasuk wajar dalam kalangan umum sekarang, walau masih sedikit tidak wajar karena batasan sekarang ada di 160 km/jam.

"Hmm, yang terdekat dari sini adalah sekolah kedua anak laki-lakiku, mungkin aku harus kesitu terlebih dahulu."

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke sekolah mereka. Benar saja, aku tepat waktu soal hal menjemput anak-anakku. Semua barusan keluar dari pintu utama sekolah. Oh ya aku lupa memberi tahu bahwa aku sudah menjadi donatur kedua sekolah anak-anakku. Sebenarnya akan sedikit menarik perhatian umum, tetapi apa boleh buat, permintaan anak-anakku juga sih.

"Sebaiknya aku keluar menjemput mereka." aku memparkirkan mobilku tepat di gerbang utama, tidak menghalangi akses kok.

Setelah mengunci mobil, aku berjalan masuk ke dalam gedung sekolah. Tentu saja, sebagai donatur, diriku sangat dikenal oleh semua orang yang ada. Untung ini sekolah, kalau tidak sudah akan ada segerombol penuh wartawan di sini.

"Wahh itu bukannya ayahnya genius kembar itu ya?" murid-murid mulai membicarakanku ketika aku masuk ke dalam sekolah.

"Benar, tetapi bukannya mereka biasanya pulang diantar supir mereka ya?" rupanya ada yang mengikuti gerak-gerik anak-anakku.

Padahal baru sekolah dasar, tetapi yang membicarakan mereka berdua adalah anak-anak gadis, benar-benar menarik perhatian keberadaan anak-anak laki-lakiku ini. Sebagai laki-laki, aku tak pernah membiarkan seorang membuntutiku, tetapi untuk sekarang biarlah. Sebaiknya gunakan kesempatan ini untuk bertanya kepada mereka saja.

"Nak, kalian tau di mana kelas Shouko dan Kyosei." aku bertanya kepada seorang anak gadis yang barusan membicarakan kedua anakku.

"A-ahh, maaf. Mereka ada di kelas mereka, kelas 4A." tentu saja aku sudah tau, aku hanya ingin memberhentikan pembicaraan mereka.

"Baiklah, terima kasih." dengan senyum aku membalas mereka dan meninggalkan mereka.

Kurasa mengerjai seorang yang berbicara diam-diam memang menyenangkan. Tetapi kalau aku ketahuan Kiera bisa dimarahi aku, hiii. Untuk sekarang biarkan saja deh, aku akan mencari Shouko dan Kyosei saja.

"Ayah mereka benar-benar seorang yang tampan. Bahkan diusianya yang sudah agak tua itu masih punya perawakan yang bagus." oh mereka masih membicarakanku.

Hei, ingat, tubuh luarku ini immortal, tentu saja walau umurku sudah 34 menuju 35 ini, perawakanku masih seperti anak muda berumur 24 atau 25. Kalian terlalu meremehkan diriku sebagai malaikat iblis ini, dan dewa juga sih. Aduh jika bicara soal itu jadi memalukan deh, ras macam apa itu.

"Papa? Kenapa kau ada di sini?" tiba-tiba aku mendengar suara yang memanggilku, tentu saja anakku.

"Bukannya kita seharusnya dijemput oleh supir ya?"

Yang pertama berbicara adalah Kyosei, dan yang kedua adalah Shouko. Tentu saja mereka terkejut, karena mereka tidak mengira bahwa aku akan melakukan hal ini.

"Papa datang untuk menjemput kalian, dan setelah ini menjemut onee-san kalian. Supir kalian sudah kusuruh pulang." aku datang mendekati mereka selagi mereka mendekat juga.

"Benarkah? Bukankah papa seharusnya masih istirahat dari kejadian pingsan kemarin? Mama bilang bahwa kondisi papa sedikit mengkhawatirkan, tetapi tetap menyuruh kami pergi ke sekolah." jadi itu alasan Kiera, pintar juga istriku yang satu ini.

