"Untuk ulang tahun Lo nanti malam, mau di hadiah kan apa?" Tanya Riko ketika mereka sedang berada di perjalanan pulang.
Mendapat kan pertanyaan seperti itu dari Orang yang disukainya membuat Nabila menjadi salah tingkah sendiri. Kini ia seperti sedang merasa di tembak oleh Riko, padahal Riko hanya bertanya saja.
"Apa aja sih, nggak maksa juga untuk di kasih kado kok Kak," jawab Nabila.
"Jadi nggak mau kado dari gue nih?" Tanya Riko, ia tetap fokus pada jalanan agar mereka selamat Sampai tujuan. Meskipun berbicara tapi tetap harus fokus bukan?
Entah kenapa mendapat kan pertanyaan itu membuat Nabila menjadi sedikit serba salah. Rasanya ia benar-benar ingin mendapat kan kado apa saja dari Riko ini tapi ia sulit untuk menjawabnya.
"Nggak, nggak usah. Kakak datang ke acara nanti malam aja udah bersyukur banget kok aku nya." Jawab Nabila dengan sangat munafik sekali, jelas kalau ia menginginkan kado tapi sudahlah lupakan saja itu.
"Baiklah kalau itu mau Lo, gue pasti datang kok. Lagian gue akan di cap nggak setia teman kalau gue nggak datang. Semua teman gue datang." Jawab Riko.
Nabila yang mendengar itu langsung membuang tatapan nya ke arah jendela dan melihat tingginya gedung pencakar langit itu. Jika di perhatikan dengan benar ia baru sadar bahwa gedung-gedung yang ada ternyata tinggi. Entah bagaimana cara membuat gedung setinggi itu, berapa biaya yang harus dipakai. Terlalu banyak pertanyaan yang ada di otak Nabila saat ini tentang sesuatu yang sepertinya memang tak harus dipikirkan olehnya.
Tapi itu lebih baik daripada ia memikirkan ucapan dari Riko tadi yang berakhir akan membuat ia sakit hati.
"Btw Bil, gue boleh nanya ngga?" Tanya Riko yang memulai kembali pembicaraan di antara mereka setelah tak lagi ia mendapatkan jawaban dari Nabila.
Nabila menoleh ke arah kanan dimana Riko berada. Laki-laki itu masih tampak fokus dengan jalanan karena memang, harus benar-benar fokus dalam mengendarai mobil disini jika tak ingin sesuatu terjadi.
"Apa?" Tanya Nabila.
"Menurut Lo ni ya, Lo kan cewek. Jadi boleh dong kalau gue minta pendapat dari Lo." Ucap Riko.
Mendengar itu entah Kenapa ia merasa sedikit aneh saat ini. Apakah ini yang dinamakan kalah sebelum perang?
"Apa? Kakak lagi suka sama cewek?" Tanya Nabila, percayalah ia menguat kan hatinya ketika mengatakan itu.
Tanpa ragu, Riko menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis ketika ia melirik ke arah Nabila sekilas.
Sontak saja hal itu langsung membuat Nabila meleleh meskipun hatinya sakit ketika mendapatkan pengakuan dari Riko. Sepertinya setelah ini ia harus mundur secara perlahan.
Senyum itu adalah senyum yang telah membuat dirinya ini jatuh cinta kepada sosok Riko meskipun dalam diam karena ia tak berani mengatakannya secara terang-terangan.
Ia tak ingin memanfaatkan Aksa untuk menyatukan cinta mereka, toh baginya tak ada guna sama sekali ketika mengatakan perasaannya pada Aksa. Laki-laki itu tak akan pernah mau membantu dirinya. Meskipun mereka sepupu tapi percayalah, Aksa tak pernah membantu dirinya untuk mewujudkan cinta bersama orang yang dikenali oleh Aksa.
"Gue sekarang lagi menyukai cewek. Nggak tau deh kalau dia suka atau nggak sama gue," jawab Riko sambil menatap ke arah Nabila cukup lama untuk melihat ekspresi wajah wanita itu.
