アプリをダウンロード
46.15% Pacaran Paksa (Dengan Ketua OSIS) / Chapter 53: BAB 53: Pesta Pizza

章 53: BAB 53: Pesta Pizza

Jasmina dan Rania sedang melahap pizza di teras belakang rumah Devon yang cozy. Beberapa kursi nyaman terbuat dari Rotan dilapisi oleg bantal empuk dengan motif daun monstera, dan sebuah meja rendah dapat menampung 2 loyang pizza dan beberapa air mineral botol. Beberapa tanaman penyaring udara di pajang di beberapa sudut memakai pot terakota besar.

Devon dan Rania telah mengubah teras belakang yang berantakan menjadi lapangan basket ukuran setengah yang cukup rapi. Rania bercerita beberapa tukang datang dan pergi dari sore hingga malam untuk memperbaiki ini itu, termasuk membuat lapangan basket impian Devon. Bahkan cowok itu sendiri yang mengecat dinding dan lapangan basketnya. Tapi sukurlah semua perbaikan dan proses mengisi furniture sudah beres, sehingga rumah mereka sudah kelihatan rapid an tertata.

"So tell me about boy number 2. You still boyfriend and girlfriend? Do you still love him?" tanya Rania sambil masih mengunyah pizza dan sesekali menyeruput ice lemon tea.

"Still my boyfriend sih. But doesn't mean I love him", jawab Jasmina penuh dengan rahasia. Rania membelalakkan matanya dan tersenyum surprise! "Really? You don't like him anymore? So who do you like now?", tanya Rania antusias. Jasmina berpura-pura sedang berfikir keras. "Heemmm, no one", jawabnya cuek sambil mengunyah pizza. Rania kontan berdiri dan berteriak, "Yippiiii". Ada apa dengan gadis ini?

"So, what do you think about Devon?" How did you describe him?", tanya Rania serius.

Jasmina mencoba terlihat berfikir serius sambil menyeruput minumannya, "Hemmm let me see... Handsome, good with basketball, very popular among girls, and loves pizza", jawab Jasmina asal.

"How did you know Pizza is his Favourite FOOD??? Tanya Rania antusias. Ya ampun Rania ini lugu sekali. Jasmina menunjuk 2 kotak pizza di meja. "I'm just guesssing girl...nebak aja", kata Jasmina. Rania tidak perduli, dia melompat-lompat kegirangan.

"Do you think he can be the boy number 3?", tanya Rania pelan... Jasmina tidak begitu mendengar. "Excuseme Rania, what did you say???", tanya Jasmina. Rania tidak mau mengulangnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa hihihihi, "Nevermind!", katanya riang.

"OK Jasmina. I need my beauty shower now. And you.... youuuuuu... Stay HERE! Ok?", Rania memerintah Jasmina sambil menggerakkan tangannya seakan-akan seorang pawang sedang menjinakkan singa. "Ok, Rania, slow down, I'm still eating anyway", jawab Jasmina penuh rasa keheranan.

"Devonnnnnn!!!! Keep Jasmina a company! Don't let her go ANYWHEREEEE", Rania berteriak memanggil sang kakak. Beberapa menit kemudian Devon muncul dengan seragam basket yang tidak nyambung antara atas dan bawah, namun memakai sepatu basket yang kelihatannya super mahal. Ia memegang bola basket yang juga kelihatan tidak murah. Ia tersenyum dan mulai memantul-mantul bola dan bersiap-siap memasukkan ke ring basket. Begitu terus sampai akhirnya Jasmina tidak sanggup makan lebih banyak Pizza lagi.

"Dev, aku ikut main donkkk", pinta Jasmina.

"Eh jangan dulu Jaz, kamu tuh baru makan. Nanti kena gangguan pencernaan. Ya udah aku temenin ngobrol aja deh", Devon langsung mengambil tempat duduk di samping Jasmina.

"Tadi serius banget ngobrol ama Bagas. Gak kayak orang pacaran. Bahas apaan sih?", tanya Devon kepo.

"Hihihi, bisnisssss", jawab Jasmina penuh rahasia sambil mengedipkan salah satu matanya.

Idihhhh sejak kapan Jasmina jadi genit begini, "Ya ampun tu mata kelilipan apaan sih ampe auto kedap-kedip begitu hahahahaha", Devon memukul kepala Jasmina dengan bola basketnya.

"Betewe kamu sekarang tambah langsing ya. Jadi tambah cantik. Dipertahankan donkkkk", kata Devon serius. Dengan muka serius. Jasmina kontan memasang tampang imut dan kembali lagi mengedipkan matanya dengan cepat. Kali ini kedua matanya. "Emang kamu mau bantuin juga? Setelah kak Gading jadi ahli nutrisi aku, Rania jadi stylist aku, Bagas jadi motivator aku, kamu mau jadi apaaaa donk?", tanyanya sok Manja.

Iyuuhhh Devon tidak terbiasa dengan sikap aneh Jasmina. "Jadi coach mau gak? Atau kak Baja aja jadi coach kamu mau gak? Ahahahahha", Devon tertawa ngakak. Waduh gawat donk kalo tukang siksa itu jadi coach. Jasmina membayangkannya aja capek.

"Tapi beneran ya, kapanpun kamu mau, ni lapangan siap buat kamu. Aku bakal temenin kamu sampe badan kamu yang mengurus itu, bisa fit. Langsing tanpa otot itu percuma Jas. Kamu nanti bakal cepet naik lagi kalo makanan gak dijaga", jelas Devon. Jasmina mengangguk-angguk. "Siapppp Dev!", katanya.

"By the way maksudnya boy number 1 ama boy number 2 apaan sih tadi ama Rania, tanya Devon penasaran", Devon bertanya sambil mengernyitkan dahinya. Alis tebalnya yang berwarna hitam kecoklatan itu hampir menyatu, membuat ilusi bulu mata tebalnya seakan bertumpuk-tumpuk. Bibir pink kemerahan ia rapatkan paksa, sehingga wajah setengah bulenya kelihatan cute banget.

"Hahahhaah bisa aja tuh si Rania. Hemmm cerita gak yaaaa", Jasmina menggoda Devon sambil keeemmmmbali mengerjap-ngerjap matanya menatap Devon.

Devon kontan memasak wajah "GAK USAH", dan memonyongkan bibirnya secara diagonal.

"Hihihi baiklah. Jadi boy number 1 itu kak Miko, sedangkan boy number 2 itu Bagas. Kak Miko adalah idolaku, aku adalah fansnya, sedangkan Bagas, yaaa sekarang sedang jadi pacarku", jawab Jasmina hampir tanpa emosi. Ketika ia menatap Devon, cowok itu menatapnya tak percaya...

"Kak Miko?? Serius?? Kamu ngefans ama dia", tanyanya.

Jasmina mengangguk. "Sejak pertama melihatnya. Norak ya?", tanya Jasmina. Devon tertawa terbahak-bahak.

"You should not date your fans", jawab Devon singkat sambil memantul bola basketnya pendek-pendek di sekitaran lututnya.

"Ooooo karena itu sampe sekarang kamu gak punya pacar? Karena "literally", satu sekolah adalahhhhh fans pak Devon, begitu?", tanya Jasmina sarkastis. Devon kontan tertawa.

"I don't have a fans", jawab Devon singkat lagi.

"Gak ada??? Jadi apa namanya para cewek-cewek yang selalu berteriak histeris kalo liat kamu lewat, aaaaaaapalagi sedang bermain basket? Apa mereka hah??? Bunga kembang sepatu?", tanya Jasmina lebih sarkastis lagi sambil mengibaskan rambut kanannya ke arah belakang dan mengangkat alis matanya tinggi-tinggi menatap Devon. Cowok itu tertawa sampai bola basketnya kabur dari tangannya.

"Seriously Jezz, I don't see them that way. Mereka simply cuma... orang-orang yang sangat antusias dengan basket....", jawabnya.

"Atau antusias pada diriiimuuuu", jawab Jasmina kembali sambil menunjuk Devon sambil tertawa. "Kamu belon pernah pacaran, apa?" tanya Jasmina.

"Dulu waktu SMP adalah suka-suka sama cewek waktu di Dubai. Temen satu sekolah. Tapi ya gitu-gitu doank. Males aja kalo pacaran beneran. Apalagi aku tau bakal pindah ke Indonesia. Repot banget nanti kalo LDR kan? Kalo mau ketemuan, jauh. Mau telfonan kok males gitu. Enak juga cari pacar ya jangan jauh-jauh.", Jawab Devon sambil membalas mengangkat-angkat alisnya ke arah Jasmina.

"Kayak aku ama Bagas gini donk ya, tetangga gitu. Pulang pergi sekolah bisa bareng lagi", jawab Jasmina tidak terlalu bersemangat.

"Jadi kenapa kamu gak jadian sama boy number 1? Apa dia ga suka dengan kamu?", tanya Devon.

Jasmina mengangkat bahunya berkali-kali. "Memangnya apa kelebihan aku sampe bisa disukai sama boy number 1?", tanya Jasmina.

Devon berdiri mengambil bola basketnya, dan menembak ring dengan bola tersebut. Syuuuttt! Masuk! Ia kemudian berbalik dan menatap Jasmina.

"You are a very special girl Jasmina. You are smart, you are extremely nice, you are humble, and amazing friend", jawabnya tulus. Ia menatap wajah dan rambut Jasmina, kemudian mengalihkan pandangannya ke ring basket. "Bahkan tanpa mengurangi berat badan pun, tanpa polesan atau baju-baju pilihan Rania, kamu udah cantik. Inside and OUT", jawab Devon kembali sambil memijat-mijat jari tangan yang sama sekali tidak pegal.

Jasmina terdiam.

Dari awal ia berusaha untuk merubah penampilannya sampai pada titik ini, jujur, ini adalah pujian tertulus dan terlengkap yang ia terima. Jasmina tersentuh bercampur grogi. Ia langsung mencubit perut samping Devon, yang ternyata tanpa lemak. Ouuucch!!

"Apaan sih Devonnn! Bikin aku grogi ajaaa", jawab Jasmina sambil memegang kedua pipinya yang mulai memerah". Devon tertawa. "Memangnya kenapa seorang fans seharusnya gak ngedate sama idolanya? Kak Miko itu kayaknya ngedate sama fansnya. Ganti-ganti lagi per 2-3 bulan. Belum aja giliran aku hihihihi", Jasmina mencoba tertawa lucu. Tapi itu sama sekali gak lucu. Bahkan Devon langsung memandang Jasmina seakan-akan dia seorang "Despreate girl".

"Menyukai seseorang secara tulus apa adanya pasti berbeda dengan menyukai seorang idola. Idola itu adalah sebuah paket lengkap yang dipersiapkan untuk ditampilan pada orang banyak. Jadi idola akan mengemas dirinya untuk menonjolkan kelebihannya dan mengurung rapat kekurangannya. Nah jadi yang sering terlihat oleh fans adalah Paket yang mengkilap itu. Kadang fans tuh ga tau sifat dan karakter asli sang idola. "

"Begitu juga dengan seorang Idol Jas. Dia terbiasa dengan dukungan para fans. Ketika dia mencomot salah satu dari fans itu, apakah dia siap membuka dirinya yang sebenarnya? Apakah ia siap bila terjadi konfrontasi ketika terjadi konflik karena sang fans melihat sang idola tidak seindah yang ia bayangkan? Apakah sang idola siap untuk kehilangan fans lain ketika ia memacari salah satu dari mereka?", tanya Devon.

"Jiaaahh yang aku sukai itu mah cuma personal band sekolah kaleeeee, bukan anggota BTS", jawab Jasmina sambil tertawa. Devon juga ikut tertawa, "Iya ya bener juga".

"Karena itu kamu terkesan selalu menghindar kalo dikerubutin cewek-cewek kah? Langsung kabur kah? Contoh kak Baja donkkkk. Dia sangat menikmati jadi pusat perhatian cewek-cewek", Jasmina dan Bagas tertawa membayangkan kak Baja.

"Iyaaaa mungkin gak nyaman aja sih. Kalo pun salah satu dari cewek-cewek itu beneran suka sama aku, aku kuatir mereka bener-bener suka sama aku. Entah mereka cuma suka ama seragamku, cara aku bermain basket, atau aku sebagai kapten basket dan lain-lain. Gimana aku tau kalo mereka bener-bener suka sama aku yang... yaaaaa... seadanya gini aja!", jawabnya merendah.

"Ya ampun Devon. Gile aja segini doank. Capek, mayan pinter, pinter main basket dan rendah hati? Itu yang mereka liat. Gimana dengan yang aku saksikan sendiri? Sayang keluarga, bertanggung jawab, cakap ngurus rumah, daaaannn super duper baek. Siapa coba yang ga suka ama kamu. Pantes aja fans kamu banyak", jelas Jasmina sambil melipat tangannya di dadanya dan membuang mukanya menjauhi Devon

. Devon tertawa kecil. "Still dont wanna date a fans?", tanya Jasmina. Devon tersenyum dan menggeleng mantap.

"Jadi sesuka apa kamu dengan kak Miko? Masih suka? Enggak kan? Kan kamu sekarang pacarnya Bagas!", Devon berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Hemm... apa ya, yang jelas aku suka sama kak Miko, sejak awal dan entah akan sampai kapan. Sekarang juga aku masih ga tau perasaan aku sama kak Miko. Kalo sama Bagas, ya, sedang kami jalani aja sih. Ga tau perasaan apa yang kami punya sekarang, yang jelas, ya, kami pacaran.

Aku berusaha untuk belajar dari yang Rania ajarkan. The most important thing is, to love yourself first. Nah ini yang kayaknya belum pernah aku lakukan. So, now I'm trying my best to learn about myself. Love my self, accept my self", jelas Jasmina sambil tersenyum lembut ke arah Devon. Cowok itu membalas senyuman Jasmina sambil mengangguk-anguk kecil.

"Kalau memang kak Miko ga bisa ngeliat kamu apa adanya, ya mungkin dia bukan orang yang tepat buat kamu Jas. Kamu berhak mendapatkan orang yang gak hanya paham sama kamu, tapi bisa nyayangin kamu dengan sepenuh hati. Because you are worthed it", katanya lagi.

"Makasi ya Devon. By the way si Rania lama amat mandinya. Aku pulang dulu ya. Masi pake seragam begini, kak Gading bisa ngomel-ngomel. Bye Devon, thank you for the pizza ya. Sekali lagi kamu ajak aku makan pizza, I think I will change my Favourite food from pasta to pizza hihihihi", pamit Jasmina. Devon tertawa kecil dan bangkit mengantar Jasmina sampai ke luar pagar rumahnya. Ketika gadis itu keluar pagar dan hendak memasuki pagar rumahnya sendiri...

"Jasmina, apa kamu nge-fans sama aku", Devon bertanya dengan serius.

.....

Jasmina tersenyum menatap Devon. "Nopeeee!", katanya sambil menggeleng dan tersenyum. Devon langsung tersenyum lega. LEGA???


next chapter
Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C53
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン