"Jadi?" Tanya Dhika tidak sabar. Ada bibit bahagia dalam hatinya karena menebak jika istrinya mau melakukan itu.
Ah, nggak sanggup di bayang.
Cia menatap Dhika, "saya bersedia, tapi sebelum itu kita harus buat kesepakatan lebih dulu."
"Kesepakatan apa?" Dhika menahan pacu jantungnya yang menggila.
"Kesepakatan tentang pengesahan itu, apalagi?" Ketusnya.
"Coba rincikan, apa yang kamu mau?"
"Saya nggak mau ada rasa sakit. Saya baca di internet katanya malam pertama itu sakit banget, saya parno."
Dhika kaget dengan apa yang di minta oleh istrinya, dia diam sejenak untuk berpikir jawaban apa yang bisa dia berikan untuk istrinya yang ajaib ini.
Setelelah beberapa saat diam dia akhirnya menjawab, "saya tidak menjamin kalau itu tidak sakit, tapi saya berjanji melakukannya selembut mungkin agar rasa sakitnya berkurang, mungkin."
"Yah ... tetep sakit dong kalau gitu?" Cia menunduk lesu. Bibirnya manyun, gadis itu cemberut. Rasa-rasa mau mundur, kayaknya nggak mampu.