アプリをダウンロード
64.45% RE: Creator God / Chapter 243: CH.243 Keputusan Feliha

章 243: CH.243 Keputusan Feliha

Malam itu, aku tidur bersama Kiera di kamar yang sudah disiapkan bagi kami. Oh ya, makan malam tadi itu buatan Kiera. Kurasa Kiera ingin menunjukkan kebolehannya di dalam hal memasak kepada keturunannya. Tentu saja, dengan itu, Kiera menggunakannya sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada keturunannya.

Tidak ada makanan yang bisa mengalahkan buatannya Kiera. Aku sebenarnya bisa masak juga, jangan salah. Bukan berarti aku dulu pernah hidup sendiri, aku lalu hanya beli makanan restoran atau makanan instan terus-menerus. Butaku dulu, hidup masih penting, jadi aku tetap menjaga kehidupanku termasuk kesehatanku tentunya.

Kami masih belum tidur sebenarnya, hanya saja kami sedang bicara di atas kasur. Hal yang kami bahas… tentu saja yang berkaitan dengan Feliha. Sejak awal tujuan kami ke sini cuma satu sebenarnya, dan itu sudah selesai. Hanya saja Feliha harus menentukan apa yang diinginkannya untuk dirinya sendiri.

"Tumben sayang tidak sedikit lebih egois? Bukankah kau bisa meminta Feliha untuk kita sendiri? Aku tahu bahwa sayang sangat menyukai Feliha, bahkan rela untuk melakukan apa pun baginya."

"Mau bagaimana lagi, pada dasarnya keberadaan Feliha tetaplah keturunan kita, bukan anak asli kita. Juga Feliha masih belum tahu kalau masa hidup kita lebih panjang, bisa repot sebenarnya menjelaskan kita itu dewa."

Kalau dibilang aku ingin egois, bisa saja sebenarnya. Lagipula mereka, para keturunanku tidak punya kekuatan untuk berbicara balik kepadaku, untuk protes. Iya mungkin mereka protes, tetapi mereka tidak bisa memenangkannya, dan mereka tahu itu.

Waktu-waktuku bersama Feliha memang membuatku bahagia, aku tidak memungkiri itu. Mungkin karena senyum anak satu itu, hidupku bisa terselamatkan walau sedikit. Katakan saja Feliha punya potensi untuk menjadi artis atau idol seperti kakaknya Kuroha yang senyumannya dapat membuat orang bahagia juga dan akhirnya punya semangat hidup.

Coba pikir saja, hanya satu tindakan simpel, tetapi orang bisa terselamatkan hidupnya dari bunuh diri atau melakukan hal salah. Bisa saja aku memonopoli senyum itu, tetapi aku ingin membuat dunia tahu bahwa hanya karena satu senyuman dari seseorang yaitu Feliha, hidup mereka mungkin bisa diselamatkan dari akhir yang buruk.

"Kurasa kali ini rasa perhatianmu mengalahkan rasa egoismu ya sayang?"

"Lagipula tidak ada Feliha, juga masih ada kamu kok Kiera. Feliha memang penting, tetapi bagiku, keberadaanmulah yang membuat aku tetap waras."

Setahuku aku pernah mengatakan bahwa sebenarnya masalahku yang menekan hidupku dapat membuatku stress dan menjadi lepas kendali. Bukankah hidup itu akan jadi menyenangkan bersama orang yang disayangi dan yang paling perhatian? Memikirkan saja sudah cukup seru, apalagi menikmatinya secara langsung.

Kiera sudah banyak menyelamatkanku walau sebenarnya aku yang seharusnya melindungi dirinya. Namun apa dayanya diriku yang lemah dengan tekanan, aku saja harus mengandalkan bukan hanya kekuatanku, tetapi pengetahuanku juga untuk membuat rencana. Tanpa rencana aku sama saja seperti ikan di daratan, sama sekali tidak berdaya.

"Sayang selalu saja begitu, yang kutakutkan nantinya adalah kau terlalu bergantung kepadaku dan tidak dapat melepaskanku dari hidupmu. Ini saja sudah salah satu buktinya."

Ucapan Kiera tepat menusukku di hati, memang benar alasan aku memanggil Kiera karena aku tidak punya tujuan hidup sama sekali sebelumnya. Dengan adanya Kiera, seseorang yang kusayangi, aku dapat memberikan waktuku dan perhatianku padanya. Tanpa kusadari, pasti aku akan terlelap lagi dalam perhatian dan kasihnya sampai tidak dapat lepas daripadanya. Benar-benar adiktif cinta dan kasih ini.

Buat orang lain mungkin ini juga termasuk ancaman dan bahaya karena kalau saja ada orang berani macam-macam dengan pasangannya, dirinya pasti mudah tersulut api emosi dan api cemburu. Diriku tidak akan sampai sebegitunya, tetapi aku tidak menyangkal dalam hal kehilangan, itu akan memberikan dampak yang besar pada mentalku, lagi.

"Maafkan aku Kiera, pada akhirnya aku tidak bisa hidup tanpamu dalam hidupku. Aku sudah lelah dengan hidup yang tanpa henti lagi. Dan kalau misal aku setelah mati terbangun di dunia yang berbeda lagi… entah apa yang aku akan lakukan."

"Aku tahu sayang… aku tahu. Itu sangat menyakitkan dan sayang mungkin tidak bisa tahan. Namun ingat aku dan dirimu tetaplah manusia dalam darah daging, kita akan mati pada suatu saat. Juga ke mana roh kita akan lanjut, itu tidak dapat kita pilih."

Kalau aku benar-benar egois mungkin aku akan menjawab solusinya adalah menggunakan sihir yang aku miliki. Guna apa aku sebagai dewa pencipta tanpa menciptakan sesuatu yang bahkan bisa menyelamatkan diriku dari kegilaan ini. Pada akhirnya dewa juga tidak mahakuasa, selain satu dewa yang kurasa pasti hidupnya, Kuroshin.

Walau aku sekarang kelihatannya tidak mementingkannya sama sekali, tetapi rasa kesalku padanya tetap sama apa adanya. Diriku harus menghadapi semua ini karena dirinya dan rencananya. Rasanya aku ingin mengakhirinya untuk satu dan terakhir kalinya, tetapi apa dayanya diriku yang lemah ini.

Kiera masih tidak tahu soal ini, semuanya ini persoalanku sendiri dan aku tidak ingin Kiera masuk ke dalam rencana balas dendamku. Kalau memang hidupku harus berakhir suatu saat, aku dengan senang menerimanya. Namun mana bisa, mungkin alasan hidupku masih terus berlanjut di kehidupan lain adalah tujuan hidupku masih belum dipenuhi.

"Aku sebenarnya benci mengakui hal itu, tetapi tetap benar apa adanya. Bagaimana juga, kita tidak mahakuasa, kita tidak dapat mengubah takdir kita seenaknya."

"Sudahlah, jalani hidup ini dengan pelan-pelan, tapi pasti. Supaya pada akhirnya kita tidak akan punya penyesalan lagi dan mengakhirinya dengan tersenyum."

Kalau semudah itu, aku sudah melakukannya dari dulu. Itu ingin kukatakan, tetapi mana bisa aku menyatakan bahwa selama ini motivasi aku hidup adalah untuk balas dendam. Untuk sekarang, itu ada di posisi kedua setelah menjaga orang yang benar-benar menyayangiku begitu juga aku menyayangi mereka.

Untuk sekarang, aku mau melupakan tujuanku untuk mengakhiri semuanya untuk sekarang dan selamanya dengan membunuh Kuroshin dan memastikannya tidak bangkit lagi. Biarlah waktuku dipenuhi oleh kebahagiaan terlebih dahulu supaya nantinya aku tidak akan menyesal sesuai perkataan Kiera.

Namun disaat kami hampir terlelap, terdengar suara ketukan pintu halus dari kejauhan. Tentu saja kami mengizinkannya masuk, dan ternyata itu adalah Feliha. Feliha masih tidak mengucapkan sepatah kata pun, makanya aku menyuruhnya untuk ke mari naik ke atas kasur.

"Kenapa Feliha ke sini? Kakek memberi Feliha waktu sampai besok lho, bukan malam ini."

"Mhngh, bukan, Feliha hanya ingin bersama kakek dan nenek, mungkin papa dan mama."

Bahkan sampai sekarang masih belum bisa menentukannya ya? Aku bisa mewajarinya saja, lagipula tidak seperti aku mengejar Feliha untuk memberikan jawaban kepadaku dan Kiera. Kalau dia ingin tidur bersama kami, mungkin untuk terakhir kalinya, aku pun tidak dapat menolak permintaannya.