"Tidak apa-apa lagi kok. Lihat? Sudah baikkan bukan?"

Baikkan apanya, masih pegel ini dari berhubungan dengan Kiera tadi. Kalau saja tidak ingin mencari sensai guna apa aku di sini susah-susah menjemput anak-anakku.

"Baiklah. Ayo kita jemput Furisu-neesan dan Migusa-neesan." Shouko menyarankan hal bagus.

Aku sudah mencari banyak perhatian, tidak baik tetap di sini atau aku akan terjebak oleh paparazzi. Tadi pun aku sudah mencari perhatian dengan salah satu murid, akan ada banyak gosip yang tersebar nantinya pasti.

"Ayo, onee-san kalian sudah mau pulang." kami semua berjalan keluar dari sekolah menuju mobilku.

Untung saja murid-murid ini bukan wartawan yang menghalangi jalanku. Justru mereka malah memberi jalan untukku dan kedua anak-anakku.

"Kita akan jalan dengan cepat, sabuk pengaman kalian pakai dulu." aku menyalakan mesin ini dan memakai sabuk pengaman juga.

Ngomong-ngomong aku tadi tidak pakai sabuk pengaman, sudah terbiasa. Tapi kalau sama anak-anakku, harus bisa memberikan contoh yang baik supaya tidak salah arah.

Aku menginjak gas meninggalkan tempat itu dengan cepat, saking cepatnya kurasa tekanan ke belakang efek dari hukum Newton tidak berlaku. Kenapa? Tentu saja mobil ini sudah punya anti hukum ini. Manusia mulai menciptakan banyak hal yang melawan hukum yang dulu diciptakan, mobil ini salah satunya.

"Jadi apakah supir onee-san juga sudah papa suruh tidak menunggu juga?" Kyosei bertanya kepadaku.

"Tentu saja, akan percuma kalau mereka menunggu kalau papa yang jemput."

Walau aku tadi bilang bahwa jarak sekolah Shouko dan Kyosei yang lebih dekat, tetapi jarak antara sekolah tadi dengan sekolah kedua anak perempuanku juga tidak jauh. Satu yayasan, dan yayasan itu juga tempat aku berdonasi. Ngomong-ngomong sekolah kedua anak perempuanku adalah sekolah tempat dulu aku belajar, Tensai.

Baru saja kami berjalan pergi, dalam waktu kurang dari 10 menit kami sudah sampai di tujuan. Kurasa aku terlalu cepat, jam masih menunjukkan waktu diangka 3.16, sedangkan Migusa dan Furisu selesai belajar pukul setengah empat tepat.

"Kita keluar menunggu di dalam saja, supaya nee-san kalian bisa melihat kalau kita dalam menjemput."

"Baik pa." anak kembar punya kecepatan sinkron yang sama, dan dari itulah mereka bisa bersamaan menjawab pertanyaanku.

Setelah aku keluar dari mobil bersama anak-anak laki-lakiku, kami berjalan masuk ke dalam gedung sekolah ini. Sudah lama sekali aku tidak kemari. Gedung ini masih saja sama seperti dulu, kira-kira 20 tahun yang lalu. Masuk ke tempat ini membuatku mengenang memori, memori bersama semua orang sebelum diriku jatuh ke dalam despresi lama itu. Bahkan aku hampir melupakan bahwa aku berjanji akan memberi tahu Chris dan Jeanne apa yang sebenarnya terjadi kepadaku, apa kabar mereka ya sekarang?

"Loh, tuan Guirusia? Anda datang? Dan ini? Kedua anak laki-lakimu yang kembar juga itu bukan?" tiba-tiba seseorang menyapaku.

Tidak ada yang memanggilku dengan sebutan setelah aku menjadi donatur utama sekolah ini. Ngomong-ngomong soal donatur, aku jadi ingat dulu Shin lah yang menjadi donatur utama sekolah ini. Memori yang tak terlupakan.

"Ah tentu saja, kepala sekolah. Lama tak bertemu. Tolong jangan panggil aku tuan Guirusia, panggil aku sama seperti dulu saja, Sin. Itu sudah cukup."

"Tidak, tidak. Tuan sudah menjadi donatur utama sekolah ini, sudah sepatutnya aku memanggilmu tuan." rupanya orang tua ini sopan santunnya di atas kadar cukup, aku hargai itu.

"Tolong, panggil aku Sin saja, ini permintaanku." walau begitu aku tetap memaksanya memanggil namaku saja.

"Baiklah kalau itu permintaan Sin. Apa yang membuat kedatanganmu kemari? Bukankah barusan beberapa hari yang lalu kau mengirimkan donasi?"

Hah~ hanya menjemput anak-anakku saja begitu melibatkan banyak perhatian, tetapi apa boleh buat, sudah jadi rahasia umum bahwa aku punya kekayaan yang begitu besar di kota ini. Untung saja tidak ada yang tau bahwa perusahaan Guirusia.co ini sudah berjalan 20 tahun lebih.

"Tidak. Aku datang hari ini untuk menjemput kedua anak perempuanku. Kebetulan aku juga tadi menjemput kedua anak laki-lakiku. Shouko, Kyosei, ayo beri salam."

"Selamat sore kepala sekolah." untung mereka begitu sopan, mereka akan jadi kebangaanku di masa depan, pasti.

"Tidak usah sopan-sopan, asalkan kalian nanti masuk ke sekolah ini setelah lulus SMP aku sudah senang kok."

Tentu saja mereka akan masuk kemari, memang mau sekolah di mana kalau bukan di sini? Ada, ada saja kepala sekolah ini.

"Oh ya, kalau kalian ingin menjemput, tunggulah di kantorku, nanti aku akan suruh salah satu guru untuk memanggil mereka."

Tawaran yang tidak buruk, boleh saja itu. Tidak ada salahnya juga untuk menunggu di ruang kepala sekolah.

"Baiklah, jalanlah terlebih dahulu kepala sekolah."

Kami berjalan menuju ruang kepala sekolah. Berbicara dia luar tadi memakan waktu 6 menit hampir 7 menit, kurang dari 7 menit lagi jam sekolah akan selesai. Menunggu sambil mengobrol tidaklah salah. Kedua anak laku-lakiku pun tidak kabur dari pembicaraan, jadi semuanya ikut berbicara. Sampai pintu yang memisahkan dua tempat itu terbuka.

"Papa? Ah ada Shouko dan Kyosei juga." kedua anak perempuanku sudah datang rupanya.

"Ahh mereka juga ada? Kukira hanya papa saja karena tadi guru bilang bahwa keluarga kita sedang menunggu." Migusa memunculkan diri di balik Furisu.

"Papa juga menjemput kami, jadi otomatis kita juga ada di sini." Kyosei menanggapi perkataan nee-sannya itu.

Kalau begini berarti sudah lengkap, tidak ada keperluan lagi ada di sini.

"Kalau begitu kepala sekolah, kami tinggal dulu. Sampai jumpa kapan-kapan lagi." aku berdiri dari posisi dudukku ini.

"Sebenarnya aku masih ingin mengobrol, tetapi apa boleh buat, kasian juga anak-anakmu sudah kelelahan pasti." empati kepala sekolah ini tinggu juga.

"Terima kasih atas perhatianmu kepala sekolah." aku berjalan keluar dari ruangan ini bersama anak-anakku setelah mereka memberi salam kepada kepala sekolah juga.

Tidak ada pembicaraan sebelum semuanya masuk ke dalam mobil. Tetapi aku dihujani pertanyaan ketika mobil sudah mulai berjalan.


next chapter
Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C34
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン