アプリをダウンロード
50% Memories in the Rain / Chapter 4: Mimpi Yang Menjadi Nyata

章 4: Mimpi Yang Menjadi Nyata

Malam itu ....

Yumeji langsung berangkat ke konbini begitu disuruh oleh sang ibu tercinta. Malam ini, ibu akan memasak makan malam, dan sebentar lagi dia akan menjemput ayahnya.

Saat dia kembali melihat jamnya, dia yakin kalau ini belum tengah malam.

'Mungkin, ibu bakal lama,' pikirnya.

Sambil berbelanja beberapa makanan, dia juga membeli beberapa snack dari uang kembaliannya. Dia pikir, ibu pasti tidak akan memarahinya walaupun dia jajan lagi.

*Benar-benar anak manja!

Sesudah dia menerima kembalian dari sang kasir, dia segera pulang dengan langkah riangnya, lalu saat dia sampai di perempatan jalan, tiba-tiba langit menjadi gelap, Mendung! Pertanda akan turun hujan. Untung saja sudah siap payung, tadinya sang ibu lah yang menyarankan Yumeji untuk membawanya.

*Untuk saat ini, Yumeji belum mengingat kejadian aneh di mimpi itu, dia mungkin melupakannya karena merasa itu hanya mimpi yang dia alami sekali saat dia tidur saja, dan tidak akan terjadi di dunia nyata.

Tak lama kemudian, setetes air hujan jatuh tepat di kepalanya, "Eh!?" dia menengadahkan tangannya dan merasakan air hujan itu, "Hujan, kah?" gumamnya, yang kemudian saat setelah membuka payungnya, dia membuka smartphonenya untuk memastikan ramalan cuaca tadi pagi.

Itu benar-benar hujan! "Hmm tumben sudah hujan," dia hanya membatin seperti itu, ini kan masih bulan Mei jam 11, pikirnya sambil memasang muka malasnya.

Tak lama setelah dia mengeceknya karena dirasa ramalan cuaca tidak akurat, dia mencoba untuk memasukkan ponselnya kembali. Kemudian, dia menyeberang dengan langkah riang menuju jalan pulang ke rumahnya, bahkan dia sempat bergumam menyanyikan lagu yang dia sukai.

....

Dia tidak pernah menduga kalau hidupnya akan mendapatkan kejadian aneh! Seaneh-anehnya kejadian itu di hari ini untuk pertama kalinya ....

Saat dia berada di gang yang tidak selebar perempatan tadi, tak lama kemudian, seorang laki-laki dengan wajah garang berlari kencang dan menabrak dirinya dengan begitu keras sehingga ponsel yang ada di saku kiri celananya terjatuh.

"Kyaaaaah!!" dia sempat berteriak sesaat karena merasa agak kesakitan setelah ditabrak oleh lelaki itu.

Saat tertabrak, dia mulai mengingat sesuatu yang samar-samar dan dalam batinnya berkata, 'Perasaan aku pernah melihat seperti ini sebelumnya, etto ..., di mana ya? Lupa ..., mungkin cuma perasaanku saja kali, ya.'

"...."

Lelaki yang telah menabraknya itu tampak tergesa-gesa dan terburu-buru ingin meninggalkannya tapi, dia yang sadar kalau dia melakukan kekerasan secara tidak sengaja itu mencoba untuk bertanggung jawab. Tentu saja gadis yang hampir terjatuh ini tidak mengalami luka serius tapi, ponselnya terpental dan berada di jarak kurang lebih 3 meter dari tempatnya berdiri. Lalu, sang lelaki yang tidak sengaja menabraknya itu berusaha memungutnya. Tapi, di saat sang lelaki itu memegangnya, ponsel miliknya berbunyi karena mendapatkan sebuah panggilan, nada dering itu menggetarkan ponselnya. Namun, karena terlalu jauh, sang gadis ini tidak sepenuhnya mendengarnya, samar-samar.

'Benar! Kejadian ini sangat familiar tapi, di mana ya?'

"...."

Ponsel itu kini berada di tangan lelaki itu dengan nada dering yang masih menyala, lalu ketika sang lelaki yang tampak buru-buru itu hendak menyodorkan ponsel yang dia bawa pada sang pemilik, tiba-tiba kilatan cahaya putih nan silau muncul tepat di depan mereka berdua.

