"Mencari dessert, huh?" Peony membuka pembicaraan.
Jacob tersenyum dan sedikit menaikkan pundak nya.
"Kau baik-baik saja?" Jacob memperhatikan mata Peony yang tampak sedikit bengkak.
"Oh ya, seperti yang kau lihat."
Kecanggungan yang menyeluput di sela-sela pembicaraan. Peony sedikit menyesal menyusul Jacob, seharusnya ia tetap dengan ayah nya saja.
Jacob memilih beberapa cookies dan juga roti croissant, lalu meletakkannya dalam keranjang belanja.
"Tak ada yang ingin kau cari?" tanya Jacob.
"Aku ingin lemon cake,"
"Kau mencari lemon cake disini???" Jacob keheranan--mana ada swalayan pedesaan yang menjual lemon cake.
"Tidak, sebenarnya aku datang menghampirimu, berada di sekitar para orang tua agak- kau tahu, sedikit-"
"Yak, membosankan." Sela Jacob sambil tersenyum.
Peony tertawa kecil.
"Jadi kau masih bersama Thyme?"
Peony terkaget, Thyme adalah nama belakang Peter.
"Oh ya, begitulah." Lagi-lagi, dimana-mana hanya ada Peter.
Sejujurnya Peony tidak ingin mendengar Peter dan juga membahas hubungan mereka yang semakin rumit.
Jacob mengangguk dan mengajak Peony untuk kembali ke orang tua mereka.
Terlihat tuan Rue dan juga pasangan tuan dan nyonya Hazel di bagian sayuran.
"Hei Jacob," sapa tuan Rue.
"Hei pak swift," balas Jacob tersenyum.
"Peony, main lah ke perkemahan, aku akan membuatkan mu lemon cake." pinta nyonya Hazel.
"Oh ya, tentu saja nyonya Hazel, aku akan kesana akhir minggu ini." Peony tersenyum.
"Sebenarnya dia baru saja membahas tentang lemon cake," Jacob tersenyum menatap Peony.
Tatapan Jacob terlihat hangat, seperti kegirangan, dan tampak bersemangat. Peony tersenyum menatap Jacob dan memperhatikan lelaki gondrong itu, namun ia hanya merasa bahwa itu adalah kehangatan keluarga.
#
Peony duduk diatas kasur kamarnya. Pandangannya kembali kosong. Ia kembali teringat tentang Peter, terlebih lagi karena Jacob menyinggung soal Peter tadi. Dia ingin menghubungi Peter namun rasa benci dan frustasi nya menghalangi itu.
Dia mengingat wajah Jacob tadi, lelaki indian dengan pipi sedikit memerah. 'Apa Jacob demam?' pikirnya.
Gadis itu mencoba mengingat hal-hal yang pernah ia lakukan bersama Jacob. Hanya, bermain di perkemahan. Entahlah, dia sedikit lupa apa saja yang mereka lakukan dahulu, namun yang pasti, mereka benar-benar dekat dulu.
Dimana letak retak nya hubungan persahabatan yang sangat karib itu ? Ia ingat, itu dimulai sejak SMA, namun hal yang pasti membuat mereka jauh justru Peony tidak tahu akan hal itu. Ia bahkan tidak ingat apa masalahnya.
Setelah mengganti baju, gadis itu berbaring diatas kasur nya, dan memikirkan banyak hal, kejadian hari itu dan juga beberapa kenangan dengan Peter. Jujur saja, ia merindukan Peter.
"Tidur??" terdengar suara tuan Rue dibalik pintu kamar.
"Masuklah ayah." Peony duduk.
"Ku harap malam ini tak ada lagi mimpi buruk," Tuan Rue menatap mata Peony dalam.
"Baiklah, seperti yang ayah minta." Peony tersenyum kecil.
"Ayah, mengapa kau tak bertanya?"
"Maksudmu ? Peter ?" tuan Rue menundukkan kepalanya.
"Ya, dia, dan juga kasus di kampus ku."
"Tentang kasus di kampus mu, maksud ku kejadian itu.. aku tau kau adalah orang yang ceroboh, aku memaklumi itu, lagi pula kau sudah dapat bayarannya dengan skors, melakukan kesalahan itu biasa Peony, tak ada manusia yang tak pernah melakukan kesalahan.. Dan tentang Peter.. Ya, pacarmu.. Aku tidak ingin mengingatkan mu pada dia, ku rasa ini semua karena hubungan kalian yang menyebabkan mu sedikit hilang arah, pasti berat bagimu mendengar namanya.. Kau juga melakukan hal seperti ini saat aku kehilangan ibumu.. Kau tak pernah membahas ibumu didepan ku.. Karena kau tahu, aku sakit saat mengingatnya." tuan Rue tertunduk.
Peony menatap ayah nya yang tertunduk. Ia tahu bahwa tuan Rue adalah ayah yang luar biasa, namun ia baru tahu bahwa ayah nya benar-benar mengerti dirinya.
"Terimakasih ayah." Peony menahan air mata nya.
"Aku pernah membaca suatu quote, mereka bilang bahwa tak apa untuk menjadi tidak baik-baik saja." tuan Rue mendekap putrinya yang sedang menahan tangis itu.
Tak kuasa menahan air matanya, akhirnya gadis itu menangis di pelukan ayah nya, sungguh, sekarang gadis itu benar-benar tidak baik-baik saja.
Pulang kerumah memanglah hal paling tepat yang dirasakan Peony.
Ia yang tersiksa mengingat Peter dan juga kasus yang menimpanya.
— 次の章はもうすぐ掲載する — レビューを書く