Liu hadir di tengah-tengah pasar hanya untuk berpatroli di sana. Namun, ketika sedang berpatroli mendadak ada sesuatu yang telah mengganggu dirinya.
Pemuda tersebut merasa penasaran akan apa yang didengarnya, sampai Liu mencari tahu hal apa itu dan pada akhirnya setelah melayang beberapa saat dirinya sampai pada sumber masalah yang sedari tadi menganggu pikirannya.
"Apa dia adalah putrimu, Yuan?" tanya Liu terlebih dahulu untuk memastikannya.
"Ya, Pendekar Liu. Tolong selamatkan putriku," jawab dari pria paru baya bermarga Xiao itu. Ayah dari gadis yang sedang sekarat tersebut.
Kedua tangan Xiao Chen, yang berstatus tabib itu menggenggam erat Liu, seraya memelas dan memohon. Pemuda itu tersenyum canggung, tidak tahu harus mengambil tindakan seperti apa?
"Tolong selamatkan putriku, Pendekar. Kau adalah seorang tabib bukan? Dirimu ahli dalam hal pengobatan. Tolonglah putriku ini."
Liu diminta untuk menyembuhkan Putri pria itu. Namun, yang dikatakan Xio Chen tidak seutuhnya benar, sebab Liu bukanlah Pendekar yang ahli dalam hal pengobatan.
Liu memperhatikan sekujur tubuh gadis yang sudah terkapar di tanah beberapa saat lalu. Sekujur tubuhnya dapat dilihat berwarna biru, lalu mulai membengkak menjadi hitam seiring berjalannya waktu dan lebih terlihat seperti seekor ikan yang keluar dari air. Liu berpikir, penyakit aneh apa yang diderita gadis itu sampai warna kulitnya berubah menjadi hitam?
"Jika saja Adik keempat ada di sini, tantu dia akan membantuku untuk menyelesaikan ini." Liu terdengar bergumam. Akan tetapi, tidak ada yang dapat mendengar perkataannya itu.
Liu ingin sekali berkata jujur, bahwa dirinya bukanlah seorang tabib yang Xiao Chen pikirkan sebelumnya.
Liu sendiri khawatir dengan situasi ini sekarang, bukan tanpa sebab dirinya memang bukan Pendekar yang mahir dalam hal pengobatan. Liu tidak bisa seenakmya mendiaknosa penyakit apa yang diderita oleh putri tabib Xiao andai Zhao Yi berada di sana, kemungkinan saudara seperguruannya itu bisa membantu.
"Bagaimana Tuan Liu?" tanya Xiao Chen penuh harap, sementara Liu tersenyum pahit, bibirnya terasa kelut. Dia tidak memiliki keberanian untuk mengakui semuanya.
"Apakah putriku dapat sehat kembali? Tentu, dia bisa diselamatkan bukan? Tuan Liu, tolong jawab pertanyaanku. Dia bisa sehat kembali 'kan?"
Liu diam sampai bingung ingin menjawab apa? Dia benar-benar tidak tahu apa-apa tentang ilmu pengobatan andai penyakit yang diderita gadis itu hanya sakit biasa, mungkin Liu bisa mengobatinya. Namun, lain halnya dengan kasus sekarang. Liu bahkan baru pertama kali melihat kejadian tersebut.
Ingin sekali pemuda itu berjakata jujur, tetapi dia mengurungkan niatnya tersebut. Melihay Xio Chen yang sudah sangat berharap besar kepada dirinya, membuat Liu tak bisa menghancurkan harapan tersebut.
"Putrimu Ini terkena racun." Liu hanya asal menebaknya saja. Setahu yang dirinya pelajari andai kulit manusi berubah warna secara tidak wajar, kemungkinan gadis itu terkenal racun jika dilihat dari tanda-tandanya. Biarpun demikian Liu tidak tahu jelas racun jenis apa itu.
