アプリをダウンロード
28.45% Love Story: Finding A True Love / Chapter 35: Jangan Bermain Api

章 35: Jangan Bermain Api

Keesokan harinya, demam Ditya belum juga turun. Akhirnya, setelah dibujuk oleh teman-temannya, Ditya memutuskan untuk tidak ke kampus hari ini.

Sementara itu, di Jurusan Ilmu Komunikasi, Putra dan Desta baru saja keluar dari kelas Komunikasi Massa dan Media. Lalu mereka pergi menuju KOPMA untuk membeli camilan sambil menunggu kelas berikutnya.

Setelah membeli beberapa makanan dan minuman, mereka duduk di salah satu taman yang ada di kampus. Disini cukup teduh karena begitu banyak pohon besar nan rindang di sekitar taman, mengingat usia kampus ini sudah sangat tua. Di sekitar taman ada beberapa tempat duduk dan area Wi-Fi, sehingga mahasiswa bisa mengakses internet disini.

Ketika Desta dan Putra sedang makan camilan, mereka melihat Niar, Yuni, Anisa dan Triana melewati jalan yang ada diseberang mereka.

"Des, bukannya itu teman-temannya Ditya ya?" tanya Putra.

"Iya. Kok, Ditya nggak ada? Kemana ya, dia?" tanya Desta begitu dia menyadari ketidakhadiran Ditya.

"Apa mungkin dia masih sakit, ya?" tanya Putra.

"Darimana kamu tahu dia sakit?"

'Duh, kan, nggak mungkin aku cerita kalau kemarin aku mengantar Ditya pulang ke kontrakannya. Nanti Desta cerita sama Levia lagi." kata Putra dalam hati.

"Hmm. . . kan kemarin waktu di bis Niar bilang kalau Ditya badannya panas. Masa kamu lupa, sih?" tanya Putra sambil tertawa.

"Oh, iya, benar juga ya." kata Desta saat mengingat hal itu. "Bagaimana hubungan kamu dengan Levia?" tanya Desta mengubah topik pembicaraan.

"Baik-baik aja, kok."

"Apa dia masih menghindar dari kamu, Put?"

"Nggak. Kemarin kami baru aja jalan bareng." kata Putra santai.

"Oh ya, kapan?"

"Sepulang dari acara kemarin dia menghubungi aku. Dia minta aku mengantarnya mencari beberapa referensi untuk tugas Pak Handoko. Jadi sorenya kami ketemuan lalu pulangnya kami makan malam bersama." jelas Putra.

"Baguslah. Kalau begitu kamu harus jaga baik-baik hubungan kalian. Jangan bermain api dengan mendekati wanita lain." kata Desta sambil memakan keripik kentang.

"Apa maksud kamu? tanya Putra.

"Aku tahu kalau kamu sebenarnya mengerti maksud perkataanku. Jauhi Ditya, jangan melibatkan dia dalam hubungan kamu dan Levia." kata Desta, "Kamu harusnya bisa belajar dari pengalaman sebelumnya ketika hubungan kamu dan Syahira harus putus di tengah jalan karena kehadiran Levia."

"Ditya?" tanya Putra dengan ekspresi terkejut, "Jangan bilang kalau kamu berpikir aku suka sama Ditya?!"

"Entahlah." kata Desta singkat.

"Ya ampun Desta! Bagaimana kamu bisa berpikiran seperti itu. Kamu kan, tahu selera aku seperti apa." kata Putra sambil tertawa.

"Lalu kenapa kamu terus mengganggu Ditya?" tanya Desta.

"Itu karena dia bersikap menyebalkan."

"Bahkan saat Ditya diam pun kamu selalu berusaha menyulitkannya." kata Desta tidak mau mengalah.

"Apa kamu tidak menyadari betapa menyebalkannya dia di hadapan aku? Dia selalu bersikap baik di hadapan kamu tapi sebaliknya. Dia selalu bersikap kasar di hadapan aku dan tidak sopan." jelas Putra berusaha meluruskan kesalahpahaman Desta, "Ketika semua junior bersikap manis kepadaku, hanya dia yang bersikap dingin dan selalu mencari masalah denganku."

"Itu artinya Ditya memiliki mata yang jernih yang mampu melihat diri kamu yang sebenarnya." tawa Desta.

"Wah, ngajak ribut nih orang." kata Putra sambil tertawa.

"Ya, semoga aja apa yang kamu katakan ini benar." kata Desta dengan tenang walaupun sebenarnya dia masih menyimpan kecurigaan terhadap Putra.

Putra hanya tersenyum menanggapi perkataan Desta.

--------------------------------

Suhu badan Ditya masih cukup panas. Tadi pagi dia sudah mencoba makan sesuatu tapi yang ada malah perutnya terasa mual sehingga dia harus memuntahkan kembali makanan yang sudah masuk.

Tepat pada saat itu Randy menelepon Ditya dan mengetahui keadaan Ditya yang sedang sakit. Kira-kira 30 menit kemudian, Randy datang dengan membawakan bubur buatan neneknya.

Ketika Randy tiba di depan kontrakan Ditya, dia meneleponnya.

📞 Halo, Dit. Aku ada di depan kontrakan kamu, nih. Pintunya dikunci, nggak?

📞 Kakak di depan rumah?

📞 Iya, aku bawa bubur buatan nenek untuk kamu.

📞 Ok, aku ke depan sekarang, soalnya pintunya tadi aku kunci.

Ditya langsung bergegas menuju pintu depan dan membukakan pintu untuk Randy. Randy masuk ke dalam rumah mengikuti Ditya.

"Kamu udah makan belum?" tanya Randy.

"Udah kak, tapi keluar lagi. Perut aku mual banget."

"Apa kamu mau aku antar ke dokter?" tanya Randy khawatir.

"Nggak usah kak. Aku minum Paracetamol aja untuk menurunkan demamnya. Nanti juga sembuh." kata Ditya.

"Kalau kamu nggak mau ke dokter, kamu harus makan, ya. Nenek sengaja buatkan kamu bubur begitu aku bilang kamu sedang sakit."

"Tuh, kan. Lagi-lagi aku membuat nenek repot." kata Ditya sedih.

"Nenek nggak merasa seperti itu kok. Dia kan, sayang sama kamu seperti sayang kepada cucunya sendiri. Jadi kamu harus makan bubur yang dibuat oleh nenek ya!" bujuk Randy.

"Iya, deh. Kalau begitu kakak tunggu sebentar ya disini. Aku mau ambil sendok."

"Eittss.. Kamu tunggu aja disini biar aku yang ambil sendok." Randy pergi ke dapur dan kembali dengan membawa sendok. "Sekarang kamu bersandar aja di kursi. Biar aku yang suapi kamu makan."

"Nggak perlu kak. Aku bisa makan sendiri, kok." kata Ditya merasa canggung.

"Udah kamu nurut aja. Pasien itu harus dirawat dengan baik. Ayo sekarang buka mulut kamu." kata Randy sambil menyendokkan bubur ke mulut Ditya. Akhirnya dengan ragu-ragu, Ditya membuka mulutnya dan memakan bubur itu.

Randy merasa senang karena bisa merawat Ditya saat dia sedang sakit seperti ini. Dan itu membuatnya tersenyum.

"Bagaimana rasa buburnya? Enak?" tanya Randy.

"Enak kak. Masakan nenek kan selalu enak karena dibuat dengan cinta." Ditya tertawa.

"Dan kamu juga disuapi dengan penuh cinta." kata Randy, "Jadi rasa buburnya jauh lebih enak lagi."


next chapter

章 36: Jangan Bermain Api (2)

"Uhuk . . . Uhuk . . ." Ditya tersedak mendengar perkataan Randy.

Randy dengan sigap mengambilkan segelas air untuknya. "Minum dulu, Dit, pelan-pelan."

Ditya meminum air yang diberikan oleh Randy, lalu dia berkata "You know what, brother? If you said like this to another girl, I'm absolutely sure that she would misunderstood and think you are falling in love with her." tawa Ditya.

"Is that your thought?" tanya Randy.

Ditya mengangguk, "He'em . . . But you're lucky it is me. So, I know better that you're just kidding me."

Randy tersenyum, 'Just a kidding? Aku sendiri bahkan tidak tahu apakah ini hanya sebuah lelucon atau perasaan ku yang sebenarnya.'

"Tapi, Kak . . ." lanjut Ditya, " . . . jangan pernah mengatakan hal itu kepada perempuan lain kalau kakak nggak benar-benar mencintai dia. Karena akan menyakitkan bagi dia kalau dia mengetahui kenyataannya."

"Ok, adikku sayang." kata Randy sambil menepuk-nepuk kepala Ditya. "Aku rasa kamu hanya takut kehilangan aku kalau sampai itu terjadi." tawa Randy.

"Ya ampun, Kak. Sejak kapan kakak jadi over-confident seperti ini?" Ditya tertawa terbahak-bahak. Randy yang dia kenal adalah seseorang yang cool dan tidak pernah memuji dirinya sendiri. Karena tanpa itupun semua orang sudah tau bahwa dia itu tampan, pintar dan sangat mengagumkan.

"Ya udah, lanjutin lagi makannya." kata Randy.

-------------------------------------------------

-- Di Jurusan Ilmu Komunikasi --

Di dalam kelas, Levia terlihat sedang menerima telepon dari seseorang.

📞 Halo . . .

📞 Hei, Lev. Kamu masih di kampus?

📞 Iya nih. Kamu lagi di mana?

📞 Aku lagi kumpul sama teman-teman. Nanti malam kita jadi nonton kan?

📞 Jadi dong. Aku kangen kamu.

📞 Aku juga kangen kamu, Lev.

📞 Ok, sampai ketemu nanti ya. Sebentar lagi dosen aku datang.

Levia menutup teleponnya sambil tersenyum. Tanpa dia sadari, Putra masuk ke dalam kelas dan melihat ekspresi Levia saat menutup telepon.

"Kamu nelepon siapa?" tanya Putra curiga.

"Bukan siapa-siapa, kok. Cuma teman aja." jawab Levia kaget.

"Kamu kelihatannya senang sekali. Ada apa?"

"Aku mau kumpul sama teman-teman SMA aku. Ada yang ulang tahun, katanya dia mau traktir. Jadi aku senang akhirnya bisa kumpul lagi sama mereka." Levia berbohong.

"Oh, begitu. Teman kamu perempuan semua? Ada laki-lakinya?"

"Memangnya kenapa, sih, Put? Kenapa kalau aku pergi dengan laki-laki?" tanya Levia kesal.

"Nggak kenapa-kenapa. Aku kan cuma tanya." kata Putra. "Oh ya, nanti malam kamu mau nonton film nggak? Tadi aku searching di website ada film bagus."

"Bagaimana kalau lain kali?" tanya Levia. "Besok mungkin. Malam ini aku mau bantu teman kosan aku. Katanya dia ada tugas kuliah."

"Oh, ok." jawab Putra kecewa.

"Kamu nggak marah, kan?" tanya Levia manja sambil merangkul tangan Putra.

"Nggak kok, sayang." kata Putra sambil memegang tangan Levia.

-- Di Kontrakan Ditya --

Setelah Ditya selesai makan bubur, Randy membawa wadah kotor ke dapur.

"Kak, biar aku aja yang bawa ke dapur" Ditya langsung bangkit dari tempat duduk dan menyusul Randy.

"Udah kamu duduk aja biar aku yang cuci. Kan, aku udah bilang hari ini aku akan merawat kamu sampai teman-teman kamu datang."

"Kak, kalau cuma cuci piring aku juga bisa." kata Ditya sambil mencoba merebut mangkok dari tangan Randy.

Tapi Randy memegang piring itu dengan kencang. Lalu dia berkata, "Kalau kamu mau bantu aku, kamu temani aku aja di dapur. Biar aku ada teman ngobrol."

"Ok." kata Ditya setuju.

Randy dan Ditya pergi ke dapur. Ditya menarik kursi dan duduk di samping Randy yang sedang mencuci piring.

"Kak, terimakasih ya." kata Ditya.

"Untuk apa?"

"Karena udah merawat aku selama ini. Kakak selalu perhatian sama aku." kata Ditya.

Randy berhenti sejenak dan menatap Ditya sambil tersenyum.

Ditya menjadi salah tingkah karena sikap Randy. Bagaimanapun Randy adalah seorang laki-laki dewasa yang memiliki wajah tampan dan senyum yang manis. Dan siapapun yang melihatnya seperti ini pasti akan jadi salah tingkah.

"Kenapa kakak melihatku seperti itu?" tanya Ditya.

"Kamu masih demam ya?" tanya Randy sambil memegang kening Ditya. Ditya menggelengkan kepala. "Kenapa kamu jadi melankolis seperti ini?" tawa Randy.

"Ahh.. kakak!" rengek Ditya, "Aku serius."

"Kadang aku membayang kalau seandainya kakak memiliki adik, apakah kakak masih bersikap seperti ini kepadaku?" tanyanya sedih.

Randy meletakkan piring bersih ke rak piring dan mengeringkan tangannya dengan serbet. Dia lalu menarik kursi yang satu lagi dan duduk dihadapan Ditya.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" tanya Randy.

"Entahlah, Kak. Aku sendiri bingung. Tapi setiap kali kakak bersikap baik sama aku, aku berpikir sampai kapan kakak akan bersikap seperti ini. Apakah suatu hari nanti kakak akan berhenti memperhatikan aku."

Randy mendengarkan dengan seksama. Ditya terlihat serius dengan setiap kata yang dia ucapkan.

"Mungkin karena aku udah terbiasa dengan semua perhatian yang kakak berikan. Jadi aku takut suatu hari akan kehilangan itu semua." kata Ditya. "Sepertinya aku udah bergantung pada kakak." Ditya sedikit tertawa.

Setiap kata yang diucapkan oleh Ditya membuat Randy senang dan tersenyum sendiri. "Walaupun aku punya adik, aku akan tetap bersikap seperti ini sama kamu. Dan sampai kapanpun, kamu akan menjadi salah satu orang yang paling berharga untuk aku. Jadi kamu nggak usah khawatir."


Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C35
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank 200+ パワーランキング
    Stone 0 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン

    tip 段落コメント

    段落コメント機能がWebに登場!任意の段落の上にマウスを移動し、アイコンをクリックしてコメントを追加します。

    また、[設定]でいつでもオフ/オンにすることができます。

    手に入れました