Hallo, long time no see!
Selamat bertemu kembali dengan Pegasus si Kuda tampan 🦄
Jangan lupa komen dan vote yah!
Happy reading 💋
*****
Moon berjalan sengaja menabrak bahu Star yang menganga melihat kepergian Pegasus. Star mengabaikan tindakan Moon, kepalanya hanya berisi dugaan-dugaan atas pertanyaan yang ia ajukan pada Pegasus.
"Mana mungkin si Kuda homo? Hah? Gimana sih? Enggak-enggak mungkin banget deh!" gumam Star sambil menggeleng-geleng menolak isi kepalanya.
Tubuhnya berjengit terkejut ketika bahunya ditepuk oleh seseorang. Star mendengkus saat menyadari jika Air yang melakukannya.
"Lo ngapain berdiri di tengah jalan begini? Lagi main patung-patungan?" sindir Air pada Star.
Star menatap lekat Air dengan ekspresi wajah bingung. "Lo percaya gak kalo si Kuda itu homo?" Air mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan Star yang cukup aneh dan tiba-tiba.
"Percaya aja! Kenapa enggak?" Star memukul lengan Air dengan kencang sehingga pemuda itu meringis kesakitan.
"Loh, kok ngamuk? Gak terima kenyataan kalo dia homo?" cibir Air sambil mengelus lengannya.
Star melirik tajam Air. "Mulut lo minta dilakban. Sembarangan ngomong, nanti kalo gak kebukti bener, itu jatuhnya jadi fitnah. Lagian gue gak percaya, my pujaan hati kayak begitu." Star melangkah meninggalkan Air.
Pemuda itu menyadari kepergian sahabatnya, lantas segera menyusul dan mensejajarkan langkah kaki mereka.
"Balik sekolah nanti, temeni gue beli baju basket dong, Star." Air mencoba merayu Star untuk menemaninya.
Star diam, tidak menjawab ajakan Air.
"Mi ayam bakso plus satu box ice cream rasa vanila, gimana?" Star berhenti berjalan dan menyodorkan telapak tangannya ke depan tubuh Air. Air segera menyambutnya dengan senyum lebar. "Deal." Star dan Air berjabat tangan.
Dari tempatnya berdiri, Star menatap Pegasus yang tengah berjalan menuju kelasnya di lantai dua dengan sebelah telapak tangan dimasukkan ke dalam kantong celana. Sangat cool dan berdamage sekali.
"Masa iya, ganteng-ganteng homo?" gumam Star kembali menyuarakan isi kepalanya.
Star melangkah masuk ke dalam kelasnya dan Water mengerutkan dahi melihat ekspresi muram sahabatnya. Saat bokong Star menempel ke kursi, Water segera menginterograsi.
"Lo kenapa manyun?" tanya Water penasaran. Star menatap Water lalu mendesah dan menggeleng.
"Pikiran gue kacau balau," ucap Star dengan pandangan menerawang jauh.
Water mengangkat sebelah alisnya mendengar perkataan Star. "Emang lo bisa mikir?" celetuk Water dan dihadiahi pelototan dari Star. "Maksud lo?" Water cengengesan mendengar kekesalan Star.
"Ya, biasanya otak lo dipake cuma buat mikirin cara naklukin Pegasus doang. Sekarang lo bilang pikiran lo kacau balau. Emang ada hal lain yang lo pikirin sampe bisa sekacau itu?" Star menggeleng lemas menanggapi pertanyaan Water.
"Pikiran gue kacau juga gara-gara Pegasus." Star menoleh ke arah jendela, melihat ke arah luar kelas.
Water mengelus pundak Star dan berkata, "kalo gak mau cerita, jangan diceritain. Gue gak maksa lo. Saran gue, dari pada elo overthinking mending cari tahu kebenaran dari pikiran lo itu."
Star menoleh menatap Water dan mencubit gemas pipi Water. "Ih, lo kok bijak banget sih. Jadi tambah sayang." Keduanya tertawa.
"By the way, ntar siang, lo gantiin gue nemenin Air, yah. Dia minta ditemenin beli kaos basket. Kesempatan emas ini, gue kasih ke elo aja, biar bisa pedekate." Star menaik turunkan alisnya, menggoda Water yang pipinya bersemu merah merona.
"Tapi Star, Air 'kan ngajak elo. Dia pasti marah kalo tiba-tiba gue yang gantiin lo nemeni dia," ucap Water lirih.
"Kayaknya Air naksir elo deh, bukan naksir gue." Water menunduk. Wajahnya mendadak muram ketika mengatakan sesuatu yang cukup mengejutkan Star.
"Hah?! Gila lo. Gue sama Air itu best friend forever. Mana mungkin dia suka sama gue. Lagian gue suka sama Pegasus, gue gak suka sama Air. Jangan ngomong yang enggak-enggak deh lo!" Star dengan cepat membantah ucapan Water yang dia anggap tidak masuk akal. Mana mungkin Air menyukainya, mereka berdua selama ini hanyalah teman baik.
"Lo yang bilang Best Friend Forever, dia mah kagak," bisik lirih Water, tetapi tidak didengar jelas oleh Star.
Mereka kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing dan mengikuti jalannya pelajaran seperti biasanya.
Star mengirimkan pesan singkat pada Air jika dirinya tidak bisa menemani pemuda itu pergi. Star pulang ke rumah ingin merebahkan tubuhnya ke atas kasur demi mengistirahatkan pikirannya.