"Kau datang terlambat lagi hari ini?" protes Alfiano Gennaldy.
Pria yang akrab disapa Alfin, atau Tuan Alfin.
"Saya hanya terlambat sedikit, Pak!" ucap Aimee yakin.
Tidak menunjukkan kebohongan dengan wajah serius.
Namun bukan Alfin namanya, jika dia tidak tahu Aimee berbohong.
Alfin berdecak sombong.
"Ckckckck... apa kau kira bisa membodohiku? Absen tepat pukul 9.57. Kau sebut ini hanya sedikit terlambat?"
Mengulum bibir dan tidak membantah.
Dia sudah terlambat 1 jam 57 menit. Dan hal ini termasuk rekor. Menyaingi Sang Bos yang selalu datang ke kantor pukul 11 atau 11 lewat 30 menit.
Aimee sadar Alfin sudah mengawasinya dari pagi. Tapi, terkejut ketika dia baru menyadari sesuatu. Mengerutkan kening dan berpikir ulang. Aimee menatap Alfin bingung.
"Anda sudah datang pagi-pagi sekali, Tuan? Tumben sekali! Apa ada sebuah pekerjaan penting harus Anda urus pagi ini?"
Memetik jari beberapa kali di depan wajah Aimee. Alfin tidak bisa berhenti menunjukkan ekspresi kesal.
"Kau adalah sekretaris pribadiku! Tapi kau, sama sekali tidak tahu apa jadwalku hari ini?"
Berdeham satu kali dan gugup.
Aimee buru-buru membuka agendanya.
"Anda ada jadwal pertemuan dengan Mr. Mael dari perusahaan Empires Mad 15 menit lagi. Pergi ke lapangan pukul 2 setelah makan siang. Dan kembali ke kantor untuk mengerjakan pekerjaan baru yang Tuan Harry berikan pada Anda."
Aimee terdiam beberapa detik setelah mencocokkan sesuatu.
Mael?
Tunggu.
Jangan katakan, kalau orang itu adalah Cadmael?? Zavierro Kistan Cadmael? Pria yang katanya punya urusan di kantor ini?
Mereka akan melakukan pertemuan?
Zack akan bekerja sama dengan perusahaan Theodore untuk melakukan 'Proyek Deluxe Season 2 di kota B'?
Tertawa garing dan menyangkal.
Aimee yakin semua itu tidak mungkin!
Tapi...
"Permisi, Bos. Tuan Zack sudah datang untuk menemui Anda."
Salah satu pekerja wanita dari bagian personalia. Maju ke tengah-tengah mereka dan memberitahukan kedatangan Zack.
Dorren selalu tampil cantik dan rapi dengan gaun formalnya yang anggun. Memilih potongan rambut bob dan warna rambut yang sengaja dia cat pirang.
Aimee mengerjapkan mata beberapa kali karena merasa terus berhalusinasi.
Zack?
Mr. Mael adalah Zack?
Hoh!
Bagaimana mungkin? Dan bagaimana bisa?
Otak Aimee rasanya ingin pecah.
Baru saja bertemu dengannya tidak lama. Aimee harus menerima kenyataan bahwa dia akan berurusan dengannya setelah ini! Baik dia ingin maupun tidak?
Dan tentunya, Aimee tidak menginginkannya!
Ingin menerima tapi tidak sanggup menerima.
Tidak menerima tapi itu tidak mungkin! Karena bosnya, Alfin berniat mengajak Aimee ikut serta bergabung dalam meeting mereka.
Perut Aimee mendadak sakit.
"Aduh! Perutku!" rintih Aimee.
Menatap kaget dan mencondongkan wajahnya untuk melihat apa yang terjadi. Alfin nampak penasaran pada Aimee.
"Ada apa? Perutmu sakit?" tanya Alfin mencari tahu.
"Ya, Pak Bos. Perut saya melilit. Dan sepertinya saya tidak bisa menemani Anda ikut meeting!"
Alfin berjalan maju beberapa langkah dan menilai. Bertanya sekali lagi dengan alis terangkat dan kurang puas.
"Kau serius tidak bisa ikut denganku dan merasa tidak enak badan?" tanya Alfin kecewa karena tidak ingin dibiarkan sendiri menghadapi sang tamu.
Alfin juga sebenarnya sudah punya rencana tertentu pada Aimee. Dan tidak ingin Aimee mengagalkannya.
Tapi, Aimee justru ingin menghindar secara tidak sengaja?
Hoho! Yang benar saja!
Apa ini semua candaan?
Aimee berkeringat dingin. Tidak pandai berbohong. Tapi juga tidak pandai berakting.
Jadi apa yang akan Alfin pikirkan soal kebohongannya kali ini?
Terus menatap ke sisi lain ketika dia sedang berbohong.
Alfin dengan tatapan sinis, menarik ujung pakaian Aimee. Menariknya keluar bersama buku catatannya dan tidak akan membiarkan wanita itu lepas lagi.
Alfin berdecak kagum.
"Aku tahu kau sedang berbohong. Dan kau memang tidak pandai berbohong, Aimee. Karena itu, jangan membuatku tertawa terpingkal-pingkal meladeni candaanmu yang sama sekali tidak lucu!"
Aimee nampak lemas.
Sudah bersusah payah menolak dan mencari akal untuk keluar dari masalahnya.
Aimee tak kuasa untuk protes.
"Tuan Alfin! Saya tidak berbohong dan perut saja benar-benar sakit! Kenapa Anda tidak percaya? Dan kenapa Anda terus-terusan menjatuhkan harga diri saya?"
Menariknya seperti seekor binatang peliharaan lalu menyentuhnya juga seperti benda yang tidak higienis.
Memang dalam bayangan Alfin, Aimee ini apa?!
Aimee dan Alfin berhenti di tengah jalan menuju ke ruang rapat.
Menghentikan percekcokan sebentar. Dan memancing percekcokan lain.
Alfin menatap Aimee acuh di balik mata hitamnya.
"Aku menyuruhmu untuk bekerja dengan benar. Menjadi sekretaris yang berkompeten sama seperti sekretaris lain di kantor ini,"
Aimee terus mendengarkan.
"Sekarang katakan, dimana letak salahnya? Dimana letak aku menjatuhkan posisimu? Dan dimana ketidaknyamanan yang tidak sengaja aku buat terhadapmu?" gerutu Alfin.
Melipat kedua tangan di depan dadanya. Alfin engabaikan beberapa pasang mata mengawasi mereka.
Aimee menunduk.
Benci ketika harus menjadi pusat perhatian. Dan benci ketika dirinya harus terlihat tidak berdaya.
Apalagi di depan bos menyebalkannya ini!
Aimee kembali berbohong meski dia tahu kebohongannya sudah ketahuan.
"Perut saya sakit! Kenapa Anda tidak bisa mengerti dan tidak ingin mengerti?" rajuk Aimee seperti anak kecil meski usianya kini sudah menginjak kepala 3.
Baru setelah bebeberapa hari lalu dan Aimee tidak senang harus menjalani kerumitan hubungannya dengan orang lain di usia yang sudah se-tua ini.
Alfin meninggikan alis dan menatap angkuh.
"Perutmu sakit?" ulang Alfin dengan nama mencemooh.
Aime bersikap acuh.
"Ya!"
Mengangguk beberapa kali dan menanggapi. Alfin tidak nampak terkejut lagi.
***