"Huuft, kau tau? Aku sangat kesal hari ini. Mulai dari soulpowerku yang harus sama dengan keluarga itu, dan adikku juga yang harus memiliki soulpower itu. Meski memang aku dan adikku memiliki garis darah mereka. Namun aku sangat membenci hal itu" Paula berbicara ke arahku dengan keadaan setengah mabuk saat kami berada di kamarku dan meminum bir kalengan.
Wajahnya sudah berubah merah karena alkohol dalam minuman kalengan itu. Meski kadar alkoholnya cukup rendah, namun resistensi Paula terhadap alkohol memang sangat rendah membuatnya mudah untuk mabuk. Aku hanya mendengarkan dari samping saat bahuku di jadikannya tempat untuk bersandar kepalanya yang mungkin sudah terasa sangat berat.
Dia bergumam perihal soulpowernya yang masih menunjukkan bahwa dia adalah keturunan dari keluarga utama keluarga harimau putih. Dan dia tak menyukai itu. Yang aku tau adalah, ibu dan anak-anaknya sudah keluar dan memutuskan segala hubungan dari keluarga itu sejak suami pertama ibu meninggal. Meski aku sempat menyelidiki apa sebenarnya yang terjadi tapi hal itu adalah masalah dunia bawah yang tak ingin aku ungkapkan ke permukaan.
"Kau tau? Aku sangat ingin semua hubungan dengan keluarga pembunuh itu sepenuhnya musnah termasuk soulpowerku. Namun bagaimana mungkin? Bahkan dewi membuat soulpowerku adalah soulpower dari keluarga keturunan langsung" Gumam Paula saat air mata muncul di sudut matanya yang sudah mulai memerah.
"Kau tau? Terkadang kau harus menerima semua latar belakangmu meski itu sangat menyakitkan. Meski kau benci dengan hal itu sekalipun. Atau meski kau tak menyukainya. Saat kultivasimu nanti sampai pada terobosan. Penyangkalan pada latar belakangmu hanya akan membuatmu mendapatkan iblis internal yang mengganggu kemajuanmu" Aku hanya bisa memberinya nasehat sembari mengusap kepalanya dengan tanganku perlahan-lahan.
Dia seperti ingin menyangkal hal itu namun saat dia akan berkata, dia berhenti di tengah jalan dan tak jadi menyangkalku. Lalu aku melihat air matanya jatuh dari ujung matanya. Aku langsung menangkap wajahnya dengan tanganku dan mengusap air matanya dengan ibu jariku. Aku menatapnya langsung ke mata Paula dan berkata.
"Kau tak membutuhkan mereka. Di sini ada aku, ibu, Naula, dan Diana. Kau hanya perlu kami untuk menjalani hidupmu. Aku akan membuatmu bahagia dan membuat hari-harimu selalu tersenyum. Meski aku sedikit menyebalkan, tapi aku selalu menyayangimu Paula" Aku lalu mendekap kepala Paula ke pelukanku dan memeluknya dengan erat. Dia juga mengaitkan tangannya ke pinggangku. Ohh nyaman sekali ini haha.
Setelah beberapa saat aku merasa nafas Paula mulai tenang dan teratur. Saat aku melihatnya aku sudah mengetahui kalo dia ternyata tertidur. Aku perlahan mengangkatnya dan mulai membawanya ke kamarnya sendiri. Saat aku masuk ke kamar Paula dan Naula aku melihat kamarnya bersih dengan lampu ping menghiasi dindingnya. Ornamen kamarnya juga layaknya kamar anak wanita biasa dimana dipenuhi dengan motif-motif bunga dan boneka yang berada di tiap sudut ruangan.
Tempat tidurnya juga berrenda dengan motif bunga yang cantik berwarna putih, namun karena warna putih renda itu terkena lampu merah muda dan membuatnya berwarna seperti warna lampu. Aku dengan perlahan menggendong Paula seperti putri dan perlahan berjalan ke tempat tidur dimana disana ada Naula yang sudah tertidur. Naula memakai pakaian tidur yang sangat tipis, itu juga sedikit transparan yang membuat kulit seksinya terekspos di balik baju tipisnya itu.
Yah harus ku akui meski dia bisa di anggap saudaraku aku masihlah laki-laki normal yang memiliki nafsu dalam diriku. Melihat tubuh seorang dewi yang begitu menggairahkan bagaimana bisa seorang laki-laki normal bisa menahannya. Aku yakin bahkan dewa dan malaikat tak akan bisa menahan nafsu mereka melihat tubuh Naula. Kulit yang halus layaknya mutiara, warnanya cerah meski lampu dalam kamarnya remang-remang, payudara yang bulat dan besar begitu menggairahkan membuat siapa saja ingin menyentuhnya, putingnya juga sedikit terlihat di baik bajunya yang transparan itu, puting berwarna merahmuda yang sedikit keras karena dia tak memakai dalaman apapun di balik bajunya itu.