"Apa? Racun?" Xiao Chen sampai terkejut ketika mendengar bahwa putrinya terkena racun. Bukan hanya Xio Chen saja yang terkejut, orang-orang sekitar ikut terkejut juga. Tidak ada dari mereka yang berpikir bahwa gadis itu terkena racun, terlebih lagi dia adalah putri dari seorang tabib. Mereka semakin tidak bisa menahan diri untuk tidak mengumpat.
" Lihat. Putrinya itu terkena racun," bisik oranga yang berdiri di belakang.
"Sudahku duga karena tidak mungkin dia itu berpenyakitan," tambah yang lainnya tanpa menunjukkan rasa bersalah. Mereka berbicara secara terang-terangan sementara itu Xio Chen hanya bisa menangisi tubuh putrinya yang tidak berdosa.
"Ya, pantas saja tubuhnya sampai berwarna biru. Ternyata dia terkena racun, tetapi bagaimana bisa?" sahut dari samping kiri.
Jawaban yang terlontar dari mulut Liu tadi, membuat orang-orang yang ada di belakang membicarakan Xio Chen dan putrinya tanpa memedulikan perasaan pria paru baya itu.
Tidak ada yang tidak berkomentar sampai membuat Liu berpikir, bahwa yang dia katakan sebelumnya nyatanya akan berdampak buruk. Kenyataan, situasi sekarang semakin tidak terkendali. Mereka yang datang bukan untuk membantu, tetapi membuat suasana menjadi kacau.
"Apa dia bisa terselamatkan?"
Xio Chen tidak memedulikan perkataan banyak orang. Baginya sekarang yang terpenting adalah keselamatan putrinya. Walaupun statusnya dalam masyarakat adalah seorang tabib, tetapi dirinya bukan ahli dalam hal racun.
"Racun sudah menyebar keseluruh tubuh putrimu, kemungkinan untuk kesembuhannya sangatlah kecil."
Liu tidak tahu harus dari mana menjelaskannya, nyatanya dia memang tidak mengerti perihal racun mulutnya hanya asal bicara dan sama sekali tidak bermaksud ingin memperburuk suasana.
"Tentu, Pendekar bisa menyembuhkannya bukan?"
"Maaf, Tuan. Jujur saja, aku tidak bisa mengobati putrimu karena diriku bukanlah ahli dalam hal pengobatan."
Liu tidak bisa berbohong lebih jauh, lagi pula dia tidak ingin Xio Chen menaruh harapan besar pada dirinya.
Xio Chen tersenyum pahit, meratapi nasibnya yang sial. Hidupnya sekarang hanya putri satu-satunya itu andai anak gadisnya tiada, maka tujuan hidupnya sudah tidak ada lagi
"Andai penyakit putrimu tidaklah berat, mungkin diriku dapat menyembuhkannya. Namun, kondisinya sangat kritis sekarang. Bagaimana caraku mengobatinya sementara aku bukanlah ahli racun? Maaf Tuan, tetapi ini bukanlah keahlianku."
Liu menundukkan kepalanya merasa gagal sebagai Pendekar, sebab kemampuannya sangt rendah sampai untuk menyembuhkan seseorang saja dia tidak mampu.
Xio Chen tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya bahkan semua pasang mata yang ada di sana ikut terkejut. Liu yang terkenal sebagai murid Dao Bao Hu nyatanya hanya seorang Pendekar kelas teri yang tidak memiliki kemampuan lebih.
Setiap Pendekar seharusnya mampu menolong mereka yang membutuhkan. Lain dengan Liu secara terang-terangan mengaku bahwa dia tidak bisa menyembuhkannya gadis tersebut. Apa namanya jika bukan Pendekar kelas rendah?
"Jadi kau, sungguh tidak bisa menyembuhkan putriku?"
Xio Chen tersenyum pahit mendengar jawaban Liu yang sama sekali tidak bisa membangkitkan putrinya. Seorang Liu saja tidak bisa menyembuhkannya, lalu nasib putrinya bagaimana? Adakah Pendekar atau Tabib yang dapat melakukan pengobatan pada gadis malang itu?
Liu pasrah saat pria paru baya itu memandang dirinya. Matanya terlihat berkaca-kaca. Liu dapat merasakan apa yang pria itu rasakan sekarang. Namun, dia terlalu lemah untuk bisa mengambil tindakan terutama diluar kemampuannya.
Xio Chen tidak bisa berbuat apa-apa, setiap bulir air matanya terus membasahi pipi, kendapun dia seorang tabib bukan berarti dirinya bisa menyembuhkannya putri semata wayangnya itu.
Andaipun Xio Chen dari awal tahu putrinya terkena racun, dia sendiri tidak akan mungkin bisa menyelamatkan nyawa anaknya.
"Tidaaaaakkkk!" Xio Chen berteriak pada langit membiarkan semua orang mendengar penderitaannya. Namun, tetap saja tidak ada yang sudi membantu, sebaliknya mereka semakin menjauh.
Setelah puas berteriak, lalu Laki-laki setengah parubaya itu memandang jasad putrinya. Dia menangis tersedu-sedu di sana dan Liu hanya bisa tertunduk seraya memberi dukungan penguat untuk Xio Chen.
Liu menepuk-nepuk bahu laki-laki setengah paru baya itu, agar dia kuat dan bisa mengiklaskan kepergian anaknya.
Di tengah kesedihan serta menjadi bahan perbincangan di pasar. Tiba-tiba suara teriakan seseorang memecahkan suasana di sana.
"Biarkan aku yang mengobatinya!"
Demikian orang itu berkata sontak saja menimbulkan reaksi cepat. Langkah kakinya terdengar tegas, pakaian yang membalut tubuhnya sangat mencolok. Tidak ada yang tidak memandangnya. Semua mata memang tertuju pada sosok yang baru saja hadir itu.
"Jika tidak bisa mengobati. Minggir kau!"
Suara itu seolah meneriaki Liu yang masih terduduk lemas di sana. Pria itu malah menoleh keseluruh arah, untuk mencari tahu darimana asal suara tersebut. Nyatanya sosok itu telah berjalan mendekati dirinya.
"Minggir semuanya! Biarkan aku yang mengobati gadis itu!"
Dia terdengar percaya diri sampai Liu tidak bisa menahan rasa penasarannya. Sosok itu semakin mendekat, nyatanya Liu sama sekali tidak mengenali orang itu.
"Beri aku jalan!" pinta dari dia tegas.
Mendengar itu, semua orang membelah dan memberi jalan. Liu batuk pelan saat tahu sosok yang berjalan ke arahnya memakai topeng.
"D-i-a?" gagap dari beberapa orang.
"Bukankah, dia?" terka yang lain merasa tidak asing dengan wajah itu.
Semuanya mencoba menebak siapa Dia Penampilannya seperti seorang wanita karena terlihat dari pakaiannya yang bersulam sutra halus berwarna ungu. Lalu, dia seperti pendekar terdengar dari suaranya yang begitu tegas, walau wajahnya tertutup topeng bergambarkan hewan beruang.
"Dia pendekar Bertopeng!" sebut dari beberapa orang yang telah mengetahui identitasanya. Namun, tidak banyak pula yang baru pertama kali melihat sosok bertopeng tersebut.
"Pendekar Bertopeng?" gumam Liu yang baru tahu, sebelumnya dia tidak pernah mendengar nama itu dan selama ini juga belum ada yang membahas tentang Pendekar Bertopeng, apa lagi kekutan Pendekar itu yang juga masih misteri.
Pendekar Bertopeng, begitulah orang-orang memanggilnya. Dia berjalan gagah mendekati Xio Chen yang memangku wajah putrinya. Tidak lama kemudian dia duduk tersungkur tepat di samping tubuh yang telah membengkak tersebut.
"Pendekar Bertopeng! Tolong selamatkan putriku. Dia putriku satu-satunya, hanya dia anggota keluarga yangku punya," pinta Xio Chen memelas, setelah Pendekar Bertopeng itu duduk. Biarpun wajahnya tertutup topeng, tetapi Xio Chen bisa merasakan bahwa Pendekar yang ada di depannya sekarang mampu menyembuhkan anaknya.
"Kan kucoba." Pendekar Bertopeng mencoba untuk memberi jawaban meski singkat, tetapi itu saja sudah cukup membuat Xio Chen bernapas lega.
Liu melihat Pendekar yang membawa dua pedang di pinggulnya itu sedang menganalisa tubuh gadis tersebut. Liu mengambil inisiatif untuk mundur beberapa langkah dan memperhatikan bagaimana cara pengobatan yang akan diberikan oleh Pendekar Bertopeng?
Jari telunjuknya terlihat memeriksa apakah masih ada detak jantung gadis itu. Lalu, memandang kesekujur tubuh guna menemukan cara untuk pengobatannya.
"Jantungnya masih berdetak," kata Pendekar Bertopeng setelah mendapatkan analisanya.
"Benarkah?"
"Racun telah menyebar keseluruh tubuhdan mengakibatkan beberapa organ dalamnya terluka sangat parah. Namun putrimu masih bernapas." Pendekar Bertopeng menambahkan.
"Syukurlah!"
Xio Chen akhirnya bisa bernapas lega. Setidaknya dia mengetahui bahwa anaknya masih bernapas. Liu yang berada tidak jauh hanya bisa membuka mulutnya. Namun, tidak ada komentar yang keluar darinya.
Dugaan yang Liu berikan sebelumnya nyatanya memang benar, hanya saja dia tidak tahu bagaimana cara mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
"Apa putriku bisa diselamatkan?"
"Akan kucoba." Walaupun tidak diketahui jelas dari mana asalnya. Namun, Xio Chen tidak ada alasan untuk tidak memercayainya. Nyatanya identitas tidak lah penting, yang terpenting nyawa anak tercintanya.
"Tolong bantu selamatkan dia. Hanya Pendekar lah harapanku satu-satunya."
Xio Chen tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya meskipun belum terlihat hasilnya, tetapi dia yakin bahwa Pendekar Bertopeng memiliki kemampuan untuk mengembalikan kondisi putrinya kembali normal.
"Angkat tubuhnya, lalu duduk 'kan dia," perintah Pendekar itu. Lalu, tanpa Xio Chen langsung mengikuti arahan tersebut. Setelah duduk, Pendekar Bertopeng mengambil posisi dan berada di belakang tubuh gadis itu.
Thek... Thek...
Jari jemarinya mulai dialiri tenaga dalam. Bergerak dengan cepat menotok beberapa bagian yang menjadi pusat syaraf serta aliran darah manusia.
Tidak berselang lama. Seketika cairan hitam yang menggumpal keluar dari dalam rongga mulutnya. Dia memuntahkan semua racun yang telah menyebar di seluruh tubuh.
Thek... Thek...
Pendekar Bertopeng kembali memberi beberapa totokan, ketika itu juga gumpalan darah berwarna hitam kembali keluar dari mulut gadis tersebut.
Semua orang melihat ngeri ketika cairan hitam yang menggumpal keluar dari dalam rongga mulut. Itu bukan lah darah, melainkan racun-racun yang telah tersebar di sekujur tubuh dan Liu pun ikut memandang ngeri gumpalan hitam pekat yang keluar.
Thek... Thek...
Pendekar Bertopeng masih terus memberi totokan dan gumpalan hitam masih saja dimuntahkan oleh gadis itu. Semakin banyak yang keluar maka akan lebih baik hasilnya. Memang benar tidak perlu waktu lama, perlahan kulit yang tadinya telah berwarna biru, berangsur-angsur kembali menjadi warna kulit normal, ketika sebagian racun telah keluar dari dalam tubuh.