アプリをダウンロード
7.16% RE: Creator God / Chapter 27: CH.27 Masalah Baru

章 27: CH.27 Masalah Baru

Ughh, kepalaku sakit dan pusing sekali. Apa yang terjadi semalam sebenarnya? Oh.. rupanya aku masih ada di rumah orang asing ini yang membantuku tanpa mau dibalas kebaikannya.

"Ughh… ruangan ini berbeda dengan yang sebelumnya aku tempati."

Tunggu, kenapa aku tidak pakai baju ya? Aku melihat sekitar diriku dan menemukan sesuatu yang menganjal. Sesuatu yang membuatku semakin gelisah. Kenapa aku tidak memakai baju sehelai pun. Dan satu lagi, kenapa ada Kiera di sampingku… tidak… memakai baju juga? Oh tidak, apa yang sudah kulakukan.

"Nghhh, udah pagi lagi saja. Kok badanku sakit dan pegel semua ya… tidak, aku hampir melupakan hal yang paling penting." Kiera ikut terbangun mungkin karena ucapanku.

"Kiera… sebenarnya apa yang terjadi? Aku tak mengingat apa pun."

Semoga dugaanku salah, semoga tolong….

"Sin? Ah soal semalam… aku sedikit malu sih menceritakannya." dari sikapnya tidak bisa dipungkiri lagi apa yang terjadi sesuai dengan dugaanku.

"Tolong jelaskan. Apa yang terjadi sampai kita bisa di kamar ini dan… tidak memakai baju?"

Pertanyaan itu pertanyaan yang paling tidak ingin aku ucapkan. Mana ada orang menanyakan soal hal seperti ini?

"Umm, semalam setelah kau minum banyak anggur, aku disuruh mengantarkan dirimu ke kamar. Tapi karena dirimu sudah terlalu sempoyongan, jadi aku bawa ke kamarku. Mungkin kau tidak ingat, tetapi kau menjadi sangat agresif dan mendorongku ke kasur. Selanjutnya kau bisa pikir dan bayangkan sendiri." dan tentu, aku shock berat.

Hal yang paling ingin kuhindari justru menjadi batu sandungan dan tali yang mengikatku untuk berkembang lebih lagi. Ughh, sekarang apa coba yang harus kulakukan.

"Hah~ ini lah kenapa aku sering menghindari orang lain. Kalau sudah terkena masalah jadi ribet urusannya."

Terpuruk lagi aku menghadapi masalah baru. Sekarang permasalahannya kalau dia hamil saja, kalau dia tidak hamil itu akan menjadi cerita lain. Harapanku cuma ini saja, kalau hal terakhir ini pun terjadi, sirnalah cahaya harapanku.

"Jangan depresi lagi tolong. Aku tak ingin membebanimu. Pulanglah ke negerimu, anggap saja kejadian ini tak pernah terjadi." ucapannya begitu mengejutkanku.

Mana ada seseorang yang tidur semalam dengannya, memiliki kemungkinan hamil, tidak mempermasalahkan hal itu. Aku curiga ada sesuatu yang direncakannya. Tapi aku sudah malas berpikir, biarkan aku beristirahat dengan tenang saja tanpa ada masalah, hanya itu harapanku.

"Baiklah, tolong antarkan aku pulang sekarang juga. Masih banyak hal yang harus kulakukan." ada bantuan tidak mungkin aku tolak.

Dan setelah itu, benar saja aku diantarkan kembali ke Jepang, negeri asal mulaku. Tak butuh waktu lama untuk aku kembali ke rumahku sendiri. Bukan rumah, panti asuhan tepatnya karena orang yang dibayar oleh Kiera dan Kiera sendiri tidak tau rumahku di mana.

Setelah aku diturunkan di sana, aku langsung saja menggunakan kereta untuk pergi ke rumahku. Aku ingin menghemat uang walau uangku banyak.

"Ughh, akhirnya aku kembali juga. Ahh aku ingin beristirahat dulu." tanpa mandi atau bahkan mengganti bajuku aku langsung tertidur lelap saat itu juga.

Namun ada satu hal yang kutakutkan terjadi ketika aku sedang lengah. Dan semua itu aku ketahui sebulan setelah aku kembali ke Jepang. Tentu saja, tiba-tiba aku mendapat sebuah pesan dari nomor yang tidak aku ketahui.

Karena aku sudah memiliki Pentarundum, HP sudah tidak ada artinya bagiku. Sistem keamanan Pentarundum sudah dibuat khusus untuk menyaring segala sesuatu yang buruk seperti virus, spam, dan lainnya. Juga, sistem bisa membaca di mana berita atau pesan itu disampaikan. Dan benar saja, pesan yang datang ini dari Indonesia.

"Hmm? 'Kembali ke Indonesia sekarang juga.'?" sebuah pesan yang singkat tetapi sangat bermakna.

Dari situ lah aku menyadarinya, tindakanku 1 bulan lalu. Tetapi aku tak mau berpikiran buruk terlebih dahulu. Dengan itu kembali lah aku ke Indonesia, ke Semarang, ke rumahnya Kiera. Walau hatiku tidak siap mendengarkan apa yang terjadi nanti, sebagai laki-laki setidaknya aku tidak ingi kabur dari masalah.

"Tuan Sin, kita sudah sampai." supirku mengantarkan aku tepat di depan gerbang rumah Kiera.

Kali ini aku tak perlu bantuan dari Kiera atau Marvin lagi untuk hal seperti ini. Setidaknya karena aku tak mau membebani mereka. Melangkahkan kakiku keluar dari mobilku menuju ke rumah mereka adalah hal yang berat. Setiap langkah rasanya adalah beban yang mengikat diriku.

"Ah Sin, kau sudah datang." Marvin menyambutku di pintu masuk rumahnya.

Tentu saja aku sudah datang, dan tentu saja pesan itu darimu. Sebenarnya aku tidak ingin membuang waktu dan langsung ke intinya saja.

"Ya, beberapa hari lalu pesan itu kau yang kirim kan?" aku memastikan tindakanku tidak salah.

"Benar 100 persen. Mari ikutilah aku, akan kuceritakan semuanya di dalam kenapa aku memanggilmu." jantungku berdebar menantikan apa yang terjadi.

Aku tak ingin mendengarkan satu kata itu saja di sini sekarang. Tak peduli lagi aku dengan masalah yang ada, atau masalah yang berjibun-jibun, tapi lepaskanlah aku dari ikatan yang satu itu saja. Ikatan menjadi 'ayah'.

"Duduklah di sini dulu, pelayan tolong bawakan teh untuk kami berdua." selagi Marvin pergi kemana, aku berdiam diri duduk di ruang kerjanya.

Merasa gelisah, mending aku mengecek Pentarundum memastikan tidak ada yang salah terjadi di perusahaanku di Jepang. Karena saking gelisahnya diriku, aku bahkan tidak menyadari Marvin sudah kembali…. bersama Kiera.

"Oh Kiera." dengan pikiran yang setengah sadar aku memanggil namanya.

Seketika itu juga aku menyadari udara di ruangan ini menjadi sesak sekali. Tekanannya membuatku menjadi sulit bernafas. Tenangkan lah dirimu Sin. Lucifer, tolong ambil alih badan ini semantara.

[Hehh, kenapa diriku? Bukannya ini kerjaanmu ya? Aku tau penampilan kita sama, tetapi sifat kita bertolak belakan. Mungkin mereka akan menyadari hal ini.]

Alter Ego yang satu ini banyak cakap memang. Sudah tau aku ingin menenangkan diri dulu, masih saja berbuat yang seperti ini.

[Kuhh, baiklah-baiklah, aku akan menggantikan dirimu sementara.]

Pikiran kami berdua pun tertukar. Lucifer sudah sama seperti Stand –Alter Ego– diriku. Aku ingin diam diri dulu di dalam pikiranku sendiri.

"Sebenarnya kami mau menyimpan hal penting ini sendiri. Namun, kurasa kami tidak bisa menampungnya sendiri." Marvin mulai mengatakan kalimat yang aneh untukku.

Aku tidak suka ini, terlalu bertele-tele. Kalau memang sesuai dengan apa yang kupikir katakan saja sebenarnya. Lebih baik aku dibunuh sekali daripada ditusuk berkali-kali.

"Katakanlah langsung apa intinya." dengan sedikit memaksa aku berkata.

Dari wajah mereka memang terlihat mereka begitu cemas, tetapi rasanya ada yang salah. Namun aku tidak bisa mengetahui apa yang salah sebenarnya.

"Aku… aku… hamil." terdiam aku sejenak mendengar itu.

