アプリをダウンロード
76.39% RE: Creator God / Chapter 288: CH.288 Terlukai

章 288: CH.288 Terlukai

Siapa pun yang kuat pasti akan memimpin dunia, peraturan itu sering dikenal sebagai hukum rimba. Bagaikan manga dan pemangsa, entah mana pun yang jadi mangsa atau pemangsa, semua itu ditentukan oleh kepribadian orang masing-masing.

Buatku yang tidak mudah terkontaminasi oleh orang lain sejak diriku terkenal tertutup dengan kehidupan sosial bebas, aku tidak perlu khawatir kalau aku jadi mangsa. Sejak awal, keberadaanku dan yang lainnya sudah seperti hewan buas yang seolah-olah siap untuk menerkam siapa pun di jalan kami.

Namun begitu pun bukan berarti kami berada di puncak rantai makanan, ada saatnya memang lawan yang benar-benar berarti mampu mengalahkanku. Tidak banyak, tetapi di setiap dunia seminimalnya ada satu, entah lawan politik, ekonomi, atau lawan tarung.

"Huooo!! [Budeshira]!!"

Seperti biasa, aku selalu menggunakan mantra sihir baru yang bisa dibilang akan jarang kupakai di saat mendatang. Mantra sihir Budeshira, terkenal sebagai kemampuan untuk memperkuat lima panca inderaku dan memberikanku kemampuan untuk berpikir lebih cepat.

Oh ya, sihirku seperti biasa akan terus bekerja selama aku masih menghendakinya. Namun ada saat di mana aku kehilangan kontrol atau kehabisan mana, maka sihir itu akan hilang sendirinya. Bukan cara yang paling efesien, tetapi cara yang paling kusenangi.

Bisa dibilang dengan seperti ini memang lebih boros mana, tetapi aku tidak perlu khawartir soal batasan waktu sihirku sewaktu-waktu terhenti. Seperti tadi, memang ada kasus tiba-tiba bisa terhenti, tetapi kemungkinannya begitu kecil dibanding memperhatikan waktu.

"Oi, oi, oi, sihir apalagi yang kau gunakan di medan perang kali ini? Kurasa kau bahkan lebih sadis saat menggunakan pedang daripada senjata api."

"Sudah kubilang, senjata api bukanlah kesukaanku, pedang tetap nomor satu."

Karena dengan memakai pedang, di saat yang bersamaan, aku juga bisa memakai sihir, jadi lebih unik bukan? Ah jangan tanya soal efisiennya, itu tergantung cara pandang orang masing-masing. Buatku, cara bertarung meniru orang lain itu membosankan, aku selalu suka yang unik.

Itu juga yang menjelaskan kenapa aku suka dengan Engram buatan Shin yang terdiri dari banyak gulungan dengan macam-macam sihir yang setidaknya ada 100 buah sihir. Jangan ditanya, aku suka ide originalnya Shin yang membuat sihir ini.

Makanya dulu aku sangat membantunya untuk mengembangkan sihir lebih dari dengan memberikan bantuan dana ke Shin walau sebenarnya dia mampu sendiri. Sihirnya dulu terjual di pasar gelap, seperti barang-barang perusahaanku.

Sekali lagi, yang kami jual bukan barang illegal, tetapi barang yang sengaja kami sembunyikan keberadaannya dari publik untuk menghindari kekacauan. Kacau karena apa? Karena rebutan barang yang terbatas. Sebegitu mengerikannya perusahaan kami itu.

"Entah kenapa aku bisa melihat kau bahkan lebih menggila daripada Jurai menggunakan senjata api Sin. Bahkan mungkin lebih dari saat aku menggunakan sihir."

"Hoi, hoi, bicara sembarangan saja kau. Kalau aku menggila, pastilah aku terluka parah."

Saat itu aku belum menyadari, bahkan aku sudah menarik pelatuk yang mengangkat bendera. Karena aku bisa dibilang lumayan menyepelekan pertarungan ini walau tahu tingkat kesulitannya dua kali dari yang terakhir kali memaksaku untuk menggunakan kekuatan dewa.

Seharusnya bisa sih tanpa kekuatan dewa, tetapi kalau aku tidak memakainya, Feliha lama-lama bisa terluka dan itu ingin kuhindari pastinya. Jadi kuharapkan aku tidak akan memakai kekuatan dewa lagi walau keadaannya benar-benar genting.

