Reslie segera meletakkan gelas minumnya di atas wastafel. Sambil sekali-kali mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, ia mencoba mencari remote tv yang ia letakkan di atas sofa di ruang tengah.
Menekan tombol power untuk menyalakan televisi. Dan menemukan televisi itu masih tidak bisa berfungsi dengan semestinya. Lalu memutuskan untuk memutar sedikit lagu dari piringan hitam yang ada di pojok samping meja televisinya.
Kemudian menyadarkan tubuhnya pada sofa yang ada di ruang tengah rumahnya. Sambil menikmati alunan musik yang sedang mengalun, Reslie mencoba memejamkan matanya sejenak untuk beristirahat dari pegal-pegal tubuhnya.
Krekk..
Fokus Reslie terpecah. Antara alunan musik yang ia dengar. Dan suara asing yang sekali bergemisik. Ada suara seperti bunyi pintu di buka. Dan sumber suara itu berasal dari.. atas??
Reslie duduk tegak menanggapi situasi ini.
Mulai memikirkan, apa kali ini pendengarannya juga mungkin salah. Tapi demi apapun, suara itu kini terdengar kembali.
Kreekk..
Suara seperti suara pintu di buka dan menutup. Lalu suara tapak kaki yang perlahan menyeret. Sangat terdengar dengan jelas di telinga Reslie yang saat itu sedang sangat awas mengamati sekitarnya.
Apa yang salah pada rumah ini? Mungkinkah karena itu rumah ini dijual dengan harga yang sangat miring? Reslie memainkan jari-jarinya dengan tidak tenang.
Selama ini ia tidak pernah mendapatkan sebuah ganguan apapun di rumahnya yang lama. Entah mungkin karena penghuni di rumah lamanya itu yang terlalu banyak atau berisik. Tapi keadaan rumah ini yang begitu sunyi dan sangat sepi, serta terbuat dari ornamen yang sangat rapuh jika bergesekkan atau bahkan tertiup oleh angin.
Reslie tidak pernah membayangkan akan mengalami kesulitan yang janggal seperti ini. Mungkinkah itu penghuni halus rumah ini?
Tidak-tidak! Walaupun ini adalah rumah tua. Reslie tidak percaya dengan segala takhayul semacam itu. Belum lagi, rumah ini 'kan sudah sedikit jelek. Sehingga mungkin saja ada bagian-bagian tertentu dalam rumah yang jika terhembus sesuatu akan mengeluarkan bunyi yang tidak biasa.
Lalu mengapa ada suara kaki orang sedang berjalan dengan menyeret? Mungkinkah ada orang di atas sana? Tapi siapa? Itu lebih tidak mungkin. Reslie telah memastikan semua pintu dikunci dengan aman dan diganti. Lalu darimana orang itu bisa masuk?
Mungkinkah ada penyusup?
Reslie duduk dengan cemas di tempatnya. Jika benar itu adalah penyusup, bisa gawat jika ia tahu Reslie hanya tinggal seorang diri di rumah ini. Tapi..
"Tolong..."
Suara itu lagi! Reslie mendengar suara yang sama seperti kemarin malam saat ia telah tertidur di kamarnya. Mengapa suara itu terdengar kembali?
Reslie melirik jam dindingnya. Pukul 8 malam, persis seperti kemarin. Mungkinkah ini juga adalah halusinasinya?!
Tidak! Itu tidak mungkin!
Suara pintu yang terbuka. Suara langkah kaki berat. Bahkan suara minta tolong dan sekelebat bayangan yang dilihatnya tadi jelas bukan halusinasinya semata.
Ia benar melihat, mendengar, dan merasakannya juga! Lalu, jika itu benar, apa yang harus dilakukannya? Menghubungi keluarganya? Tidak! Itu bukan ide yang baik.
Lagipula, rumah mereka jauh dari sini. Daripada meminta bantuan mereka lebih baik ia meminta bantuan tetangga terdekat. Tapi rumah ini sedikit jauh dari rumah yang lain. Dan ia masih warga baru di sini sehingga ia belum mengenal satupun warga yang ada di daerah ini.
Lantas apa yang harus dilakukannya? Reslie duduk dengan gelisah dan semakin tidak menentu.
Sudah lewat sepuluh menit sejak ia terus duduk di posisinya dan tidak bergerak. Dalam kegelisahannya, Reslie terus berdoa dalam hati untuk tetap tenang dan berpikiran jernih.
Sial! Seharusnya ia lebih teliti lagi memeriksa keadaan rumah ini. Siapa yang menyangka kau ternyata rumah ini berpenghuni.
Sekalipun ia tidak percaya dengan segala hal gaib yang sering ia dengar tentang rumah yang berhantu. Reslie tidak pernah membayangkan dirinya sendiri akan mengalami hal yang mengkhawatirkan ini.
Tidak apa-apa jika makhluk itu sedikit menggodanya dengan beberapa suara yang menggelitiknya. Tapi berkata 'tolong'? apa dia sudah tidak waras?
Tidak hanya sekali. Kali ini Reslie mendengar kata itu sampai tiga kali. Lalu sebuah lukisan yang telah terpatri dengan sangat baiknya di atas dinding, jatuh dengan tanpa ada yang menyentuhnya.
Reslie spontan terkejut.
Tidak ini pasti ada yang salah entah dimana! Mengapa ia bisa mendengar hal-hal yang bahkan tidak pernah ia dengarkan? Lalu apa-apaan lukisan bunga itu? Kenapa dia jatuh tanpa ada yang memegangnya? Apa ini hanya candaan??
Reslie berpikir dengan keras di dalam hatinya.
"Aku tidak tahu apapun yang kau inginkan. Jangan mengusikku!" teriak Reslie, "Aku sudah membeli rumah ini dengan uang hasil jerih payahku. Kalian tidak bisa mengusirku bergitu saja."
Reslie berujar dengan tanpa rasa takut. Meladeni gangguan yang ia sendiri tidak tahu ada berapa banyak jumlahnya. Tapi karena terjepit ia asal saja menyebutkan.
"Jika kau ingin mengusirku dari sini, kalian salah besar! Aku tidak akan kemana-mana. Pergi! Dan jangan menggangguku!" seru Reslie kemudian.
Suara itu mendadak menghilang. Reslie menyentuh keningnya dengan khawatir.
Apa yang baru saja aku lakukan? Mengusik hantu??!
Hah! Aku pasti sudah gila!! Tapi tidak ada apapun yang bisa aku lakukan selain melawan. Mereka tidak terlihat dan Reslie tidak tahu mereka ada dimana dan bagaimana bentuknya.
Sehingga daripada ia terus ketakutan tidak jelas. lebih baik ia melawannya. Tidak, menghadapinya maksudnya. Ah, tidak juga. Maksudnya mengusirnya, tentu saja!
***