" Kau akan berangkat kerja ? "
" Nee ".
Yuura sudah yakin, dan merasa bahwa ia sudah baik baik saja.
" Aku sudah sehat, aku akan pergi sekarang ! ".
Yuura dengan terburu buru memakai sepatu hitamnya lalu pergi menuju kantor.
Jam menunjukan pukul 6:45 , tidak biasanya Yuura berangkat se siang ini.
Mungkin karena kondisi fisiknya belum sehat dengan total.
Dalam perjalanan menuju halte, tiba tiba suara klakson mobil mengejutkan nya .
Jendela mobil itu terbuka, dan terlihat Seokjin yang sedang menyetir.
" Naiklah, aku akan antarkan kau tepat waktu menuju kantor ".
" Ta.. Tapi ?"
Seokjin segera membukakan pintunya tanpa menerima penolakan dari Yuura.
.
.
.
.
.
" Kau akan pergi kemana? ".
Yoona begitu heran melihat Jimin yang sedang memasang dasi hitamnya.
Seperti biasa Jimin memakai setelan jas yang begitu sangat rapih.
" Aku akan pergi ke kantor ".
" Kantor? Bukankah kau sudah tak lagi menjabat sebagai manager? ".
Jimin masih sibuk merapikan dasinya dan tidak menghiraukan Yoona.
" Tidakkah kita seharusnya menghabiskan waktu bersama setelah bertunangan? ".
Yoona mengalungkan lengan pada pundaknya Jimin dan menatap matanya lekat.
Jimin terdiam dengan apa yang Yoona lakukan terhadapnya.
" Kau mau meninggalkan sendirian? Sementara itu kau pergi ke kantor? ".
Yoona mengelus pipinya lembut dengan tangannya, membiarkan Jimin hanya menatap padanya saja.
" Temani aku ".
Dengan sedikit ber jinjit , Yoona mendekatkan wajahnya pada Jimin dengan perlahan.
Jemari nya itu mengusap bibir nya Jimin , tak kurang dari beberapa senti mereka hampir saja melakukan nya.
Jimin menghela nafasnya , ia melepas kedua tangan Yoona yang melingkar di lehernya.
Jimin tak membiarkan Yoona untuk menciumnya.
Sepasang wajah kecewa terpampang jelas di wajah cantiknya itu.
Yoona hanya bisa terdiam.
" Aku ada beberapa urusan yang masih harus ku tangani sendiri di kantor ".
" Aku takkan lama ".
Jimin pergi begitu saja, tidak ada pelukan hangat, tidak ada senyuman tulus, apalagi ciuman untuk Yoona.
Jimin sama sekali tidak memberikan itu semua, bahkan ia hanya memberikan suatu perlakuan yang sangat dingin.
.
.
.
.
.
" Kau sampai tepat waktu ".
Seokjin membuka pintu mobil nya, lalu Yuura segera turun dan berjalan terburu buru menuju kantor tanpa lupa untuk mengucapkan terimakasih pada Seokjin yang sudah mengantarnya.
Jam di tangan nya menunjukan pukul 07:00.
Yuura sampai di meja kerja nya dengan nafas yang tak beraturan.
" Tidak biasanya kau hampir terlambat ".
Salah satu teman kerjanya merasa heran dengan Yuura.
" Ahh, itu.. Aku rasa aku belum pulih karena kemarin aku tidak enak badan ".
" Ohh ya, pada saat hari pertunangan Dia mencari keberadaan mu . Dimana kau pada saat itu ?".
Yuura menundukan kepalanya, hatinya mendadak tidak enak jika harus membahas tentang Jimin.
" Aku harus segera pulang karena kakak ku ada urusan mendadak di restoran nya ".
Yuura berbohong.
" Mungkin kau bisa jelaskan langsung padanya saat ini ".
Teman nya menunjuk pada seseorang yang tak lain adalah Jimin.
Matanya tertuju pada Jimin yang sedang berjalan menuju meja kerja Yuura.
Melihat hal itu membuat Yuura semakin tidak karuan, hatinya mendadak sesak, dengan tergesa gesa Yuura segera pergi tanpa terlihat oleh Jimin.
Jimin yang sudah sampai, kembali menanyakan keberadaan Yuura.
" Dia baru saja pergi kesana ".
Jimin mengangguk dan segera pergi menyusulnya.
Sementara Yuura berjalan terburu buru dan tak tau harus pergi kemana untuk menghindari Jimin.
Saat akan berbelok Yuura menabrak seseorang.
Mata mereka akhirnya bertemu .
Ada sedikit perasaan rindu yang Yuura rasakan saat ini, tapi perasaan itu tertutupi oleh rasa sakitnya.
Yuura yang memutuskan untuk mengabaikan Jimin, tertahan oleh Jimin yang menahan satu lengan nya.
" Apa yang terjadi denganmu ? ".
Yuura tak menjawabnya.
" Kenapa kau tak menjawab pesanku dari kemarin ? Dan kenapa kau terus menghindariku ? ".
" Jawab aku ".
Nada bicara Jimin berubah menjadi nada yang penuh dengan kekecewaan.
Yuura bisa merasakan nya.
Mereka saling menyakiti satu sama lain.
" Lepaskan aku ".
Hanya itu yang Yuura katakan.
Tapi Jimin sama sekali tidak melepaskan nya, ia malah terus menggenggam nya dengan erat.
" Aku tak mengerti apa yang terjadi padamu ".
" Tidakkah kau memberiku alasan kenapa kau seperti ini padaku ? ".
" Aku tak punya alasan khusus soal itu, aku ingin kau lepaskan aku ".
Jimin melepaskan lengan nya perlahan, dan Yuura masih berada di hadapan nya.
" Aku ingin berhenti menjadi Asisten pribadimu ".
Satu kalimat yang berhasil membuat Jimin terkejut.
Tubuh nya seketika membeku.
" Berhenti? Maksudmu ? ".
" Aku sudah membawa surat pengunduran diri dan sudah ku letakan di meja kerja ".
" Kenapa? Apa yang terjadi padamu sebenarnya? ".
Jimin benar benar tidak mengerti dengan Yuura.
" Tugasku sudah selesai, aku permisi ".
Yuura melepaskan name tag id miliknya lalu menyerahkan nya pada Jimin.
Yuura pergi begitu saja tanpa memberikan Jimin kesempatan untuk berbicara padanya.
.
.
.
.
.
💔