"Tidak, tidak, kurasa kau sudah setara dengan monster-monster itu Sin. Apa kau yakin kau bukan monster melainkan manusia atau dewa?"

"Kalian itu… hah~ terserahlah, awas saja nanti kalau pertarungannya sudah selesai. Kuhajar kalian sampai mampus."

"Ampun~ hahaha."

Candaan kalian nggak lucu, ngeselin malahan. Meremehkan sekali mereka, baiklah, mari kita lihat seberapa terkejut dan terbungkamnya mereka saat aku menggunakan sihir yang satu ini. Mantra sihir baru lagi, tetapi efeknya kubuat simpel, tetapi rasanya? Uhhmm, sedap.

Sebenarnya aku tidak ingin memakai ini, karena penggunaan mana yang sangatlah boros sekali, sudah kucetak tebal entah kelihatan atau tidak. Seharusnya aku tidak terpancing bujukan mereka dan mencoba menaikan harga diriku.

"Lihat ini. [Norsteu]."

"Gila, kecepatan macam apa itu woi Sin!? 200… tidak, ini bahkan mencapai 300 km/jam dan belokannya halus sekali. Seolah-olah mereka diserang musuh tak tampak."

Benar, itu adalah efek dari mantra sihir ini. Di masa depan sihir-sihirku pasti akan kulupakan dan tidak kupakai. Kecuali yang memang kuketahui karena sudah sering kupakai entah apa alasannya. Semoga saja aku tidak melakukan hal sia-sia, tetapi kalau iya pun ya masa bodoh deh.

Karena kecepatanku bahkan tidak bisa dilihat oleh mata biasa atau kamera, tidak ada yang tahu keberadaanku pada detik itu juga. Kalau mau memastikan, cek saja mayat baru yang terjatuh dan arah angin menghembus, seharusnya itu sedikit memberikan arah keberadaanku.

"Sin, kau tidak apa-apakah? Sihir itu sepertinya akan melelahkanmu dengan cepat."

"Masih kuat kok, santai."

Sebenarnya keadaanku sudah menurun ke titik tengah-tengah. Dengan kecepatan di atas 300 km/jam, otomatis tubuh akan terbebani, bukan hanya soal mananya saja. Sihir yang terklasifikasi hanya bisa dikendalikan oleh diriku seorang, karena aku sudah terbiasa dengan kecepatan tinggi.

Pada dasarnya aku tidak ingin jadi All-Rounder, tetapi Assassin yang terbilang bergerak dengan tanpa terdeteksi lokasinya. Assassin terkenal oleh kecepatannya, juga kewaspadaannya. Selain itu, Assassin paling handal mengatasi monster lincah.

Namun dalam keadaan tubuh seperti ini, kelas Assassin tidak cocok denganku. Porposi tubuhku terbilang tidak sesuai dengan kadar yang seharusnya. Tubuhku terlalu besar, titik keseimbanganku banyak berubah juga.

Kujelaskan soal titik keseimbangan. Pada dasarnya setiap orang memiliki titik keseimbangannya sendiri, dan normalnya berada di bagian paling bawah tulang dada. Di atas itu, jika orang terdorong, maka keseimbangannya akan hilang dan terjatuh ke belakang.

Semakin tinggi seseorang, semakin bawahlah titik keseimbangan itu. Jadi di satu sisi sulit mencapai musuh kecil, bagian tanah, sulit bersembunyi, yang lainnya juga mudah hilang keseimbangan.

Nah, karena itu aku bisa menggunakan tubuh Rie dengan benar sebagai Assassin karena porposi tubuhnya ideal memang untuk Assassin. Jangan heran kalau Assassin memiliki tubuh munggil, sudah standar idealnya itu.

"Hah! Lihat, Shin sekali menggunakan sihir bisa ratusan. Aku juga bisa membunuh ratusan dalam semenit, lebih efektif bukan gulungan sihir sekali pakai juga."

"Huh, terserah kau saja Sin. Bagaimana menurutmu Jurai, lebih bagus mana? Cara bertarungku atau cara bertarung Sin?"

"Lebih elit cara bertarungku lah, kalian lemah mengandalkan sihir begitu banyak."

Tidak, tidak, kau saja yang brutal karena kekuatanmu tanpa batas, walau staminamu masih terbatas dan masih bisa terlukai. Pada dasarnya Jurai dilengkapi dengan sihir sama saja tak terkalahkan. Pasti banyak yang protes kenapa Jurai bisa begitu? Entah, jangan tanya aku.

Jurai juga hidup jauh dari aku, kenapa protesnya ke aku. Atau gak protes aja tuh ke author, tanyain kenapa buat karakter sekuat Jurai dan tidak ada yang bisa membandinginya. Dewa satu yang dikalahkan Jurai saja mengaku kalau tanpa trik, dia kalah telak. Ya, dewa Drakaon.

"Cih, tidak akan aku berbicara denganmu lagi kalau tanya soal pendapat, Jurai."

"Siapa juga yang suruh tanya ke aku, Shin?"

"Ributtt aja kalian. Bisa diam sedikit tidak s-"

Di saat aku mengalihkan pandanganku, berteriak kepada makhluk-makhluk sialan yang berada di luar medan tarung, tidak kusadari ada sebuah entitas yang mendekat dengan cepat kepadaku. Bukannya aku tidak menyadari, tetapi aku telat menyadari.

Sebuah monster kelas evolusi tujuh tiba-tiba muncul dari mana dan menyerang aku dengan mulutnya yang tajam, memotong lenganku dengan halus dalam sekali serangan. Monster itu meniru hewan yang satu ini, Mantis.

Mantis atau yang lebih dikenal dengan nama Praying Mantis ini begitu kejam dengan lawannya dan mampu mencabik musuhnya dengan mudah. Terlebih lagi dengan tubuhnya yang besar, tidak mengherankan kalau lenganku terputus karena serangannya.

Itu kesalahanku semata, bukan hanya perhatianku teralih, aku juga berdiri dekat dengan portal, menyebabkanku tidak bisa merasakan kehadiran monster itu. Akibatnya, ya seperti ini… sial sekali aku. Cih, monster-monster sialan.

"Arghhh. Tsk, [Nemeaxusea]."

"Sin!!"

Dengan cepat aku membakar bekas potongan lenganku itu dengan api yang dilengkapi sihir penyembuh. Bodohnya aku, luka masih bisa disembuhkan, tetapi bagian tubuh yang sudah terpisah tidak dapat dibenarkan.

Teknologi sekarang sudah cukup maju untuk menghasilkan obat penyembuh bahkan penyakit berbahaya dengan satu kapsul saja. Namun untuk pertumbuhan bagian tubuh… sialnya itu belum. Mana ini sakit sekali lagi, sial, sial, sial.

"Ughh, tidak apa-apa, kalian tenanglah. [Zephostea]."

Langsung saja Mantis itu kuhanguskan dengan sihir api milikku yang terbukti paling ampuh karena suhunya kunaikkan ke sekitar 1500 derajat celcius. Api ini kuciptakan dengan teori belaka fisika fisi fusi, alias apa yang terjadi dengan matahari.

Namun bukan saatnya membahas itu, lengan kiriku sudah hilang, dan aku tidak bisa bertarung dengan normal lagi sekarang. Keseimbanganku pecah, aku tidak bisa menggunakan pedang lagi untuk bertarung sekarang karena tidak ada waktu untuk adaptasi.

Memang kasusnya seperti itu, tetapi aku harus memaksa diri agar aku mampu menyelesaikan rotasi yang satu ini. Kesombonganku menjatuhkanku sendiri, aku tidak boleh menarik teman-temanku dalam masalah yang kuciptakan sendiri.

"Sayang, apa yang terjadi!? Bagaimana bisa lenganmu terputus?"

"Tsk, aku telat menyadari keberadaan musuh yang satu ini dan akhirnya lenganku terputus karena belum sepenuhnya bisa menghindari. Tidak apa-apa, kalau aku tidak menyadarinya, mungkin aku bahkan terbelah menjadi dua sekarang."

Walau aku terbilang tidak bisa menahan rasa sakit ini, tetapi aku tidak boleh sampai melemahkan mental yang lain karena kejadian ini. Aku masih bisa bertarung, aku masih bisa menggunakan sihirku untuk melawan.

Sebaiknya aku melawan dari jauh saja, tidak baik aku mendekat dengan musuh. Lagipula diriku didesain untuk menghadapi segala situasi yang bahkan paling tidak masuk akal juga. Diriku yang sekuat ini saja masih terluka, apalagi yang lain? Situasi ini membuatku tertekan saja. Sialan, betapa lemahnya aku ini. Bagaimana aku bisa menghadapi Kuroshin kalau begini caranya?


next chapter
Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C288
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン