Jeni kembali pasrah dan mengeluarkan kembali jemarinya dari dalam persembunyian. Ia merasa malu jika harus mengakui lamarannya dengan Wili.
"Nah loh! Sepertinya ini cincin tunangan, Jen. Kamu-" Jeremi tampak menggantungkan ucapannya.
"Iya, Mas. Kemarin saya dilamar seseorang," potong Jeni seraya menjawab. Sudahlah Jeni tak bisa menghindar lagi. Dia tak bisa menutupinya dari Jeremi yang selalu baik terhadapnya.
Tentu saja berita ini sangat mengejutkan hati Jeremi. Perasaannya sudah hancur berkeping-keping oleh kenyataan pahit tadi, kini kian bertambah parah dengan berita baru kalau Jeni telah dilamar lelaki lain.
"Siapa lelaki beruntung itu, Jen?" Jeremi bertanya dengan sedu. Dia tak bisa bahagia dengan berita ini.
"Bos aya, Mas." Jeni menjawab dengan senyuman tersipu malu sambil menatap cincin berlian di jari manisnya.