Love melihat dengan sumringah. Gambar-gambar dirinya jadi sangat luar biasa ketika difoto dengan teknik pencahayaan yang canggih. “Keren. Keren banget. Lu punya bakat foto ya, diem-diem.”
Lyn senang dengan pujian itu.
“Ayo lanjutin photo sessionnya,” bujuk Velove. “Nanti gue traktir.”
“Kalo mau dilanjutin, harus dengan gaya yang baru. Jangan yang itu-itu aja.”
“Setuju,” Love lantas bertanya lagi. “Eh tapi, mau foto kayak apa?”
Karena Lyn tidak langsung menjawab, Love jadi menduga-duga.
“Lu mau foto gue lagi bugil ya? Nakal.”
“Nggak.”
“Nggak?”
“Iya. Gue hanya foto organ intim lu.”
Love melihat dengan tatap terkejut sebelum kemudian menggelang sambil tertawa. “Buset. Gue malah lebih nggak mau lah kalo harus gitu. Ngaco ah!”
“Kenapa?”
“Itu organ tubuh gue yang paling privacy. Gue gak mau sembarangan diapa-apain.”
“Apakah difoto dengan kamera canggih sama dengan kalo diapa-apain?”
“Nggak sih. Tapi tetap aja gue gak mau meki gue difoto-foto. Itu bagian gue yang paling privacy. Paling intim.”
“Untuk apa keukeuh gak mau pamer asset yang lu punya? Toh, semua cewek di dunia juga punya meki. Lantas, apa istimewanya meki lu dibanding orang lain?”
Penjelasan itu membuatnya berpikir bahwa pandangan Lyn memang benar. Vagina memang bagian intim seorang wanita. Tapi itu tidak perlu terlalu diagung-agungkan karena itu tidak eksklusif dimiliki orang-orang tertentu. Semua wanita memilikinya!
Dari pemahaman itu dan tentunya juga bujukan gencar dari Lyn, Velove akhirnya mengalah. Meskipun awalnya Love sangat malu dan keberatan, belakangan ia jadi lebih terbiasa karena gambar-gambar yang dihasilkannya sangat bagus. Love jadi terlihat sangat seksi dalam pakaian dalamnya dan garter belt yang serasi dengan stoking. Semua tanpa panty.
*
Clara tidak tuli. Ia sudah mendengar berita miring mengenai rumah yang mereka tempati. Ia tidak suka dengan spooky things alias segala hal yang berhubungan dengan mistik. Baginya itu hanya dongeng. Ia adalah penyuka barang seni kuno dan meskipun banyak cerita aneh, ia tidak pernah mengalami. Ia punya keris kuno peninggalan abad 12. Ia punya kendi peninggalan kerajaan Sriwijaya. Ada juga porselen yang diambil dari kapal Tiongkok yang karam berabad lalu. Belum lagi boneka, ukiran, dan topeng ini-itu dari berbagai daerah. Mereka berasal dari kerajaan Majapahit, Kutai Kertanegara, Sriwijaya, Bone. Bahkan sebuah benda yang diakui penjualnya sebagai jimat pun tetap saja tidak ada ‘isi’ apapun. Padahal cerita yang ia dapat adalah bahwa benda itu adalah jimat kesayangan Prabu anu dari kerajaan anu.
Bagi Clara, semua cerita yang mengiringi penjualan benda-benda itu hanya khayalan si penjual kepada kolektor barang kuno hanya supaya barangnya laku. Akibatnya, ketika ia mendengar berita bahwa rumahnya ‘begini’ dan ‘begitu’ semua itu malah membangkitkan jiwa avonturir dalam dirinya.
Pagi tadi, saat hari beranjak terang, ia sedang belanja sayur dari Kamal ketika keduanya mendengar suara yang sama. Suara gadis yang sedang menangis. Spontan hal itu membuat Kamal kabur seketika walau ia belum selesai dengan belanjanya!
*
Bagi Love, difoto dengan kostum lingerie dan sebagainya, ternyata membangkitkan gairah. Jadi pagi ini ketika ia kembali main ke rumah Lyn dan ditawarkan kesempatan difoto lagi, ia tidak berpikir panjang dan langsung menyetujui. Sudah tak ada keberatan lagi ketika di depan Lyn ia dengan enaknya duduk santai dalam keadaan topless. Lyn memang sudah menduga hal ini. Kepandaian dirinya membangkitkan sesuatu pribadi tersembunyi dalam diri Love adalah suatu kebanggaan tersendiri. Sejauh ini ia sudah membangkitkan Love dari sikap pendiam dan pasifnya menjadi gadis yang penuh kepercayaan diri karena memiliki sex appeal yang kuat.
Sesi foto pun berlangsung lancar. Dengan bermodalkan kamera DSLR, memory card yang cukup dan tripod yang dimiliki, dalam satu jam saja sudah lebih dari seratus foto yang dihasikan. Mulai dari Velove yang berpakaian seragam putih abu-abu, sampai kemudian ketika pakaian itu tanggal satu per satu dan kemudian diganti dengan lingerie, g-string, stoking, bra, panty, serta garter belt merah menyala.
Kamera terus berklak-klik dan dengan dalih ingin mendapat gambar terbaik, Lyn enak saja menjamah tubuh Love. Satu sentuhan kecil Lyn saja sudah membuat libido Love melonjak naik dan bahkan sampai mengeluarkan rintihan keras. Aura foto begitu panas sampai akhirnya Velove hanya mengenakan garter belt dan stoking. Dan saat ia memotret Love dalam keadaan merangkak dan paha melebar, ia membuat puluhan foto ketika cairan kewanitaan Love yang luber mulai menetes dan menetes makin banyak membasahi sprei. Saat itu Love sudah amat terangsang dan ia membutuhkan seorang pria. Tapi, jika yang ada adalah Lyn, ia mendapati bahwa hal itu sepertinya tak salah untuk ia coba.
Berikutnya Lyn meminta Love berbaring. Kali ini ia meminta Love menyelipkan jarinya sendiri ke kedalaman vagina. Ini perintah yang eksplisit dan tidak masuk akal. Tapi Love hanya memberikan resistensi sedikit saja sebelum kemudian mulai bergaya seperti yang dimau. Dengan segera puluhan foto dan blitz ditembakkan karena ini memang sepertinya foto yang jadi klimaks. Betapa tidak, ini foto terbaiknya karena di area keintiman ada satu jarinya terpendam sangat dalam.
“Good! Tancep lebih dalam….. yesss…. Kayak gitu. O shit, sekarang naik-turunin, ow yeeeahh….. you’re so damned sexy, bitch.”
Nafas Love sudah satu-satu. Ia tak tahan. Ia butuh pelampiasan. Dan Lyn menangkap kesempatan itu. Lyn adalah lesbian yang sudah lama menantikan momen ini. Jadi ketika Love ia atur agar berbaring tanpa panty, dengan cepat ia dimangsa Lyn dengan menyambar dan melahap kemaluannya yang sudah teramat sangat basah.
“Janga-an!”
Tak ada perlawanan berarti yang dilakukan Love selain kata-kata ‘jangan’ dan tolakan tangan yang makin lemah seiring kenikmatan yang ia alami saat di-cunnilingus alis di-oral. Dan hanya butuh lima menit untuk kemudian dirinya secara resmi memasuki apa yang telah dijalani Lyn lebih dulu yaitu lesbianisme.
Beda dengan kesuciannya yang terenggut, pengalaman ini tak pernah Love sesali. Ia baru menyadari bahwa percintaan sesama jenis ternyata lebih menyenangkan. Penuh gairah membara, membakar, namun di saat yang sama ia juga lembut. Ia juga tak malu menerima kenyataan: ia menyukai perempuan.
Pengalaman ini membuat Love jadi makin suka pada Lyn karena menilai bahwa rekannya bisa membangkitkan kepercayaan diri bahwa ia memang menarik. Dan atas alasan ini pula ia setuju saja ketika Lyn bermaksud memperkenalkan dirinya dengan Kevin, teman lama Lyn. Tentu dengan terlebih dulu ia diizinkan Love untuk mengirim beberapa foto sensualnya pada orang itu.
“Nooo, jangan yang itu,” Love protes ketika melihat Lyn akan mengirimkan fotonya yang paling berani. Sebuah foto yang menampilkan kecantikan dirinya dan sangat pantas menjadi cover sebuah film kategori X tiga.
“Lu takut?”
“I-ya.”
“Justeru foto ini yang akan bikin dia mau jadi cowok lu.”
“Gue gak siap.”
“Berarti lu siap dia disamber orang lain?”