Sama seperti yang Rudeus janjikan kemari pada Somal dan kedua temannya, dia akan melatih mereka ditempat kemarin. Kebetulan, tempat itu lumayan dekat dengan tempat Bunshinnya berlatih, jadi dia memasang Penghalang untuk mencegah terjadinya hal yang tidak dinginkan.
Sebagai Mantan Pemimpin Pasukan besar, dirinya sudah tahu bagaimana cara mengajar seorang anak dengan benar dan baik. Tapi dulu, dia selalu memperlakukan setiap orang itu sama dan akibatnya beberapa anak didiknya mati secara mental.
Jadi kali ini, dia tidak ingin melakukan hal yang sama, dia ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam mengajar maupun menjadi Manusia.
Rudeus menceritakan tentang Somal dan kedua temannya kepada Paul dan Zenith. Dia kira reaksi mereka akan biasanya saja karena.. memang harus begitu, kan?
Tapi yang tidak terduga, reaksi dari kedua orang tuanya benar-benar heboh dan terkejut, karena mereka tidak menyangka Rudeus yang Penyendiri serta tidak normal memiliki teman untuk pertama kalinya.
Zenith meminta Rudeus lain kali untuk membawa teman-teman kemari, dan Rudeus hanya mengangguk sebagai jawaban iya. Lagipula dia juga tidak bisa menolak perkataan Ibunya.
---
Rudeus duduk di atas batu, dia menatap Somal dan yang lain di depannya, yang sudah siap menerima latihan yang akan dia berikan. Ini membuatnya puas, melihat semangat yang terpancar dari mata mereka.
"Pertama-tama, aku harus memahami batas dari tubuh kalian. Setelah itu, sisanya aku yang atur sendiri. Jadi kalian mulai berlari berkeliling di sekitar sini sampai batas kalian." Kata Rudeus dengan nada keras.
""Baik, Ketua!""
Tanpa membantah, Somal dan yang lain mulai berlari mengelilingi tempat ini. Mereka melakukannya dengan semangat penuh dan tidak memikirkan posisi mereka berlari yang sangat salah.
Rudeus terus mengamati mereka dari kejauhan menggunakan <Mata Mistis>. Matanya ini mampu melihat Stamina seseorang atau bahkan kekuatan orang itu sendiri. Mata ini juga memiliki kemampuan lain, yaitu Menghilang, Mendengar, Menghirup, Menahan, Merasakan, dan Mengiris.
Memang terdengar sederhana, namun jika digunakan sangat kuat. Bahkan Energi di tubuhnya akan habis dalam beberapa menit penggunaan <Mata Mistis>. Entah, dia bingung mengapa kekuatan sekuat ini bisa berada di Tingkat A.
Mengesampingkan hal itu, sekarang Rudeus sudah paham dan mengetahui batas dari tubuh ketiga bocah itu.
"Hentikan."
Mendengar itu membuat Somal dan yang lain bingung, jelas mereka kebingungan apakah semudah itu?
"Kita ganti. Kita akan mengelilingi Desa ini dan aku ikut bersama kalian untuk mengawasi kalian, mengerti?"
""Mengerti, Ketua!!""
"Bagus! Cepat berlari!!"
Rudeus turun dari batu, lalu dia memimpin jalan dan memposisikan tubuhnya dengan cara yang benar agar kecepatannya berlari semakin cepat, dan juga agar tubuhnya tidak mengalami cedera serius saat berlari.
Melihat Rudeus yang semakin cepat membuat Somal, Ivan dan Jow mempercepat kecepatan lari mereka. Tetapi msekipun begitu, Rudeus semakin cepat dan menjadi sangat cepat meninggalkan Somal dan yang lain di belakang.
""Ketua, tunggu!!!""
Rudeus menghiraukan teriakan keras di belakangnya, dia sedang menikmati ini. Dirinya tak menyangka hanya berlari dapat memberinya kenikmatan seperti ini, kenikmatan yang membuatnya melupakan segalanya.
Dia terpikirkan suatu ide yang membuatnya ingin mencobanya sekarang juga.
Dia menggunakan Sihir Angin untuk mendorong tubuhnya dan juga sedikit mengangkat tubuhnya agar menjadi ringan. Dengan begini, kecepatannya bisa bertambah berkali-kali lebih cepat dari sebelumnya.
Tap!
Tap!
Tap!
Tap!
Orang-orang mendengar suara langkah kaki, tetapi mereka tidak bisa melihat apa yang baru saja yang melewati mereka tadi. Mereka pikir bahwa itu hanya imajinasi mereka dan kembali melakukan aktivitas mereka masing-masing.
Langkah kaki terus terdengar sepanjang jalan, yang orang-orang lihat hanyalah angin lewat dengan kecepatan tinggi tanpa mengetahui siapa yang membuat angin itu begitu kencang.
Rudeus kemudian memposisikan dirinya seperti gaya berlari Naruto, yang membuatnya semakin cepat. Dia tersenyum karena gaya berlari seperti ini sangat keren dan membuatnya seakan-akan menjadi Shinobi sungguhan.
'Berhenti disana!'
Suara itu lagi..!
Dalam kecepatan tinggi, Rudeus menghentikan langkahnya dan hasilnya tubuhnya tidak bisa menahan yang membuatnya terjatuh sebelum berguling-guling beberapa kali.
'Sialan! Suara itu lagi!' Pikir Rudeus sambil berusaha untuk berdiri.
'Tak kusangka hanya dengan mengeluarkan beberapa kalimat, aku sudah bisa mengubah takdir banyak orang. Sungguh, menyeramkan.'
'Siapa?! Lagi-lagi kau! Kenapa kau suaramu selalu muncul di dalam otakku?!'
'Karena kita adalah sama.'
'Apa maksudmu?!' Tanya Rudeus di dalam pikirannya.
'Aku akan menjelaskannya nanti. Untuk sekarang, jangan pernah menaruh kepercayaanmu pada siapapun. Ingat ini, Bocah.'
'Jika aku menolak bagaimana?'
'Aku terpaksa harus cepat-cepat membentuk wujudku dan datang kepadamu secara terbuka. Aku akan langsung mengatakan semuanya dan memberitahu semuanya, sehingga membuatmu menyesal karena telah melakukan hal itu.'
'Heh! Aku tidak masalah! Lebih baik kau cepat-cepat bentuk wujudmu dan aku akan segera menghajarmu, Sialan! Ini sudah kedua kalinya aku mendengar suaramu yang menjengkelkan mu itu! Jangan sampai terus ini terjadi.'
'Sayangnya, aku akan terus berbicara kepadamu, karena bagaimanapun juga, kita adalah sama.'
'Aku tidak mengerti apa maksudmu, tapi jika kau berani macam-macam dengan keluargaku. Akan kupastikan mayatmu tidak akan pernah ditemukan di dunia ini.' Ancam Rudeus.
'Benarkah? Padahal, aku kemarin berniat melindungi keluargamu, tapi kau malah menganggapku sebagai sebuah ancaman. Tapi... Kau akan menyesal lho, Bocah.'
'Aku tidak akan pernah menyesal.'
'Itulah kata-kata yang sama ketika nasib buruk belum menimpaku. Aku keras kepala dan terlalu naif, mengakibatkan banyak orang disekitarku mati terbunuh. Keluargaku, teman-temanku, bahkan Istriku.'
'Lalu, apakah aku harus merasa kasihan padamu? Huh, dasar bodoh.'
'Kalau begitu... Aku ingin melihat keputusasaan di dalam tatapanmu ketika satu persatu orang yang kau cintai mati di depanmu. HAHAHAHA!! Aku tidak sabar melihat ekspresi yang sama yang dulu pernah kumiliki! KEPUTUSASAAN!! HAHAHAHA!!'
'Brengsek! Jangan tertawa di dalam kepalaku! Suaramu sangat menjengkelkan!'
'HAHAHAHA! Kau akan mengerti, Bocah. Tapi, aku akan selalu memberikan peringatan kepamu... Kita adalah sama. Kau dan aku adalah sama. Hanya satu yang dapat mengubah salah satu dari kita, yaitu keputusasaan. Ingat perkataanku baik-baik, Bocah.'
'Kalau begitu, cepatlah pergi dari dalam pikiranku!'
'Baiklah. Selamat menjalani kehidupan yang damai ini.. Yang sebentar lagi akan berubah menjadi Malapetaka.'
Setelah mengatakan itu, suara itu menghilang sepenuhnya dari pikiran Rudeus, membuatnya merasa lega karena tidak terjadi apa-apa.
Rudeus tadi hanya bersandiwara atau berpura-pura menjadi tegar saat mengobrol dengan suara misterius tadi. Bohong jika dia tidak takut terhadap suara misterius itu, karena bahkan hanya dengan suaranya, dirinya dapat merasakan tekanan Spiritual tinggi.
Itu jelas bukanlah hal normal di dunia ini mengingat dunia ini adalah dunia Sihir. Hanya para Master Beladiri dan semacamnya yang mampu mencapai tekanan Spiritual sehebat itu.
Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, nafasnya menjadi berat. Tubuhnya memang baik-baik saja, tetapi mentalnya saat ini benar-benar kelelahan yang membuatnya ingin tidur seharian penuh.
Rudeus ambruk dengan keringat memenuhi tubuhnya.
"Hei, apa kamu tidak apa-apa?!"
Suara asing terdengar di dekatnya. Rudeus menoleh kesamping dan melihat gadis kecil mendekatinya, gadis itu berjongkok di depannya lalu memeriksa keadaannya.
"Ah, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit kelelahan."
"T-Tapi, keringatmu sangat banyak! Apa kamu benar-benar tidak apa-apa?" Tanya gadis itu dengan panik.
"Ya."
Rudeus bangkit, dia memerhatikan gadis di dekatnya itu dan fokus ke rambut hijaunya serta telinga panjangnya. Pada saat itu juga, dia mengingat Ras Elf yang juga ada di dunia ini yang membuat matanya terbuka lebar. Untuk pertama kalinya, dia melihat Ras Elf secara langsung!
"Ternyata kau dari Ras Elf, ya. Sangat menarik. Lihat kuping itu." Entah mengapa Rudeus ingin sekali menyentuh kuping Elf di depannya. Apa jangan-jangan dia memiliki fetish kuping?!
Gadis itu mundur beberapa langkah saat melihat tingkah Rudeus yang seperti ingin melahap kupingnya, dia menjadi ketakutan.
"H-Hei, jangan menangis! Aku tidak memakanmu. Jangan menangis, oke?" Rudeus mencoba menenangkan gadis di depannya.
Kemudian, Rudeus mengingat perkataan Roxy dulu yang pernah menyuruhnya untuk segera menjauh jika melihat seseorang yang memiliki rambut hijau serta permata merah di dahinya.
Dan gadis di depannya memiliki rambut hijau, tapi... Rudeus mengecek dahi gadis tersebut dan tersenyum saat mengetahui bahwa di dahinya sangat bersih.
"Kukira kau adalah Suku yang dirumorkan itu, tapi ternyata t-" Rudeus ingin mengeluarkan suaranya, tapi ada suara lain yang memotong kata-katanya.
"Itu dia! Gadis berambut hijau!"
"Ketua, hati-hati! Dia berbahaya!"
"Ya, benar! Dia mengerikan!"
Ternyata itu adalah Somal, Ivan dan Jow yang baru saja datang dengan wajah sangat kelelahan, tetapi tangan mereka mengambil batu di bawah sebelum melemparnya ke gadis Elf.
Dengan cepat, Rudeus mengendalikan tiga batu tersebut dan mengembalikannya ke tiga bocah tadi.
Tuk!
Tuk!
Tuk!
Tiga batu tadi berbalik arah dan mengenai masing-masing dahi mereka, yang membuat mereka terjatuh kesakitan akibat daya tembak dari batu tadi lumayan cepat dan kuat.
"Apa yang kalian lakukan?! Kenapa kalian melempar batu ke arah Gadis ini?" Tanya Rudeus dengan wajah kebingungan.
"Karena dia adalah Gadis yang memiliki rambut berwarna hijau!" Jawab Somal.
"Lalu apa hubungannya?"
"Bukankah Suku Superd juga memiliki rambut hijau sepertinya?! Maka berarti dia memiliki hubungan dengan mereka!" Somal kembali menjawab.
Rudeus kebingungan, lalu dia menoleh kebelakang dan melihat tingkah gadis itu yang sangat ketakutan seolah trauma terhadap Somal dan yang lain. Dia merasa ada yang tak beres di sini, jadi dia menggunakan <Mata Mistis> untuk melihat Aura dari gadis itu.
Gadis itu tidak memiliki niat jahat, bahkan Auranya sangat murni dan menyatu dengan alam. Berarti, dia bukanlah orang jahat.
Matanya menajam, berbalik menatap Somal dan yang lain dengan tatapan mengerikan. Somal dan yang lain merasa ngeri merasakan tatapan Rudeus, tubuh mereka seolah membeku layaknya patung es.
"Sudah berapa kali kalian melakukan pembullyan kepada gadis ini? Jawab..." Rudeus menggunakan Aura Spiritual miliknya untuk menekan tiga bocah nakal di depannya.
Rudeus melihat ketakutan di dalam tatapan gadis itu, jadi dia segera menyimpulkan bahwa Somal dan yang lain adalah pelaku yang membuat gadis itu ketakutan. Lebih tepatnya trauma, itu sangat jelas terlihat olehnya.
"K-Kami... Kami hanya m-melakumannya untuk-"
"Untuk apa? Aku tak menyangka kalian sebenarnya adalah pembully. Aku masih bisa mewajari jika kalian adalah bocah nakal, tapi jika kalian pembully, maka itu sudah kelewatan. Cepat minta maaf!" Kata Rudeus dengan nada tinggi.
Karena merasa sangat ketakutan, Somal dan yang lain cepat bersujud di depan gadis itu, mereka sama-sama mengucap kata "Maaf" dengan nada memohon dan mengharapkan ampunan dari gadis tersebut.
"Nah, jadi siapa namamu?" Tanya Rudeus pada gadis itu.
"A-Aku?! Mnnhh... Aku.. Namaku.. Sylphette." Jawab Sylph.
"Kalau begitu, aku akan memanggilmu Sylph. Oh iya, namaku adalah Rudeus Greyrat. Pria yang menyukai kebebasan dan membenci tindakan tidak terpuji. Kamu bisa memanggilku Rudeus. Salam kenal ya, Sylph." Rudeus tersenyum hangat dan bersahabat.
Sylph terlihat tersipu dan menyembunyikan wajahnya dibalik kedua tangannya. Rudeus bingung tetapi dia mengalihkan perhatiannya ke Somal dan yang lain, yang masih sujud di tanah.
"Bagaimana, Sylph? Apa kamu memaafkan bocah-bocah kampret ini?" Rudeus tidak mengalihkan tatapannya dari Somal, karena dia sedikit kesal dengan tindakan pembullyan yang dilakukan oleh ketiga bocah ini.
Di dunianya dulu, meski dunia yang penuh dengan kekerasan dan peperangan dimana-mana, tapi pemullyan sangat jarang ditemukan karena semua orang fokus pada peperangan untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya.
Jika ada yang lemah, maka otomatis si Pemimpin Pasukan akan langsung membunuh orang itu karena.. tidak berguna. Tidak bisa dijadikan alat untuk Perang. Semua Pemimpin begitu, termasuk dirinya sendiri.
Tidak peduli siapapun, mau itu anak kecil, orang dewasa, laki-laki atau bahkan wanita sekalipun, dia akan membunuh mereka yang tidak berguna dalam Perang. Semua yang tak berguna hanyalah sampah yang menggangunya. Itulah dirinya yang dulu.
Untuk kedamaian, semua orang harus merasakan sakit yang sama, sakit perasaaan dan sakit mental untuk menyatukan hati semua orang. Namun, dirinya tidak menggunakan cara itu, dia menggunakan cara kekerasan.
Bunuh, bunuh dan bunuh. Lalu, Perang berhenti akibat Pasukannya terus membunuh orang-orang yang sering mengadu domba Negara-negara.
Meskipun cara itu terdengar sangat kejam, tapi cara itu terbukti efektif dan mampu menghentikan Perang yang berkecamuk selama bertahun-tahun. Banyak orang yang merasa bersyukur dan merayakannya.
Sementara dirinya, dia mati dan secara tak terduga berenkarnasi di dunia lain. Untuk pertama kalinya di kehidupannya, dia melihat Pembullyan secara langsung tepat di depan matanya sendiri.
Jika dia menjadi dirinya yang dulu, pasti saat ini dia sudah menyiksa Somal dan kedua temannya itu hingga mereka mati dalam keadaan mengenaskan. Tapi, dia sadar bahwa semua orang memiliki kesempatan kedua, bahkan dirinya yang kejam sekalipun diberi kesempatan kedua oleh Dewa aneh yang kebosanan.