Feliha itu anak yang ceria dan tingkat perhatiannya hampir sama dengan Kiera. Namun, kalau dibiarkan dia tidak bisa mengekspresikan emosi positif bahkan negatifnya, lama-lama dia akan merasa minder seolah-olah berbuat banyak kesalahan tanpa bisa menjelaskannya dengan baik. Siapa pun bisa begitu, tertekan oleh mental. Itu kenapa aku ingin mengubah kesalahanku dulu yaitu sebagai pembawa gen mental mudah tertekan.

"Feliha sayang, tidak perlu dipaksa kok, mau memanggil mama juga boleh, nenek juga boleh. Lagipula Feliha juga keturunan kami bukan pada akhirnya?"

"Itu benar, pada dasarnya kami orang tua asuh Feliha saja untuk sekarang, bukan berarti Feliha tidak punya orang tua asli Feliha bukan?"

Menurut biodata Feliha yang kudapatkan dari IAI yang melacak datanya, kedua orang tua Feliha masih hidup, dan mungkin waktu itu mereka protes diam saja. Yang kumaksud dengan protes diam saja adalah, mereka protes pun kenapa Feliha diambil dari mereka, mereka tidak dapat melakukan apa pun. Kalau diam saja, itu artinya mereka pada dasarnya tidak peduli dengan Feliha.

Niatku untuk mengasuh Feliha salah satunya adalah melindungi senyumnya yang masih ceria itu. Kalau cahaya yang ada padanya sudah sirna, sudah lenyaplah harapan untuk dia tetap ceria seperti itu. Makanya, karena selagi Feliha masih kecil, aku ingin terus mempertahankannya selama aku bisa. Namun entah pikiran apa dalam benak Feliha kalau nanti dia bukan hanya mengetahui kami sebagai kakek dan neneknya, tetapi sebagai dewa.

"Hmm… benar, Feliha masih punya orang tua kandung. Namun daripada orang tua asli Feliha, papa dan mama lebih perhatian dengan Feliha. Bahkan Feliha dapat bersenang-senang setiap hari. Ada nenek Ekiresia juga yang lucu dan suka bercanda dengan Feliha."

Bahkan mama menjadi alasan untuk Feliha tetap bersama kami? Itu mengejutkan. Aku tahu bahwa mama memang orang yang perhatian, semua orang dikeluargaku saling perhatian. Makanya keluargaku tidak pernah sepi dan hanyut dalam kesibukannya masing-masing. Lagipula mama dan Kiera tidak punya pekerjaan, mereka tetap di rumah saja bersama Feliha waktu itu.

Sebenarnya aku cukup terkejut dengan mama sih, sejak dirinya dulu hidup dengan peradaban zaman kerajaan Eropa, menjadi di zaman modern. Perubahan yang drastis itu pasti aneh buatnya, tetapi kurasa mama mudah beradaptasi dengan segala situasi. Mamaku yang satu ini keren dah, hahahaha.

"Yang Feliha katakan semua itu benar, dan itu mungkin alasan untuk Feliha bersama kami. Namun kami tidak pernah memaksa Feliha untuk menghilang dari keluarga Feliha yang ada di sini. Bagaimana pun semuanya tetap keluarga bagi Feliha bukan?"

"Hm… tidak salah apa yang papa katakan."

Kalau mau dibilang, sebenarnya aku kasihan melihat wajah sedihnya saat aku memberi pilihan mau menganggap aku dan Kiera sebagai kakek dan nenek atau masih sebagai papa dan mama. Namun bagaimana pun, aku mengharapkan untuk tidak ikut campur lebih lagi dengan para keturunanku, kecuali Feliha.

Feliha adalah suatu pengecualian khusus karena dirinya juga sebenarnya sudah 'dicampakan' dari keluarga ini dianggap sebagai anak perempuan tidak bisa menjadi penerus keluarga. Fakta itulah yang sebenarnya mendorongku untuk mengadopsinya waktu itu, dan ternyata Feliha bisa merasakan kebahagiaan dari keluarga kecil kami.

"Kalau Feliha masih belum memutuskan, sebaiknya kita tidur dulu. Feliha kalau ingin tidur di sini juga tidak apa-apa kok."

"Tidak, Feliha sudah tahu jawaban apa untuk ini. Feliha ingin… tetap bersama papa dan mama selamanya."


next chapter
Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C243
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン