Angga yang sepakat dengan Zuki menganggukkan kepalanya, kali ini akan kena. Aku yakin dia orang suruhan pembunuh itu pikir Angga dalam hati. Zuki menepuk pelan pundak Angga dan meminta temannya itu memberikan pendapat.
"Kita harus jebak dia, nanti malam kita pura-pura keluar dan kita akan lihat apakah dia akan ikuti kita," bisik Angga agar tidak ada yang dengar.
"Kamu mau jebak dia di mana?" tanya Zuki yang sedikit takut kalau ke hutan itu.
Nena dan lainnya merapat ke arah Angga. Zuki yang melihat dia merapat ke arahnya menghela nafas panjang. Dia melihat rekannya dan Nena yang mendekatkan kupingnya ke wajahnya.
"Kamu mau bersihkan telinga ya?" tanya Zuki pada Nena.
"Bukan mau bersihkan telinga, tapi aku mau dengar rencana kalian, aku boleh ikut ya?" tanya Nena dengan mata pupil eyes.
Zuki mencibir apa yang dikatakan oleh Nena, dia tidak menyangka kalau cewek satu ini ingin ikut juga. Zuki melihat ke arah Angga lagi, dia ingin Angga melanjutkan apa yang tadi angga katakan.
"Baik, kalian ikut tapi jangan buat kegaduhan!" bisik Angga pelan takut pak Kades dengar.
"Saya tidak akan buat kegaduhan, saya mau tahu siapa yang membunuh warga saya," ucap pak Mahmud dengan suara pelan.
Angga dan yang lainnya kaget, karena pak Kades sudah di belakang mereka. Zuki yang kaget berteriak kencang di telinga pak Kades. Pak Kades yang kaget menyumpal mulut Zuki dengan pisang goreng.
"Aaaaa!" teriak Zuki.
"Jangan teriak kamu, nanti rencana pak Komandan gagal." ucap pak Kades tanpa dosa.
"Terus kan nak Komandan," sambung pak Kades.
Angga hanya menghela nafas panjang karena apa yang dikatakan oleh pak Kades luar biasa. Angga menatap ke arah rekannya dan pak Kades yang menunggu idenya. Akhirnya Angga menceritakan apa yang ada di pikirannya.
"Jadi, kita harus pancing dia, ke hutan sana, terus dia akan ikut kita tuh, nah baru kita tangkap dan tanya apa motif dia mengikuti kita, apa karena dia keluarga korban tapi tidak mungkin dan apa dia suruhan pembunuh kan kita tidak tahu, jadi nanti malam kita pancing dia kalian setuju?" tanya Angga pada yang lainnya.
Zuki melihat yang lain dan meminta pendapat yang lain apakah setuju atau tidak. Semua terdiam dan tidak ada yang mau menjawab.
"Aku setuju, karena aku tahu cara ini yang bisa membuat kita mengetahui siapa pembunuh itu, dengan begitu kita bisa cepat menyelesaikan kasus ini," ujar Nena yang memberikan pendapatnya.
"Iya benar, aku rasa seperti itu juga, semakin cepat kita tahu, semakin cepat pula kita bisa mengungkap kasus ini. dan hari yang pas kita nanti malam," ucap Zuki lagi.
Pak Kades mengacungkan jempolnya dan tersenyum ke arah Angga. Angga pun menganggukkan kepalanya. Angga akhirnya lega karena dia bisa segera mencari tahu siapa pembunuh itu dan motif pelaku sebenarnya apa.
Malam mulai menjelang, suasana di rumah pak Kades sepi, sunyi dan membuat penghuni di rumah pak Kades sepi. Pak kades duduk di kursi dan melihat ke arah luar dengan mengintip.
"Apa ada orang pak di sana?" tanya Angga yang berbisik.
Pak kades geleng kepala. "mungkin dia tahu kita mau pancing dia, makanya dia tidak datang. dan kenapa hari ini suasananya sedikit serem ya dan saya merasa rumah saya ini angker," ucap pak Kades.
Angga membolakan matanya, kenapa bisa pak Kades mengatakan seperti itu. "pak, ini rumah bapak, kenapa mengatakan hal itu pada rumah sendiri pak, bisa-bisanya rumah sendiri dikatakan seram, aneh," cicit Angga.
Pak Kades mengusap lehernya seperti ada yang meniup dan angin menerpa lehernya. Angga menoleh ke belakang, Zuki sedang menjahili pak Kades atau pak Mahmud dari belakang di susul Bobo, Boni, Bono yang duduk di samping pak Kades.
"Dia sepertinya di ujung sana komandan, apa kita bergerak sekarang?" tanya Bono.
"Jangan gerak aja, ini kenapa leher saya dingin seperti ditiup hantu gitu! apa ada hantu di rumah saya?" tanya pak kades.
"Hantunya si Zuki pak, lihat itu." Nena keluar dari kamar dan melihat Zuki meniup leher pak Kades bagian belakang alias tengkuknya pak Kades.
Pak kades berbalik dan mendengus kesal, dia sudah ketakutan malah di kerjain sama ini orang. Zuki terkikik karena aksinya ketahuan. Angga hanya geleng kepala melihat kelakuan Zuki.
"Ayo kita pergi sekarang, kalian siap kan?" tanya Angga.
Pak kades dan yang lainnya siap untuk menjebak pengintip yang masih belum menyerah dan pergi dari sana. Nena masuk ke kamar untuk mengambil ponsel untuk merekam apa yang pengintip itu katakan nanti.
Ceklekk!
Nena kaget karena saat masuk kamar dan melihat ada Darsimah di dalam kamar dengan pakaian yang sangat cantik. Nena terkesima dan terpaku. Darsimah melambaikan tangan ke arah Nena. Nena bak orang yang sedang di hipnotis oleh penjahat. Dia berjalan ke arah Darsimah dengan pelan, Darsimah menghembuskan nafas ke arah Nena dan seketika nena langsung pingsan tidak berdaya.
"Tidurlah sayang, aku akan selesaikan urusanku," ujar darsimah yang langsung menyembunyikan Nena agar tidak ketahuan.
Darsimah langsung ke luar dan menemui Angga yang menunggunya. Darsimah langsung berubah menjadi Nena dan ikut bersama Angga. Mereka tidak naik mobil, melainkan naik motor. Ada tiga motor di rumah pak Kades, Nena dan Angga berdua, pak kades dan Zuki sedangkan Boni, Bono dan Bobo bertiga goncengan.
"Kalian siap, kalau begitu kita pergi sekarang, jangan ada yang berpencar ya," ucap Angga.
Angga langsung meninggalkan rumah dan menuju lokasi kejadian, Angga berdoa dalam hati tidak bertemu dengan Darsimah jika bertemu maka habis lah rencana mereka. Sampai di lokasi, Angga mendengar suara gamelan Angga mulai resah dia tidak mau bertemu dengan Darsimah tapi, pak Kades mengerem mendadak, dia menelan salivanya dan menunjuk ke arah boncengan Angga.
"Itu bukannya Darsimah?" tanya pak kades kepada Zuki.
Zuki dan yang lainnya memandang ke arah Angga dan benar saja itu Darsimah. Darsimah sudah berubah menjadi dirinya sendiri dan pengintip itu kaget. Darsimah langsung ke arah pria yang mengikuti mereka. Darsimah terbang dengan cepat ke orang yang mengikuti Angga.
"Mau kemana kang, ayo menari dengan aku saja, tidak perlu bayar!" seringai Darsimah membuat pria tersebut kalang kabut dia keluar dari mobil dan berlari namun, Darsimah langsung menariknya dan membawa dia ke dalam hutan.
Angga menghentikan laju motornya dan berlari mengejar Darsimah, dia tidak mau pria itu menjadi korban Darsimah. Jeritan pria itu membuat yang lainnya terpaku, tidak ada yang berani mengikuti Angga.
"Darsimah semakin kejam, aku takut nanti kalau dia membunuh pria itu. Apa yang akan kita lakukan pak Kades?" tanya Zuki yang masih betah duduk di boncengan.