Semua orang bisa berubah jika mereka sungguh-sungguh dalam melakukannya.
"Sylph? Hei, Sylph? Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Rudeus.
Wajah Sylph memerah setiap kali Rudeus menyebut namanya, entah mengapa dia menjadi sangat malu dan suasana hatinya saat berbunga-bunga yang membuatnya bingung kenapa dirinya menjadi seperti ini.
"Ini salah kalian! Kalian membuat Elf ca- Ekhm! Maksudku Sylph, menjadi seperti ini! Mungkin dia menjadi trauma gara-gara kalian. Cepat minta maaf!!" Rudeus membentak ketiga bocah itu dengan nada tinggi.
""HII!!! KAMI MINTA MAAF, SYLPH-SAMA!!""
"T-Tidak.. A-Aku sudah memaafkan kalian, kok. T-Tenang saja."
"Dia sangat cantik dan indah."
"Dia jelmaan dari Malaikat."
"Tidak, bodoh. Dia adalah seorang Dewi!"
""Ya! Dewi kita!""
"Cih." Rudeus mendecih kesal, dia ingin menghukum ketiga bocah itu tetapi melihat ekspresi Sylph yang lega dan polos, membuatnya menghentikan rencana itu. "Baiklah, kalian.. Karena Sylph sudah memaafkan kalian, kalian bebas. Ah, tapi kalian masih harus berkeliling Desa." Kata Rudeus.
"Tidak! Kami sudah lelah, Ketua!"
"Capek!"
"Kami akan mati!"
"Jangan banyak alasan! Bukankah kalian tadi berkata sudah siap menerima latihan beratku?! Lalu, mengapa kalian menjadi seperti ini? Huh, menyedihkan. Jika kalian terus seperti ini, impian kalian tidak akan pernah tercapai oleh kalian dan impian itu hanya sekadar impian palsu saja." Kata Rudeus.
"Sialan, lagi-lagi Ketua meremehkan kita!"
"Ya.. Tunjukkan semangat kita!"
"Ayoo!!"
Ketiga bocah itu berlari kembali untuk menyelesaikan latihan yang diberikan Rudeus dengan cara mengelilingi Desa ini. Sementara itu, Rudeus dan Sylph hanya memandang kepergian mereka.
"Apa kamu tidak apa-apa setelah apa yang mereka lakukan padamu? Kupikir, itu sangat keterlaluan." Rudeus mendekat dan memeriksa kondisi Sylph.
"T-Tidak, aku tidak apa-apa." Jawab Sylph, yang gugup saat tubuhnya diperiksa oleh Rudeus.
"Jika kamu ingin menghukum mereka, katakan saja padaku. Aku akan menyik- Tidak, maksudku menghukum mereka sampai kamu merasa puas." Rudeus hampir menunjukkan sisi lain dari dirinya tadi.
"Aku tidak tega dengan mereka. Lagipula mereka sudah meminta maaf, jadi aku tak masalah dengan hal itu." Sylph menjawab dengan nada lega, seolah traumanya telah sembuh.
Rudeus tersenyum mendengar jawaban Sylph. "Yah, mau bagaimana lagi. Kalau begitu, aku akan pergi." Kata Rudeus.
"Eh, kamu tidak menunggu mereka?" Tanya Sylph.
"Untuk apa aku melakukan sesuatu yang membosankan itu? Lebih baik aku berlatih." Jawab Rudeus dengan wajah tidak peduli.
"Bagaimana jika mereka mencarimu?"
"Siapa peduli dengan itu. Mungkin butuh waktu berjam-jam untuk mereka mengelilingi Desa, jadi mereka pasti akan memilih pulang daripada mencariku." Jawab Rudeus.
Kemudian, Rudeus berjalan pergi dari sana menuju tempat biasanya di berlatih, tapi sebelum dia benar-benar pergi dari sana, dia dipanggil oleh Sylph dibelakangnya.
"T-Tunggu!!"
Sylph sedikit berteriak, Rudeus menatapnya dengan tatapan bingung.
"A-Anu.. Itu.. Apa kita bisa bertemu lagi?"
"Tentu. Kenapa tidak?" Jawab Rudeus dengan bingung.
"Ah, begitu. Terima kasih."
Rudeus sedikit tersenyum, dia berbalik dan pergi dari sana sambil mengingat latihan yang harus dia lakukan hari ini juga.
[Bersambung]