"Kau gila?!" Alaric berteriak di tengah koridor rumah sakit, bersiap memaki Dokter Ceris yang kini berdiri tepat di depannya.
"Bagaimana bisa kau menyuruh saya untuk memilih antara istri dan anak saya?!" Pria itu terus berteriak, memaki Dokter Ceris berkali-kali.
Ini bukan kali pertama Alaric melakukan hal ini. Tetapi cukup sering. Dan Dokter Ceris selalu tersenyum menanggapinya, mengerti bahwa kondisi Alaric memang sedsng cukup kacau.
Sebenarnya, Dokter Ceris juga merasa berat saat mengatakannya. Dia juga tak ingin membuat Alaric memilih antara Rosea atau putra mereka.
Tetapi, memang seperti ini seharusnya.
Dia harus membuat prioritas, takut sesuatu hal terjadi saat proses operasi nantinya.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk operasi nanti malam. Tetapi, Anda diharuskan memilih siapa yang harus kami prioritaskan." Jelas Dokter Ceris.