Aarun masih termenung di taman itu merapati nasibnya, ia membantingkan dirinya dengan sahabatnya sendiri.
Bagaimana Ardo dan keluarganya yang begitu harmonis, Ardo punya harta yang cukup, punya keluarga yang saling mencintai dan sayang padanya, bagaimana ia yang sangat optimis dan punya masa depan cerah.
Sedangkan dirinya hanyalah orang miskin yang punya banyak hutang, keluarga terpecah belah, tidak ada keharmonisan di dalamnya dan entahlah jika bicara tentang masa depan Aarun tidak berharap banyak.
Ia memperhatikan seorang perawat dan dokter yang berjalan di koridor rumah sakit, mereka terlihat sangat berwibawa dan mapan, Aarun heran bagaimana bisa orang mengejar impiannya.
Ia menyandarkan punggungnya di kursi kayu bercat putih tersebut, ia menarik napas dan menghembuskannya mencoba untuk menetralkan emosinya.
Matanya menangkap sosok kakak yang selama ini selalu memperhatikannya, Arin baru saja keluar dari UGD tersebut dan Aarun tahu jika pasti ia yang kakaknya cari.