Walau sebenarnya sudah kuduga, tetapi mendengar fakta itu keluar dari mulutnya membuatku terpukul jauh mundur. Aku mengigit bibirku sendiri dan berpikir kenapa aku sebodoh itu sampai aku harus terlibat dalam kasus seperti ini.

[Lucifer, tidak, Sin… tenangkanlah dirimu. Jangan terbawa dalam emosi dulu. Jangan menyalahkan dirimu, semuanya itu karena kau sedang tidak beruntung saja.] suara Ryuu terngiang di dalamku.

Mana ada aku sedang tidak beruntung. Kalau begitu jelaskan, apakah seluruh kehidupanku itu sebuah ketidakberuntungan? Apakah aku hanya pembuat masalah untuk orang lain? Hah? Bagaimana semua orang mau menjawab pertanyaan ini hah!? Hah!?

[Sin. Setidaknya walau memang banyak ketidakberuntungan dalam hidupmu atau menjadi masalah untuk orang lain. Kau bisa membuat senyum itu muncul dari orang lain karena hidupmu.] Alter Ego yang satu ini pun juga ikut berbicara menenangkanku.

Sudahlah. Aku tak butuh kalian menenangkanku. Sekarang yang aku butuhkan adalah solusi. Bagaimana aku bisa menyelesaikan masalah karena ketidakberuntungan diriku ini.

"Hah~ tenang diriku. Aku sudah menduga itu semua. Jadi apa yang kau inginkan dariku? Menikah? Tanggung jawab?" aku memikirkan semua kemungkinan yang diminta dari mereka.

"Tidak, aku tidak minta semua itu. Dan kakek pun juga tidak minta semua itu. Yang aku minta hanyalah satu, aku ingin membesarkan anak ini." semua kemungkinan bukan, tetapi yang ini terkecuali.

Aku mengira mereka akan menjatuhkan nama baik diriku, atau menjadi ayah atas bayi ini dan menikahinya. Tetapi semua hal itu tidak keluar dari mulut mereka, yang ada dia meminta membesarkan anak yang dikandungnya.

"Menikah? Tidak juga?" setidaknya seharusnya supaya nama baiknya tidak tercela, dia meminta hal ini.

"Tidak. Kalau aku lihat dirimu sudah terlalu banyak terbeban, dan aku tak mau jadi beban baru."

Sialan, kenapa perempuan ini bisa berlaku seperti ini? Kenapa orang yang hanya barusan mengenal aku bisa sebaik ini? Kenapa!? Aku kesal tidak bisa menyelesaikan masalah yang sebelumnya, tetapi aku lebih kesal tidak bisa menyadari suatu kondisi.

Lalu kenapa mereka memintaku datang kemari? Kalau memang dia hanya ingin menyampaikan pesan ini tanpa meminta suatu hal dariku, seharusnya mereka bisa saja kan memberi tahu dari pesan saja? Semuanya ini tidak masuk dalam logika otakku.

"Terus kenapa kau memintaku datang kalau begitu? Kalau kau memang tidak meminta sesuatu dariku atau ingin membesarkan bayi itu sendiri, kau tak perlu memberi tahuku untuk datang kemari bukan?" rasa penasaranku sudah tak tertahankan.

Semuanya sudah kacau balau, menambah satu masalah lagi pun tidak akan begitu berarti. Daripada aku mati merasa bersalah dan berdosa, sebaiknya aku menyelesaikan semuanya dengan baik-baik.

"Ah soal itu kami tidak kepikiran. Ketika aku mengetahui bahwa Kiera hamil, spontan saja aku langsung memberimu tahu lewat pesan." kali ini Marvin mulai angkat suara lagi.

Kalau begitu sih masih masuk akal. Tetapi aku tak kehabisan kenapa semuanya ini, dari awalnya terjadi. Hah~ sudahlah aku tidak ingin membuat masalah ini semakin besar. Mending aku kembali ke rumahku, berpikir soal menyelesaikan masalah yang lain, dan melupakan kejadian ini.

Semuanya itu aku lakukan setelah aku kembali dari Indonesia. Aku butuh waktu lama sebelum aku menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Semuanya itu terjadi karena mereka memberiku obat. Aku terpikir itu setelah merenung dalam waktu yang sangat lama.

Entah kenapa mereka sengaja merencakan kejadian ini, tetapi selama tidak merugikanku, kurasa tidak masalah. Mungkin… sampai terjadi suatu hal.


next chapter
Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C27
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン