Perjalanan yang memakan waktu beberapa lamanya, akhirnya membawa semua rombongan datang menuju ke tempat makan yang para anggota keluarga berumur sudah pesan beberapa waktu yang lalu.
Tempat makan kali ini berupa tempat makan bernuansa saung yang cukup besar dan kerap berkonsep kental dengan rumah makan tradisional yang mewah. Karena mereka ada di kawasan yang ada di dekat dengan daerah perbukitan dan gunung, maka pemandangan di sana tidak kalah bagus juga.
Rombongan keluarga sudah memesan tempat yang digunakan nantinya untuk semua anggota keluarga. Dan para anggota keluarga berumur, memisahkan tempat duduk dengan saung berbeda. Berdasarkan umur mereka. Tapi masih di satu tempat yang saling berdekatan. Mengerti itu, semuanya pun lebih leluasa dengan aktivitas mereka sambil makan siang di sana.
Karena aturan tempat makan yang sudah ditentukan, Lisya pun bisa kembali bergabung lagi dengan banyak saudaranya yang sepantaran, terutama dengan kedua adiknya pula.
Akhirnya Syika pun bisa melihat kembali Kakaknya yang beberapa waktu yang lalu mengabarinya agar menjaga Vanka selama selesai makan siang ini sampai malam harinya. Untuk keperluan penting Lisya dengan pihak anggota keluarga berumur lainnya. Syika yang melihat Kakaknya bisa kembali bersama dengan dia dan semua anggota sepantaran lainnya, merasa senang.
Vanka pun demikian terbingung atas kejadian kenapa Kakaknya itu lebih memilih untuk satu mobil dengan semua anggota keluarga tetua. Lisya yang saat itu sudah duduk lesehan dekat dengan Syika, mendapat lirikan dari Vanka. Sedari tadi pagi, Vanka merasa sungkan sudah bersama-sama dengan semuanya. Di saat dia yang tau jika Kakaknya Lisya merasa dia mengganggu liburannya.
Alih-alih merasa ada yang meliriknya, Lisya pun mengetahui jika Vanka melihat dia yang sedang sibuk berbincang dengan banyak anggota lainnya. Dan dia pun membalas bertanya ke Vanka, kenapa Vanka melihat dirinya.
Saat dia ingin bertanya ternyata papan menu makanan pun sudah dibagi oleh pramuniaga di sana. Jadinya dia pun mengatakan ke Vanka agar dia tidak sungkan dengan liburan kali ini ke Lisya.
"Apa kamu baru saja melirik Kakak? Ada apa? Sudah kamu jangan sungkan dengan liburan kali ini, Vanka. Nih, papan menunya sudah ada. Yuk, kita pesan makan siang. Kakak lapar, dan kamu juga tentunya," ajak Lisya yang menyuruh Vanka agar tidak lagi memikirkan bagaimana kejadian sebelum liburan ini yang menimpa keduanya.
"Maaf Kak. Kok, Kakak ngerasa sih kalau Vanka sungkan?" tanya Vanka saat itu, tapi malah sodoran papan menu itu sudah diterimanya.
Dan membuat dia mau tidak mau beralih memandangi menu di papan menu itu. Begitu pula saat dia ingin mengajak Kakaknya bicara, ternyata Kak Lisya sudah berbincang lagi dengan Erwin dan Ochi. Sepupu mereka berdua.
"Apa benar Kak Lisya tidak merasa terganggu? Padahal sebelum pergi, dia benar terlihat bete. Apa yang harus kulakukan sekarang? Bahkan aku belum mengajak berunding siapa saja mengenai masalah yang kudengar itu," batin Vanka yang tidak mewajarkan keadaannya sekarang ini.
Namun, dia selalu punya keberuntungan. Karena Vanka selalu melihat semua orang dengan bilah pemaparan yang positif. Bisa dibilang anggota keluarga lainnya juga masih berbaik hati kepadanya.
Karena dia sibuk memegang papan menu sambil memikirkan hal-hal yang tidak-tidak, dia pun asal memesan makanan. Dia memesan calzone dan minum es lemonade.
Yang dia dapati dari asal melirik menu saja. Ketika dia sudah selesai memesan makanan, tidak lama kemudian semua sepupu muda yang masih ada di saung saat itu memustukan untuk berkeliling ke sekitar area restaurant itu. Dimana mereka bisa merasakan pemandangan yang bagus dari sudut tempat yang terlihat dari tempat yang mereka kunjungi.
Vanka pun ikut dengan semua sepupu yang ada, dia pun pergi bersama-sama untuk melihat-lihat area restaurant di sana. Sayangnya, Vanka tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya saat liburan ini.
Dia masih memikirkan bagaimana perasaan Kak Lisya. Karena dia merasa ingin tidak mengganggu Kak Lisya dengan semuanya, Vanka mengurungi niatnya untuk melihat-lihat area sekitar restaurant bersama-sama dengan banyak sepupu lainnya.