Sontak membuat kedua orang yang saling bertemu ini terkejut, rasanya seperti tidak ada jalan untuk menghindarinya.

Dan ....

Hanya dalam durasi beberapa detik saja, bunyi menggelegar pun terdengar keras di sekitar mereka, bahkan menggetarkan jalan yang mereka pijaki.

Saking silaunya, gadis itu hanya bisa menutup matanya sampai kilatan cahaya di depannya itu pergi menghapus jejaknya. Namun, apa yang terjadi setelah itu menyisahkan hal yang memilukan.

"Itu ...!!" dia membelalakkan matanya terkejut saat menatap lurus ke depan.

Dia akhirnya ingat, setelah beberapa rangkaian kejadian ini.

'Tidak, ini tidak mungkin,' dia hanya bisa berkata-kata di dalam hatinya, dia sulit untuk berucap, sesak rasanya.

'Aku ingat persis akan hal ini!!'

Itu bukanlah hal yang memilukan lagi, melainkan hal yang sangat mengerikan baginya ....

'Ya, aku ingat, kok! Hanya saja aku yang pelupa!'

Orang yang ada di depannya mendandak gosong seperti usai terpanggang dan jalanan di jarak satu meter yang melingkari orang itu pun menjadi berwarna hitam pekat. Ponsel yang dipegang orang itu pun juga hancur lebur, dan di sekitar tangan seorang lelaki yang menjadi gosong itu ada sisa-sisa semacam kejutan dari aliran listrik.

Siapa pun tidak akan percaya, siapa pun akan takut akan pemandangan horor ini!?

Dia (sang gadis) yang baru pulang dari belanja itu kemudian berlari dengan kencang, sekencang-kencangnya bak kuda yang ada diperlobaan.

Dia ingin memastikan kalau dirinya benar-benar di Jepang sekali lagi.

'Pantas saja ibu menyuruhku untuk membawa payung! Sekarang kan sudah lewat tengah malam. Jam 11 di ponsel yang aku lihat tadi adalah waktu Amerika, tepatnya New York. Aku belum menyetelnya ulang semenjak kembali ke Jepang bahkan aku belum menghidupkan data seluler di ponselku. Beres-beres membutuhkan banyak waktu dan kami berdua tak sempat menghidupkan Wifi.'

'Itu artinya ..., di sini sudah bulan Juni!!'

Dia berlari kencang hingga akhirnya dia sampai rumahnya dengan tergesa-gesa.

Dia juga ingat, ramalan cuaca yang dia lihat itu adalah ramalan cuaca cerah di New York.

'Ya, ampun!!' dia sangat gelisah. Seakan-akan tidak percaya dengan kejadian aneh yang baru saja dia lihat, 'Apa yang terjadi pada orang itu?' pikiran tentang mimpinya yang bisa menjadi kenyataan itu pun mulai menghantui dirinya.

Saat itu, di rumahnya belum ada orang sama sekali, dia masih basah karena terburu-buru menerjang hujan sekalipun sudah memakai payung, detak jantungnya masih berdegup kencang karena syok.

'Bagaimana bisa mimpi menjadi nyata?'

'Apa yang terjadi pada diriku ini?'

Dia segera mencuci kaki, dan memasukkan beberapa bahan dari barang belanjaan itu ke kulkas.

Dia meraih gelas di rak kemudian mengambil air minum dari wastafel, untuk menenangkan dirinya.

*Di Jepang, orang Jepang memiliki kebiasaan minum air kran, karena air kran di sana bersih.

'Hah~'

'Hah, hah, hah~'

Tapi, seteguk demi seteguk air yang telah dia minum itu sama sekali tidak membuatnya tenang.

Air matanya perlahan menetes lalu berlinang deras di wajahnya, dia dipenuhi ketakutan akan dirinya memimpikan hal serupa dan terjadi lagi ....

________

"Ayah ..., Ibu ..., apa yang terjadi padaku? Apa ada yang salah dengan hidupku selama ini?"

To be Continued


next chapter
Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C4
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン