"Pukulan penghancur gunung".
Regel meraung dengan keras, bola mata berwarna abunya langsung bersinar, bongkahan tanah yang telah terangkat di sekitarnya berubah menjadi warna abu yang kemudian langsung membungkus kedua tangannya.
Regel baru saja melepaskan sebuah pukulan penghancur ke arah targetnya, namun tiba-tiba dia merasa hembusan angin di punggungnya.
"Kau terlalu bersemangat!". Ucap Virgo dengan santai, dia sudah berdiri di belakang musuhnya dengan posisi membelakanginya, punggung mereka nyaris bersentuhan.
"Dasar makhluk rendahan, bagaimana dia melakukannya?". Mata Regel sedikit bergetar sambil memaki dalam hati, dia benar-benar tidak menduga musuhnya memliki kecepatan semacam itu.
Padahal dia sangat yakin, serangan pukulan penghancur gunungnya saja memiliki kecepatan tinggi, tapi itu masih bukan apa-apa di bandingkan dengan kecepatan musuhnya. Dia tidak bisa melihat ataupun merasakan pergerakan lawannya.