Baik Cahyo maupun Clara benar-benar lengah dalam dunia dan lingkungan yang baru di negara itu. Mereka benar-benar tidak mengantisipasi bahwa putrinya dan temannya, kedua remaja itu, akan segera menjadi sasaran empuk nafsu bangsa kulit hitam.
Namun bagi yang mengetahui rahasia gelap mereka berdua, tidak sulit untuk dipahami bahwa itu semua adalah dampak dari perjanjian darah yang dilakukan. Begitu perjanjian disepakati, serangan pikiran-pikiran kotor dan tak terkendali menjadi begitu menjadi-jadi.
Waktu tidur mereka sering terusik dengan impian demi impian liar yang betul-betul tak terkendali. Sebetulnya itulah dampak baik Cahyo maupun Clara masing-masing melakukan perjanjian dengan iblis laknat. Perjanjian itu sebetulnya membuat mereka, dalam saat-saat tertentu, jadi begitu hilang akal sehat. Tak heran keputusan yang mereka ambil seringkali berakibat fatal dan begitu melibas dalam pusaran hawa nafsu syahwat nan tak berkesudahan.