"Tidak bisakah kau merebut perhatian orang tuamu dengan hal yang lebih berguna saja untuk menunjukkan ke mereka bahwa kau hebat dan layak dipandang?"
Kai menoleh ke Ren, memikirkan ucapan Ren baru saja. Lalu dia menyahut, "Kau tidak tahu rasanya jadi aku. Kau bahkan bukan aku, maka kau tidak akan memahami apa yang aku alami."
"Ya, memang! Karena aku tidak pernah bertingkah sembarangan sehingga tidak ada alasan bagi kedua orang tuaku untuk mengabaikan aku. Malahan aku semakin mengasah kemampuanku yang positif agar mereka semakin bangga padaku." Ren justru seperti menabur garam ke luka Kai.
"Yah, selamat kalau demikian, tuan pendekar." Kai meledek.
"Kalau aku saja bisa, kenapa kau tak bisa? Apakah kau sebenarnya orang lemah yang sok bersikap kuat?"
"Hei! Jangan keterlaluan bicara, yah! Mentang-mentang aku sedang lemas, kau seenaknya mengejekku?"
"Kau dalam kondisi primapun aku bisa dengan mudah mengalahkanmu, jadi kenapa aku harus takut padamu?"