Di sinilah Arasha berada. Berjalan di koridor sekolah dengan Si Second Lead yang kini berada di sampingnya.
"Biar gue aja yang bawa tasnya. Gue gak enak dilihat banyak orang." Arasha sejak tadi terus mencoba mengambil alih tas miliknya yang masih berada di dalam genggaman tangan Dylan. Pemuda itu benar-benar menjalankan tugas Arland, membuat Arasha merasa tidak enak.
"Santai aja. Lagipula, bukannya lo emang biasa sering diliatin ya?" Balas Dylan dengan senyum penuh makna.
Arasha mengerjap tak paham dengan ucapan Dylan. Dengan langkahnya yang memelan dan bibirnya yang sedikit terbuka, gadis bergigi kelinci itu bertanya. "Emang gue sering malu-maluin sampai sering jadi pusat perhatian?" Tanya Arasha.
Dylan menggeleng, bukan itu yang dimaksud dirinya.
"Terus apa maksudnya?" Tanya Arasha lagi.
Bibir pemuda itu memilih untuk bungkam, tak menjawab pertanyaan dari gadis berambut pirang di sampingnya. Namun, berbeda dengan hatinya yang sudah sangat berisik.