Di dalam restoran Alex dan Justin dan tentunya Karin sedang asik memakan makanannya, dan tentunya Alex terus saja memeprihatin Karin.
"Eh, bro biasa aja kali itu mata," sindir Justin kepada Alex
"Apa sih?" Ucap Alex datar.
"Lu dapet dari mana nih makhluk Lex?"
"Iya, kemarinkan saya sudah bilang kalo dapet di depan kantor,"
"Lah kita aku kamu bohongan, ternya bener ya yang kamu bilang, kalo dia lugu dan polos!"
"heeh, tuh lihat saja, cara makannya pun tak ada malu-malunya tuh sama kita," ujar alex
"Hehehe iya-iya pantas saja kamu tak mau memberikannya untuk ku!"
Karin tak mendengarkan omongan mereka berdua atau memang tak mendengar beneran, karena terlalu asik dengan makanannya.
"Karin, mau nambah lagi tidak, tanya Justin?"
"Tidak ka ini sudah cukup, perut Karin udah penuh, jadi gak bisa makan lagi,"
"iya-iya lah penuh, toh porsi untuk 3 orang kamu makan sendiri," sindir Alex
"Iya abisnya sama bapak gak di makan, iya Karin makan aja, kan mubazir tau,"
Justin menanggapinya dengan tersenyum sedangkan Alex iya malam mendelitkan mata.
tiba-tiba tubuh Karin penuh dengan minuman setoberi.
"Ahh, ini apa, ko tiba-tiba ada begini?" ucap Karin sambil berdiri.
"Rasakan, dasar pelakor cupu!" ucap Tasya
"Tasya apa yang kamu lakukan hah?" Alex mendekati Karin dan membantu membersihkan jus itu
"Kamu apa-apaan sih Lex , udah jangan di bantuin, kamu ini di pelet apa sih sama cewe cupu ini, ko bisa-bisanya malah lebih milih dia dari pada aku?"
"Kamu mau tau apa jawabannya, kamu itu jauh lebih buruk dari pada Karin, Karin lebih jauh lebih baik dari pada kamu ngerti kamu!"
"Maaf, Justin aku harus mengantar Karin pulang dulu, maaf mengacaukan makan siang kamu!" Ujar Alex sambil menggendong karin
"Tidak apa-apa, segera lah bawa Karin pulang!"
Alex membawa Karin ke luar dari restoran tersebut dengan menggandeng Karin.
sedangkan Tasya iya malah menjadi pusat tontonan pelanggan restoran tersebut.
"ahhhk sial!" umpat Tasya
"Kenapa sayang, kamu marah iya, duh kasian, sudah lah Alex itu sudah tak mau denganmu, lebih baik kamu denganku saja!" goda Justin.
"Gak, aku gak Sudi sama kamu, awas minggir!" Tasya mendorong bahu Justin dan pergi meninggalkan tempat itu.
Di dalam mobil
"Maafkan perlakuan Tasya kepada kamu, aku tak menyangka jika ia bisa berbuat seperti itu?" Ujar Alex sambil mencoba membersihkan sisa jus.
"Tidak apa-apa ko Lex Karin juga paham," ucap Karin sedih
"Sudah jangan sedih, lebih baik kamu bersihkan rambutmu dengan ini!" Alex memberikan tisu
"Loh-loh ini mau kemana Pak?"
"Mau ke apartemenku dulu, di sana kamu bis berganti pakaian,"
"Tak usah Pak, biarkan Karin berganti pakaian di rumah saja!"
"Ini masih jam kerja ,kalo kamu pulang berarti kamu bolos kerja,"
"Tapi, Karin gak punya baju ganti,"ujar Karin lemah
"Nanti aku suruh orang buat beli,"
seketika Susana hening.
"Alex, boleh Karin bertanya?"
"Tanya lah, apa yang kamu mau tanya kan?"
"Kenapa Alex baik sama Karin, padahal kita kenal baru bebrapa hari, tapi Alex sudah baik sama Karin?"
Alex malah terdiam akan pertanyaan Karin, sebenarnya ia pun tak tau harus menjawab apa.
"Lex, kenapa melamun?"
"Aku pun tak tau kenapa aku bisa cepat akrab denganmu, biasanya aku selalu dingin dan cuek terhadap orang lain, tapi ketika dengannya aku pun tak tau,"
"Tak apa lah, jika memang Alex tak tau jawabannya, yang penting Karin mau berterima kasih, bahwa Alex sudah mau jadi teman Karin setelah ka Maya." ucap Karin sambil menatap mata Alex.
ada getaran-getaran aneh yang Alex rasakan saat menatap mata itu, tapi, Alex tak aku terlalu terbuai oleh keindahan mata karin, ia langsung memutuskan kontak mata tersebut.
"Sudah sampai mati kita naik ke atas!"
"jauh ya lantai nya?"
"Tidak terlalu jauh, hanya ada di lantai 30 saja,"
"Hah 30, Itu jauh sekali, Karin udah gak tahan dingin,"
"Kamu dingin?" Alex membuka zasnya dan memakaikan ke tubuh Karin
"gak usah Pak, nanti jas bapak kotor!"
"Sudah pakai saja, sebentar lagi sampai!"
tring, bunyi life terbuka.
sesekali Alex melihat ke arah Karin yang mengeratkan jasnya.
"Silahkan masuk, Kamu bisa pergi ke kamar itu, di sana ada kamar mandi kamu bisa membersihkan tubuh mu,"
"Terimakasih pak," Karin berjalan ke arah kamar itu
Ting nong Ting nong, bel apartemen di pencet dari luar.
"Siang Pak, ini pakaian yang bapak pesan,"
"Iya terimakasih," Alex mengambil bingkisan itu
Alex menyimpan baju Karin di atas tempat tidur yang ada di kamar tempat Karin mandi.
beberapa saat kemudian Karin keluar dari kamar dengan keadaan fress.
"Pak maksih iya atas tumpangan dan bajunya," ucap Karin sambil tersenyum manis
"Iya sama-sama, ini kamu minum dulu!"
"Apa ini pak?"
"ini minuman teh hangat, biar tubuh kamu hangat,"
"Terimakasih pak," Karin meminum habis minuman nya.
"Ini sudah," Karin mengembalikan cangkir itu. "Ayo kita kembali ke kantor pak!"
"Tidak usah, urusan kantor sudah ada yang mengurus, jadi hari ini kamu di sini saja."
"Tapi kan ini hari pertama Karin kerja sebagai asisten peribadi kamu, ko malah di sini saja?"
"Memangnya kamu tak melihat jika saya ada di sini, jadi kamu harus di sini!"
"heheheh iya-iya pak bos maaf,"
di tempat lain Tasya sedang mengamuk ke pada mamahnya Alex.
"Coba Tante bayangin betapa malunya Tasya tadi pas di restoran Tante,"
"Iya yang sabar iya, Tante juga bingung harus bagaimana menghadapi anak itu, padahal wanita itu tak ada kelebihan apa pun, tapi kenapa malah bisa menggaet Alex?"
"Pokonya aku mau Tante berbuat sesuatu agar Alex aku kembali kepada ku!"
"Iya,Tante janji, kamu tenang saja iya."
"Iya sudah kalo kaya gitu aku pamit pulang dulu, aku tunggu janji Tante!"
Tasya meninggalkan mamahnya Alex.
"Kalo bukan anak dari temanku aku tak mau punya calon menantu seprtinya," ucap mamah alex.
Tasya adalah anak dari orang terpandang dan kaya raya tentunya, kekayaannya sama dengan ke kaayaan keluarga Alex, bahkan ibunya Tasya adalah seorang pemegang bandar arisan ternama di kota itu.
"Hallo jeng, bagai mana kabarnya?" Ujar mamah nya tasya
"Oh iya hallo jeng, iya jeng alhamdulilah kabar saya baik, tumben nih kamu menelfon saya, memang nya ada apa iya jeng?" Mamahnya alex
"Begini, saya harap jeng Sinta bisa memberitahu kan ke anak jeng Sinta agar tidak menyakiti hati anak saya Tasya!"
"Maksudnya jeng Kelin apa iya?"
"Pasti jeng Sinta sudah tau kalo tadi di restoran anak situ sudah mempermalukan anak saya?"
"Oh soal itu, saya minta maaf yang sebesar-besarnya iya jeng, nanti saya akan bicarakan soal ini kepada anak saya,"
Tut Tut panggilan terputus.