Dan lebih baik dia kembali ke saung terakhir dia berada di restaurant itu. Dia berpikiran untuk mengabari Yuma nantinya untuk memberi kabar dia singgah dari kerumunan sepupu muda, karena posisinya yang ada di barisan paling belakang.
Langsung saja Vanka berbalik arah. Dia kembali lagi ke saung dimana dia berada. Untung saja semuanya juga sama-sama tidak menyadari kepergian Vanka yang sekarang sudah sampai kembali ke saung dimana para sepupu muda tidak berada di sana. Tidak lupa dia pun mengabari Yuma, jika dia kembali ke saung karena dia tau mungkin keberadaanya akan dicari oleh sepupu lainnya.
Isi pesan Vanka :
"Yuma,, aku akan kembali lagi ke saung sebelumnya. Jadi kalau semua mencariku bilang aku sedang ada di saung ya,"
Setelah Vanka mengirimi pesan itu, entah mengapa dia ingin mengajak Yuma berbicara lewat pesan di ponsel saja jika dia ingin bertanya mengenai apakah Yuma tau mengenai masalah antara dia dan Kak Lisya.
Dimana fokus utamanya mengenai sebuah cerita apakah Yuma tau jika dia adalah salah satu anggota keluarga yang bermasalah dengan Kak Lisya. Jika dirinya juga perlu mendapat klarifikasi dari anggota keluarga lain selain keluarga intinya itu. Apakah para sepupu dan semuanya tau dan menyembunyikan ini semua darinya.
Tanpa banyak berpikir lagi, Vanka yang sedang memegang ponselnya langsung mengabari Yuma kembali. Dari pesan sebelumnya yang tidak diketahuinya apakah Yuma membacanya atau tidak, yang penting dia akan mengatakan ke Yuma. Jika Yuma tidak boleh memberitau siapa saja akan pesannya ini, khususnya ke Kak Lisya.
Pesan Vanka selanjutnya :
"Yuma, aku mau cerita ke kamu. Jangan kasih tau ke Kak Lisya ya, Yum,"
"Apa kamu selama ini nyembunyiin cerita tentang aku sama Kak Lisya punya masalah di keluarga ini? Aku berharap kamu mau cerita ke aku,"
"Jadi aku balik ke saung lagi karena aku ngerasa aja gangguin liburan Kak Lisya,"
Isi tiga pesan Vanka sudah dikirim ke Yuma. Dia berharap Yuma benar tidak mengajak Kakaknya itu mengenai pesan yang telah dia ketik ke Yuma. Sekarang, dia menunggu balasan dari Yuma. Masih dengan kesendirian saja, Vanka melirik bagaimana saung lainnya yang ditempati oleh keluarga lainnya yang jaraknya berdekatan pula.
Dia melihat keluarganya masih sibuk dengan urusan kumpul-kumpul liburan saat ini. Karena dia melihat anggota keluarga lainnya yang masih bisa bercanda gurau seperti adakalanya. Vanka tidak pernah menyangka bagaimana kedepannya.
Apakah dia masih saja dianggap sebagai keluarga ini atau berangsur-angsur mendapat perubahan dari masalah yang sudah diketahuinya. Dia tidak bisa meramal bagaimana masa depannya. Tapi Vanka yakin dia pasti akan mengalami perubahan itu. Entah dengan nasib seperti apa.
*****
Drrrtt,, drrtt . Bunyi ponsel berdering milik seseorang yang mengalungi ponsel keluaran lawas di lehernya itu membuat si pemiliknya harus menengok ponselnya tersebut. Pemiliknya sendiri adalah Yuma.
Salah seorang sepupu Vanka dan Lisya yang adalah anak Tante Sita dan Om Pandu. Dia menemukan sebuah pesan dari Vanka, sepupunya. Tepat saat dia dan para anggota sepupu muda berada pada restaurant di salah satu tempat layaknya sebuah balkon di lantai dua yang menjorok ke pemandangan asri dari sana.
Saat dia sedang membacanya pesan dari Vanka yang mengatakan jika dia sedang kembali ke saung dan tidak ikut serta bersama-sama dengan semua para sepupu jalan-jalan menjelajahi restaurant saung bertemakan tradisonal-modern ini.
Waktu Yuma sedang membacanya, dia dan banyak sepupu muda lainnya sedang asik membeli es krim yang dijual di dekat tempat di mana mereka sedang duduk-duduk melihat pemandangan yang ada di sekitar wilayah restaurant. Dia pun memberi kabar semua para sepupu muda lainnya jika Vanka mengabarinya lewat pesan, memberi tau jika dia tidak ikut dengan mereka saat ini.
"Eh,, Vanka abis kirim pesan nih. Katanya dia nggak ikut kita, dia balik lagi ke saung tadi," ujar Vanka ke banyak semua sepupu yang sedang duduk di sebuah baliho.
"Oh,, pantesan aja sih sejak kita semua ada di lantai dua kita nggak lihat Vanka barengan sama kita," jawab Ochi yang sudah tau jika anggotanya kehilangan satu personil.
