"Kak, aku suka sama Kakak." ucap Sammy serius.
Sejenak, semilir angin semakin terasa, terasa menusuk tubuh. Semua hening, hanya suara angin yang mereka dengar. Suaranya terdengar lebih keras dan terasa.
Ara menatap wajah Sammy, wajah yang sangat serius, dan terlihat tulus. Wajah, yang sepertinya baru pertama kali Ara lihat.
"Sam?" ucap Ara lirih. "Lu tahu kan? apa yang bakal gue ucapin."
Sammy langsung menatap jauh kerlip pemukiman lagi, ia menghisap sebatang rokoknya, lalu tersenyum dan mengucapkan sebuah kalimat. "Aku, gak ada kesempatan ya, Kak?"
"Gue gak tahu, Sam. Gue hanya belum tahu harus mengatakan, apa." ucap Ara merasa serba salah.
"Yaudah, gak usah terlalu Kakak pikirin! Anggap aja, aku belum menyatakan apa-apa ke Kakak." Sammy mencoba terlihat baik-baik saja, padahal, ia merasakan sesuatu hal, yang hanya dia, dan Tuhan yang tahu.
"Maafin gue, Sam?" lirih Ara.