"Berat... rasanya berat sekali, andai saja aku bisa merubuhkan diriku disini... kenapa ini semua terjadi... tidak bisa kah hidupku tenang walau hanya sekali saja?"
"Maaf kak, kakak hanya boleh sampai sini, sisanya serahkan kepada kami, nanti akan kami infokan lagi keadaan keluarga kakak, kakak masuk ke ruangan sebelah saja untuk di urus dulu itu luka tangannya"
Aki berbelok ke ruangan yang ditunjuk kan perawat tersebut, disana ada beberapa perawat yang kaget saat melihat keadaan Aki yang acak-acakan, darah yang menapak di baju dan juga kulit yang melepuh di lengan kirinya Aki, ditambah Aki sudah tidak bisa berekspresi banyak, tatapan nya seolah-olah kosong, membuat dia nampak seperti mayat hidup berjalan menuju ruangan tersebut.
Segera perawat disitu mengurusi luka-luka Aki, memberikannya alkohol, obat oles dan juga perban untuk mengurangi infeksi pada kulit yang terbuka akibat luka bakar, Aki hanya terdiam mematung saat itu, dia hanya meringis sedikit kesakitan saat alkoholnya mengucur di kulitnya, dia sudah tidak berpikir apa-apa lagi selain keselamatan Vio dan keluarganya
Setelah beberapa menit menunggu dan mengurus administrasi, dokter keluar dari ruangan dan mendekati Aki...
"Dengan kak Aki ya?"
"Iya pak, bagaimana keadaan Om, Tante sama Vio pak?, baik-baik saja bukan?"
Dokter sedikit menghela nafas, dan memegang pundak Aki, lalu dia lanjut menjelaskan keadaan nya
"Kamu tenang dulu bentar yah... sebelumnya saya meminta maaf..."
Air mata Aki kembali berjatuhan, dia tidak percaya semua hal ini terjadi begitu cepat di depan matanya sungguh benar-benar tidak terduga, Aki menahan tangis nya dan mempersilahkan dokter untuk melanjutkan informasi detailnya
"Saya akan menjelaskan dulu keadaan tante nya ini, dia mengalami pendarahan di bagian otak, mungkin karena benturan yang cukup keras membuat tengkorak kepala sebelah kirinya retak, ditambah kemungkinan guncangan yang berat membuat nyawanya tak terselamatkan, tercatat beliau meninggal sekitar jam 19:48 tadi dan dia sempat siuman sebentar dan menyampaikan pesan ini untuk laki-laki bertubuh besar, yang mungkin itu ditujukan untuk kamu, jadi kami mencatat pesannya di kertas kecil ini dan silahkan kakak terima", dokter berbicara sambil memberikan catatan kecil kepada Aki
"Selanjutnya untuk keadaan paman, beliau menghembuskan napasnya tepat di jam 20:00, tekanan oksigen menuju paru-paru terus menurun karena ada penyempitan di beberapa pembuluh darah, lagi-lagi ini semua karena benturan yang cukup keras, ditambah lagi beberapa tulang di dada mengalami keretakan, membuat pergerakan dari paru-paru cukup terhambat", kata dokter
"Kami benar-benar meminta maaf atas keterlambatan bantuan rumah sakit, andai saja kami bisa mengirim ambulance lebih cepat kesana, mungkin ini semua tidak akan terjadi, kami sungguh meminta maaf dan juga kami disini sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan korban..., lanjut dokter tersebut
"Tapi bagaimana dengan Vio dok, bagaimana kondisinya?", Aki bertanya
"Ahh iya perempuan yang ini... sedikit kabar lega untuk kakak, dia berhasil di selamatkan namun kondisi nya saat ini sedang masa kritis sekarang dia sedang kita awasi dan mendapatkan perawatan yang ekstra agar keselamatan nya terjamin, rencana nya kita sekarang akan melakukan rujukan untuk dipindahkan ke rumah sakit ibu kota di karena kan keterbatasan alat disini, nanti disana dia akan di rontgen untuk di cek bagian tulang rusuk nya, kakak bersedia untuk menemani nya?"
"Sedia dok, akan kulakukan apapun yang penting dia selamat, katakan saja dokter butuh apa, urusan administrasi dan keuangan biar saya yang atur... yang penting dia selamat, juga untuk orang tua nya Vio bisakah saya menemuinya untuk yang terakhir kalinya?", muka Aki sedikit bangkit lagi saat menerima informasi tersebut, masih ada harapan walaupun kecil, dia harus menyelesaikan semuanya, menyelamatkan nya dan menjamin kehidupan nya sampai akhir hayat nya
"Boleh boleh, anda bisa menemui mereka, jenazahnya sudah kita urus silahkan ke ruangan ini"
Aki mengikuti dokter tersebut untuk menemui kedua jenazah orang tuanya Vio, rasa sesak yang memenuhi dadanya Vio tak terbendung lagi saat melihat keduanya sudah dibalut kain kafan, Aki duduk diantara keduanya...
"Om... Tantee... Maafkan aku tidak bisa menyelamatkan kalian... disaat-saat terakhir kita bercanda ria terasa hangat bagiku, senyuman kalian sangatlah berarti bagiku, bahkan aku berharap bisa tinggal dengan kalian, dengan Vio bersama-sama, membangun keluarga yang harmonis.... namun....", Aki terhenti karena tangisan nya tidak terbendung lagi
"Namun semua nya sudah ada di garis takdir... maafkan aku jika mempunyai banyak kesalahan kepada kalian, maafkan aku yang tidak bisa menyelamatkan kalian..... namun aku berjanji Om, Tante... aku akan menjaga Vio segenap hidupku, takkan ku biarkan menangis lagi... sebisa mungkin akan ku buat dia bahagia sama seperti yang kalian lakukan kepadanya... walaupun sosok orang seperti ku tetap tidak bisa menggantikan orang tua... tapi aku akan berusaha... semoga kalian tenang di alam sana, akan ku doakan kalian selalu, akan ku rangkul semuanya walaupun rasa nya berat.... maafkan aku Ayah... Ibu..."
Aki duduk cukup lama dan akhirnya berdiri kembali, dokter memberi elusan di pundak nya Aki untuk memberikan rasa hangat dibalik kesedihan nya Aki, setelah itu Aki mulai mengurusi administrasi rujukan, pemakaman orang tua Vio dan segala biaya perawatan nya
Dikarenakan kondisi Vio masih belum stabil maka perujukannya di tunda sesaat dan harus diangkut oleh mobil, akhirnya Aki menunggu diluar sekalian memberitahukan Adrian tentang kondisi semua nya, Aki berjalan ke parkiran mencari mobil nya dan akhirnya ketemu, mobil berwarna merah mengkilap di tengah gelapnya malam, pintu-pintu mobil nya terbuka semua namun dia tidak melihat keberadaan Adrian disitu, lalu dia mendekati mobil nya, dan alangkah terkejut nya dia melihat Adrian telah tertidur pulas di belakang bumper mobil, Aki hanya tersenyum melihat sahabatnya yang terlihat letih tersebut tertidur sangat pulas, Aki mendekati dan duduk di sebelah Adrian
"Adrian... makasih banyak loh.... aku ngga tau lagi harus berbuat apa kalau ngga ada kamu.... hari ini terasa kacau emosi ku pun ikut kacau berantakan... maafkan aku yang membentak mu tadi... aku.... aku panik dan tidak tau harus berkata apa lagi... rasanya hidupku sekarang kacau.... rencana masa depan yang sudah kubangun ini rasanya runtuh seketika.... mungkin kalau tidak ada kamu entah bakal bagaimana kondisi mental ku saat ini... makasih banyak yaa Adrian...."
Aki berbicara kecil kepada Adrian, walaupun dia tau kalau Adrian sedang tertidur pulas dan tidak akan mungkin mendengar curhatan nya...
"Setidaknya sampai saat ini aku masih harus menjaga nya... sebuah berlian kecil yang sekarang sudah pecah... aku harus menjaga berlian itu sampai akhir hayat ku, menyusun kembali dan merangkul nya agar tidak pecah lagi.... Vio....", lanjut Aki
Aki bergumam sendiri dan merenungkan semuanya sambil menatap langit... langit yang gelap gulita disertai dengan hembusan angin dingin yang menusuk badan nya, walaupun begitu di tengah-tengah langit yang gelap tersebut terdapat cahaya kecil, cahaya yang berkelap-kelip kecil nan indah menemani gelapnya langit malam, setitik cahaya yang mengajarkan Aki untuk tetap maju walaupun rintangan dan sekitarnya nya sangatlah gelap gulita, percaya bahwa semua nya akan baik-baik saja...
Waktu telah menunjukan pukul setengah 11 malam, badan Aki yang sudah lemas itu tidak bisa berbohong, tubuhnya serasa ingin runtuh seperti Adrian, tapi perutnya juga sudah mulai bergema karena sedari tadi Aki hanya memakan cemilan kacang di kantin kampus, lantas Aki berdiri dan membangunkan Adrian untuk mencari makan bersama di minimarket terdekat.
.....
...
..
.
"Akuu pesan mie kari satu.. Aaa..aki mau apa?", ujar Adrian saat memesan makanan
"Samakan saja... aku lapar.... nihh uang nya...", Aki menyodorkan uang untuk membayar pesanan nya
"Ehhh eee nn-ngga uusah Akki, bayar nyaa bb-biar sama aku aja...", Adrian menolak uang yang diberikan Aki
"Serius???, makasih banyak Adrian, yaudah aku tunggu di meja..."
Suara Aki yang sudah melemah dan jalan nya yang sudah gontai membuat Adrian cemas mengkhawatirkan kondisi Aki, lantas dia berinisiatif untuk membelikan nya Onigiri sebagai tambahan mie nya dan juga obat vitamin untuk membuat Aki sedikit bugar kembali, atau setidaknya mencegah agar Aki tidak jatuh sakit parah di kemudian hari.
"Akii.... iii-ini aaku beliin onigiri ss-sama obat, nanti di minum ya... Aaa-aku ngga mmm-mau kau sakit", ujar Adrian sambil menyodorkan makanan nya
"Ehh... padahal ngga perlu repot-repot, tenang aja kok aku gak bakalan sakit"
"Gkk papa dd-dimakan aja..."
Lalu mereka pun berdua memakan makanan yang baru saja mereka pesan, di sela-sela makan Aki pun mulai menceritakan semua keadaan yang keluarga Vio kepada Adrian, Adrian yg mendengar nya pun tertegun, ia juga turut belasungkawa atas kematian orang tuanya Vio...
"Vio... Kasian ya.... Kita harus bantu apa?", Ujar Adrian
"Untuk sementara aku akan mengurus perawatan nya terlebih dahulu sampai dia bisa pulih kembali, mungkin kedepannya kau dan juga Reina bisa bantu aku untuk membuat Vio ceria kembali, walaupun....", Aki terdiam sejenak
"Walaupun bb-berat bukan?", Sambung Adrian
"Ya.... pastinya Vio tidak bisa kembali cerah secepat dan semudah itu, tapi aku mohon bantuan kalian....", Aki tertunduk suara nya melemah dan berharap untuk meminta pertolongan kepada teman dekat nya itu
"Tenang saja Aki kk-kita sebagai ttt-teman bakal ngedukung kk-kamu dan Vvv-Vio kok, jj-jadi ngga usah segan-segan... Nnn-nanti ku ceritakan tentang hal ini kk-ke Reina, aku yyakin dd-dia pasti akan menolong kita terutama dia sahabatnya Vio...."
Mendengar hal itu, Aki cukup merasakan lega, tidak disangka kehadiran teman-teman dekat nya itu membuat Aki semakin semangat untuk menjalani cobaan ini, setidaknya dia bisa bangkit dibantu juga dengan dorongan oleh teman dekatnya itu
"Jjj-jadi buat sekarang.... Kk-kita nunggu ambulance datang?..."
"Yaa sekitar 30 menit lagi ambulance dari rumah sakit di ibu kota datang, nanti Vio dipindahkan pakai ambulance itu, kita ikut mereka dari belakang saja, kau bisa kan malam ini nemenin aku?", Tanya Aki
"Ohh bb-bisa kok bbisa, aaa-ayah ku lagi di luar kota 1 minggu ii-ini jj-jadi aku bisa nemenin kamu sampai hari jumat nanti", Jawab Adrian
"Yoshh makasih banyak ya Adrian udah nolong-nolong banyak dari tadi,aku jadi berhutang budi sama kamu"
"Haa ggkkk gak apa apa kok Aaa-Aki... Ngg-ngga usah di pikirin"
Hembusan angin malam yang dingin menerpa mereka berdua, keadaan yang kurang mengenakan pun masih menghantui mereka, namun harapan yang masih timbul bagaikan cahaya bintang di tengah langit malam membuat mereka berdua saling rangkul untuk selalu bersama, kapan pun, dimana pun, bahkan di kondisi yang buruk sekalipun....
"Kita akan selalu bersama... Bahkan sampai maut memisahkan..."
(To be continued)
— 次の章はもうすぐ掲載する — レビューを書く