"Memangnya kenapa si Vanka nggak bareng sama kita? Nggak biasanya," ucap Erwin yang saat itu bergumam menanyakan ketidak biasaan seorang Vanka. Lisya dan Syika yang mengetahui itu saling tatap menatap. Mereka sudah tau kenapa Vanka sudah mulai segan untuk berkumpul bersama dengan banyak keluarga lainnya. Terutama saat dirinya bersama dengan Lisya.
Tidak lama kemudian saat semua sedang asik makan es krim, tidak lama kemudian ponsel milik Yuma bergetar lagi. Dia pun melihat ponselnya itu, namun kali itu dia menghadang beberapa sepupu muda yang akan melihat layar ponselnya.
Karena dia melihat jika isi pesan terakhir dari Vanka ternyata berisikan kabar tentang Vanka dan Lisya. Memang semua sepupu muda sedikit mengerti bagaimana keberadaan Vanka di keluarga ini, jika mungkin para kedua orang tua mereka sudah memberi kabar ke masing-masing.
Jika Vanka adalah keluarga yang punya masalah dengan keberadaannya di keluarga ini. Tapi karena beberapa diantara mereka masih kecil dan belum terlalu diperbolehkan dengan topik pesan yang dikirim oleh Vanka.
Akibatnya Yuma pun mengalihkannya dengan mengajak mereka semua jalan lagi memutari lantai dua. Sedangkan Yuma diam-diam mengajak bicara Lisya yang hampir ikut jalan dengan sepupu lainnya. Namun akhirnya Yuma mengajaknya bicara dan begitu pula dengan Syika. Disaat yang lainnya mulai berjalan-jalan lagi mengitari restaurant itu.
"Lisya, Syika.. tunggu bentar. Aku habis di kirimin pesan sama Vanka. Kamu mau baca ga? Dia tanya tentang kamu sama dia punya masalah di keluarga kita," Yuma mencegah Lisya dan Syika saat itu. Sayangnya Lisya pun menahan rasa jengkelnya.
Tapi dia masih bisa berusaha tidak melampirkan perasaan karena dia tau jika Yuma adalah salah satu anggota keluarganya yang jadi batas dia berlaku sopan. Dia pun menjawab Yuma. Bertanya kenapa dengan Vanka.
"Oh ya? Memangnya Vanka kenapa? Apa yang dia katakan? Aku memang belum banyak cerita ke kamu Yuma. Lebih baik, kamu bertanya nanti ke Mama kamu, Tante Sita. Karena sebenarnya Vanka sudah dengar bagaimana dia dengan keberadaan keluarga ini secara diam-diam. Aku, Syika dan Bude Rina sudah memberi kabar mengenai Vanka beberapa waktu silam, sebelum natalan tiba. Dengan cara yang kita sengaja, tetapi tidak dengan langsung ke Vanka," Lisya menjelaskan secara logis yang mampu membuat Yuma akan paham mengenai apa saja yang di maksud dengan pesan dari Vanka ke Yuma, tentunya.
"Benarkah? Kalian memberi kabar itu ke Vanka secara diam-diam? Jadi apa dia sudah tau? Kalau dari pesannya sepertinya dia masih meragukannya? Baiklah, lalu apa yang bisa aku jawab jika Vanka masih bertanya seperti ini ke aku, Lisya?" tanya Yuma dia tidak akan tau bagaimana dia bisa menjawabnya.
"Hemm,, menurutku kamu harus membantuku, Yuma. Kamu mau jadi temannya Vanka? Hanya untuk teman dia dalam mendengar cerita darinya. Dan selebihnya, kamu bisa bertanya atau meminta tolong ke aku jika kamu kesusahan untuk menjawab Vanka. Apa kamu bisa, Yum? Aku belum bisa mengatakan bagaimana dengan masalah antara aku dan Vanka kedepannya. Jika nanti aku ada kabar baru lainnya, aku akan mengabarimu," jawab Lisya kemudian dia pun menunggu apakah Yuma paham dengan perkataannya itu.
"Oke, aku mengerti. Tapii,, sampai kapan kamu tidak bercerita ke Vanka tentang masalah kalian berdua?" tanya Yuma yang masih heran juga. Dia tidak mengira jika pihak keluarganya yaitu Bude Rina akan memberi kabar ke Vanka. Tapi setidaknya dia tidak menanyakannya lanjut.
Sedangkan Lisya yang mengetahui pertanyaan terakhir dari Yuma pun masih bergeming. Dia menjawab sekenanya saja, "Iya. Sepertinya jika semua sudah memperbolehkan. Begitu juga dengan dukungan lainnya," kata Lisya yang selanjutnya dia mengajak Yuma agar mencari sepupu muda lainnya dan kembali ke saung.
Menutup pembicaraan dengan Yuma. Yang dimana masih meragu, apa yang akan dilakukannya sebagai teman pendengar dari pertanyaan Vanka.
Itu adalah salah satu hal yang sulit baginya, dan dia sepertinya tersadar jika masalah keluarganya semakin nyata. Vanka dan Lisya adalah masalah berat bagi keluarganya.