Deg,
Sakit, itu lah kata yang bisa untuk menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini ketika mendengar pengakuan itu secara langsung. Sepertinya kekalahan nya sudah di umumkan sebelum ia berjuang.
"Enggak Mungkin lah wanita itu nggak suka sama kakak. Jangan terlalu merendah gitu deh kak." Ucap Nabila setelah bisa menenangkan gejolak di dadanya. Ia tak ingin perasaan nya ini di ketahui oleh Riko.
Bisa-bisa ia tidak memiliki muka lagi untuk bertemu dengan Riki setelah ini. Meskipun Riko kini sudah mengatakan bahwa dirinya menyukai wanita entah siapa itu tapi ia belum bisa untuk move on. Tak secepat itu forgoso. Melupakan tak secepat membalikkan telapak tangan.
"Apakah itu pertanda kalau gue punya kesempatan untuk bisa jadi pacar dia?" Tanya Riko yang langsung di anggukkan oleh Nabila.
"Kenapa Lo seyakin itu? Padahal gue sendiri aja nggak yakin bakalan di terima."
"Karena kakak sempurna dan nggak akan ada cewek yang akan nolak pesona yang kakak miliki. Apakah kakak tau, di antar pulang oleh kakak aja mungkin adalah hal yang terindah untuk para cewek-cewek. Kalian berempat itu adalah idaman di sekolah dan semua cewek berlomba-lomba untuk mendapatkan salah satu dari kalian berempat. Tak dipungkiri juga bahwa beberapa dari mereka sampai membuat kepemilikan atas kalian di Instagram. Cek aja kalau nggak percaya di Instagram sekolah kita." Jawab Nabila.
"Oh ya? Apakah memang segitu nya banget ya mereka menyukai kami?" Tanya Riko yang sedikit kaget mendengar ucapan dari Nabila ini.
"Iya, makanya sesekali singah dong di Instagram sekolah kita." Jawab Nabila sambil menganggukkan kepalanya.
"Oh iya, tadi Lo bilang semua cewek menganggap kami berempat adalah idaman. Apakah kamu termasuk dari salah satu dari cewek-cewek itu?"
Pertanyaan dari Riko ini benar-benar membuat jantung Nabila menjadi berdetak tak beraturan.
Ingin sekali rasanya ia sampai ke rumah saat ini juga agar ia tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Riko tersebut.
"Kenapa diam? Apakah lo nggak termasuk dalam cewek-cewek tersebut?" Tanya Riko lagi ketika tak mendapatkan jawaban dari Nabila.
"Nggak gitu sih kak, cuma–"
"Antara kami berempat siapa yang kamu sukai?" Potong Riko dengan cepat.
Dan pertanyaan itu benar-benar membuat Nabila tak lagi bisa untuk membuka mulut nya memberikan jawaban.
Tapi mau bagaimana lagi, saat ini ia sedang terjebak oleh ucapannya sendiri.
Ia menarik napas dalam-dalam dan kemudian ia keluarkan secara pelan-pelan.
"Tentunya aku menyukai Aksa, andai aja Aksa bukan sepupu sama aku pasti udah aku dekati dia." Ucap Nabila, sedikit berbohong. Tapi ini lebih baik daripada ia mengaku perasaan nya pada laki-laki yang sudah menyukai wanita lain..
Mendengar jawaban dari Nabila yang tak sesuai dengan apa yang ia inginkan itu entah kenapa ia merasa sedikit kecewa saat ini pada sosok wanita itu.
"Benar juga, Aksa kan sepupu Lo dan Aksa juga yang paling menonjol di antara kami jadi emang lebih pantas nya sih kalau Lo menyukai Aksa." Ucap Riko sambil tersenyum singkat dan setelah itu ia kembali fokus pada kemudi nya. Tak ada lagi pembahasan yang diucapkan oleh kedua orang itu lagi.
Perjalanan itu kini benar-benar terasa sangat hening sekali karena tak ada yang membuka obrolan lagi.