Aku terdiam beberapa detik saat mataku terpaku pada tubuhnya yang indah itu. Beberapa saat fikiran-fikiran kotor memenuhi kepalaku. Bagaimana lagi? itu begitu indah kawan. Namun, aku segera menggelengkan kepalaku mencoba untuk menyingkirkan fikiran-fikiran negatif itu. Perlahan berjalan ke tempat tidur di sisi lain Naula dan menurunkan tubuh Paula perlahan.
Saat aku menurunkan tubuhnya dia mengaitkan tangannya ke leherku menahanku untuk pergi sembari berbicara dalam tidur.
"Aku mohon jangan tinggalkan aku." Sembari meringik dan memohon dalam mimpiya. Di ujung matanya juga ada air mata yang sedikit jatuh. Aku mengelus kepalanya dan berbisik di dekat telinganya.
"Aku tak akan pernah meninggalkanmu" Dengan suara selembut mungkin, lalu aku mencium pipinya dengan lembut.
Dia lalu tersenyum dan melepaskan tangannya dari leherku. Aku mengambil selimut yang bermotif bunga dan menutupkan ke tubuh mereka. Aku mendekat ke Naula dan mencium keningnya sembari berkata.
"Selamat tidur putri" Dan meninggalkan kamar perlahan. Yang tak aku tau adalah saat aku menutup pintu kamar mereka Naula membuka matanya sembari melihat ke arah pintu dan bergumam.
"Kevin bodoh" Sembari memasang wajah yang rumit.
Aku yang baru keluar dari kamar Paula dan Naula lalu turun dari lantai dua. Setelah minum dengan Paula kepalaku sedikit banyak terpengaruh membuatku harus minum air putih agar kesadaranku kembali pulih. Karena setelah ini aku akan melakukan sesuatu jadi aku butuh kesadaran penuh agar hal itu berhasil.
Saat aku sampai di lantai bawah, aku melihat ibu yang tertidur di sova dengan laptopnya masih di pahanya. Aku mengerutkan kening karena heran apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat ibu sebegitu kerasnya bekerja. Aku menghampirinya dan melihat ke arah laptop, melihat beberapa tabel yang mana itu merupakan tabel saham yang ada di perusahaan ibu. Aku melihat sekilas dan mengetahui bahwa saham perusahaan ibu tengah terpuruk akibat dari serangan dari perusahaan kura-kura hitam. Aku langsung mengerti apa yang sebenarnya yang terjadi yang membuat kemarahanku muncul dari hatiku.
Aku menutup laptop itu dan menaruhnya di tempatnya dan mulai menggendong ibu. Saat aku menggendongnya tangan ibu reflek memelukku dan menanamkan kepalanya ke dadaku.
"Hemmm aku selalu ingin kau gendong seperti ini sayang" Ibu bergumam saat aku membwanya ke kamarnya yang berada di lantai bawah. Saat aku masuk, aku melihat kamar rapi yang mencerminkan seorang wanita dewasa yang sudah meninggalkan dunia kepolosannya. Seorang wanita kantoran yang hanya memikirkan tentang keluarga dan perusahaannya saja. Seorang wanita yang tak lagi berfikir tentang kesukaanya lagi karena dia sudah membuang itu semua untuk fokus pada kebahagiaan orang lain.
Aku lalu meletakkan ibu di tempat tidurnya dan menyelimuti tubuh ibu. Tak lupa aku membelai kepalanya membuat senyum muncul dari bibir ibu. Aku lalu berjalan keluar dengan kemarahan di hatiku.
Setelah meminum air putih aku kembali ke kamar dan mengaktifkan kembali Rina. Saat Rina aktif kembali aku langsung menyelidiki latar belakang dari Martin ini dan memahami apa yang seharusnya aku lakukan lagi.
Setelah itu aku mendekat ke arah tembok dan berkata ke Rina.
"Rina buka pintu rahasia" Kataku.
'Baik, tuan'
Setelah itu dari pintu di depanku itu muncul sebuah sinar yang menyinari mataku. Dan terdengar suara seperti robot dari balik dinding.
'Cornea mata cocok, tuan Kevin, selamat datang' Lalu tembok di depanku terbuka dan menunjukkan sebuah susunan portal yang mana ada banyak tulisan sihir di tepi pintunya. Aku langsung memasuki portal itu dan lalu tembok itu kembali tertutup saat aku menghilang dari ruangan kamarku.
Saat aku muncul kembali, aku berada di sebuah ruangan yang mana ada beberapa peralatan yang di gantung di dinding-dinding dengan sinar menyinari mereka. Beberapa senjata itu adalah senjata magic dan beberapa juga senjata machine. Memang dunia ini adalah dunia kultifasi, namun perkembangan tehnologi di sini begitu maju mengikuti perkembangan kultifasinya. Yang mula-mula hanya beberapa orang yang dapat berkultifasi karena perkembangan jaman yang pesat sekarang setiap manusia bisa berkultifasi sesuka hati mereka.
Aku lalu pergi untuk mengganti pakaian yang ada di sebuah lemari kaca khusus yang memperlihatkan sebuah pakaian berwarna hitam yang menutup seluruh tubuh mulai dari kepala sampai ujung kaki.