Bola mata Jeni tampak basah, bulir beningnya luruh membasahi pipi saat Jefri terus saja menghisap satu-persatu puting merah muda miliknya. Akankah Jefri akan menerobos lubang sempitnya yang masih terasa sakit malam ini?
"Jangan, Mas. Aku mohon Mas." Jeni merintih memohon pada suaminya diiringi suara isak tangis yang terdengar.
"Aku mohon jangan, Mas!"
Kepalanya terlihat memutar ke kanan dan ke kiri, sangat menolak keinginan suaminya.
"Mas jangan, Mas!"
"Jeni! Jen!" Terdengar suara memanggil dari arah luar diiringi ketukan pintu dengan bersamaan.
Jeni membuka kelopak matanya. Suasana kamar tamu kini tak lagi gelap karena cahaya matahari begitu terang menerobos jendela kamar.
Jeni menghela nafas lega sambil mengusap peluh yang terasa basah pada keningnya.
"Huuh! Syukurlah, ternyata cuma mimpi," desisnya berbicara sendiri dengan perasaan lega. Dia tak menyangka kalau rasa takutnya pada Jefri akan hanyut terbawa mimpi.